Friday, October 19, 2007

Tohari: Gandeng Juga Mayangsari

Sabtu, 20 Oktober 2007

* Berasal dari Keluarga Cendana

PURWOKERTO-(SM)Budayawan Banyumas, Ahmad Tohari menyarankan calon bupati Banyumas selain Singgih Wiranto yang sudah mengandeng pasangan calon wakil bupati untuk berani mengandeng calon wakil bupati artis Mayangsari, yang juga asli Banyumas.

Selain dari keluarga ningkrat dan keluarga Cendana, dia juga terkenal sebagai artis dan juga dikenal luas di Banyumas. Belakangan ini nama Mayangsari juga santer disebut siap dicalonkan menjadi calon bupati maupun calon wakil bupati. Itu beredar lewat SMS ke sejumlah pihak maupun perbincangan di berbagai kalangan dan masyarakat.

''Kalau mau ramai sekalian silakan Bambang Priyono (BP) atau Mardjoko gandeng saja Mayangsari untuk calon wakil bupatinya. Toh Pilbup di sini nanti 90 persen ditentukan siapa yang memiliki uang banyak,'' kata Tohari, kemarin.

Kalau Singgih, katanya, sudah memiliki pasangan sendiri Laily Manshur. Kalau BP maupun Mardjoko atau calon lain yang belum memiliki kendaraan menggandeng Mayangsari minimal akan imbang karena calon wakilnya sama-sama menempatkan perempuan.

Dia melotarkan hal itu karena, Pilbup 10 Pebruari 2008 merupakan proses demokrasi transaksional. Siapa yang memiliki dan didukung kekuatan modal kuat peluang menangnya besar.

Menurutnya, Mayangsari yang berasal dari keluarga Cendana kalau hanya sekadar memberikan kompensasi ke partai, ke desa-desa maupun ke pemilih langsung itu masih dianggap kecil.

Dia melihat yang bertarung secara riil di Pilbup adalah para penyokong dana dibalik calon-calon yang muncul. Ibaratnya, calon yang muncul itu hanya figuran.

''Jangan bicara idealismelah sekarang. Yang terjadi sekarang semua berorientasi kapiltalis. Jadi kalau berfikir idealis ya bergabunglah dengan saya masuk barisan warga yang siap kecewa,'' ujarnya.

Kembang Bale

Posisi Mayangsari sebagai calon wakil bupati, kata Tohari, bisa dibaratkan sebagai ''kembang bale'' di pendapa. Dalam kepemimpinan politik pemerintahan, kehadiran perempuan yang memiliki nilai lebih juga diperlukan.

''Coba lihat saja saat zaman Orde Baru kan banyak perempuan cantik berada di pemerintahan maupun DPR,'' ujarnya.

Disinggung tentang figur Laily Manshur dari basis Muslimat NU, Tohari menyatakan, dalam kontek Pilbup, dukungan dari Muslimat tidak secara otomatis tertuju ke Laily.

Katanya, di tubuh Muslimat juga tidak solid. Di sana ada Nurkamilah (penasehat) yang berbeda paham dengan Laily.

Di kalangan kiai sepuh NU kemunculan Laily juga tidak mendapat dukungan penuh.

Pasalnya, dia bukan figur yang memiliki posisi tawar kuat dihadapan calon bupati yang mengandengnya.

''Ia hanya sebagai pelengkap saja. Kemampuan di eksekutif juga masih diragukan. Beda dengan Kholid Arif (Bupati Wonosobo-Red).

Keberangkatannya karena memiliki posisi tawar kuat dan punya potensi. Kalau dia saya pribadi masih meragukan. Justru yang diuntungkan itu Singgih,'' katanya. (G22-55)

No comments: