Wednesday, October 10, 2007

Lebaran Astronaut Muslim di Ruang Angkasa

Kamis, 11 Oktober 2007 NASIONAL

SM/Reuters TIM SOYUZ: Astronaut Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor (atas), Peggy Whitson (tengah) dari Amerika, dan kosmonaut Rusia Yuri Malenchenko di depan kapsul Soyuz menjelang lepas landas, kemarin.(25)

Astronaut Malaysia, Dr Sheikh Muszaphar Shukor Sheikh Mustapha (35) bakal menjadi astronaut muslim pertama yang menjalani Ramadan dan Lebaran di antariksa. Perjalanan itu memicu diskusi intensif terkait dengan ibadah Shukor selama berada di antariksa. Berikut laporannya.

BERSAMA kosmonaut Rusia Yuri Malenchenko dan astronaut Amerika Peggy Whitson, tim itu akan lepas landas dari Kosmodrome Baikonur, Kazakhstan, Rabu kemarin. Mereka akan menjalani misi 10 hari di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Misi tersebut dilaksanakan bertepatan dengan hari-hari terakhir bulan Ramadan. Yang menarik, Muszaphar bertekad untuk tetap menjalankan ibadah puasa selama dia berada di angkasa luar.

Keikutsertaan Shukor dalam misi itu sendiri sebetulnya merupakan ''bonus'' dari transaksi pembelian jet tempur Shukoi SU-30MKM buatan Rusia senilai satu miliar dolar pada 2003. Dalam kerja sama itu, Rusia membiayai dan melatih dua orang astronot Malaysia dan salah satu di antaranya, yakni Shukor, diterbangkan ke ISS.

Sebenarnya, Indonesia sudah lebih dulu memiliki calon astronaut, yakni Dr Pratiwi Sudharmono yang terpilih untuk mengikuti program pesawat ulang-alik NASA. Namun, program itu batal setelah terjadi musibah meledaknya pesawat ulang-alik Challenger pada 1986. Akibat ledakan Challenger itu, program peluncuran astronaut yang rencananya akan mengikutsertakan Pratiwi sebagai astronot pertama Indonesia tertunda dan batal total.

Penentuan Waktu

Bagaimanapun, perjalanan Shukor ke antariksa menjadi fenomenal karena dialah muslim pertama di dunia yang menjalankan puasa dan merayakan Idul Fitri di antariksa.

''Sheikh Muszaphar menjawab ya saat ditanya apakah dia akan tetap berpuasa selama di antariksa,'' kata Profesor Dr A Rahman A Jamal, ketua tim ilmiah Program Antariksa Malaysia seperti dikutip AFP.

Pemerintah Malaysia juga mengeluarkan buku pedoman bagi muslim astronaut untuk menjalankan ibadah di antariksa. Buku itu antara lain menjelaskan cara-cara menentukan kiblat dan bertayamum. Penentuan waktu imsak dan berbuka puasa juga dijelaskan dalam buku tersebut.

Penentuan waktu memang sangat penting bagi seorang astronaut yang ingin menjalankan ibadah shalat atau puasa di antariksa. Sebab, stasiun antariksa mengelilingi Bumi sebanyak 16 kali dalam 24 jam.

Dengan demikian, si astronaut secara teoretis akan menemui 16 kali matahari terbit dan terbenam. Padahal, ibadah puasa dilaksanakan sejak matahari terbit sampai terbenam. Itu berarti, ada 16 waktu imsak dan berbuka bagi astronaut Malaysia yang berpuasa selama berada di stasiun antariksa.

Waktu shalatnya pun berubah. Menurut hitungan matematis, ada 80 waktu shalat selama 24 jam berada di stasiun antariksa. Lantaran perbedaan waktu yang sangat besar itu, otoritas keagamaan Malaysia mengeluarkan buku tuntunan beribadah di stasiun antariksa.

Penentuan kiblat menjadi persoalan yang lain. Karena stasiun antariksa terus-menerus mengorbit, maka posisi kiblat dari ISS pun selalu berubah. Itulah sebabnya, Majelis Fatwa Nasional memutuskan bahwa kiblat ditentukan berdasarkan kemampuan astronaut di tempat dia berada.

Menu Sahur

Tentang menu sahur dan berbuka puasa, si astronaut akan mengonsumsi biskuit tradisional Malaysia. ''Islam memberikan kelonggaran bagi umatnya. Jika saya tidak mampu berpuasa Ramadan di antariksa, saya akan menunaikannya di bulan lain setelah saya berada di Bumi,'' kata Muszaphar.

Muszaphar bukanlah muslim pertama yang menjalankan misi angkasa luar. Pada 1985, Pangeran Sultan bin Salman, keponakan Raja Abdullah dari Arab Saudi, ambil bagian dalam misi ulang alik 1985. Tahun lalu, pengusaha Texas keturunan Iran Anousheh Ansari menjadi turis di stasiun antariksa selama sepekan. Namun baru ketika Malaysia mengirimkan astronautnya, isu beribadah di antariksa itu mencuat ke permukaan. (Benu Hidayat-25)

1 comment:

Sains & Astronomi said...

itulah kenapa orang barat gila di eropa sana banyak yang meragui agama manapun di dunia ini. para ilmuwan,pakar,dan orang2 yang berpendidikan tinggi dan punya inteligensi jauh di atas rata2 manusia umumnya rata2 munafik,mereka ada agama tapi hatinya meraguinya.ada mereka benar,ada juga tidak,hanya kita masing2 yg mampu menilainya.seperti contoh tadi,ritual seorang muslim pergi keluar angkasa. memanglah betul islam bebas melakukan ritual keagamaan mengikut keadaan,itu hasil persetujuan ulama di seluruh dunia. bagaimanapun 16 hari berpuasa di sana satu hari di bumi menurut ajaran islam. betapa terlihat memaksakan undang2 agama untuk menentukan waktu ritual,karena ISS tidak ada dalam ajaran agama. semakin hari semakin banyak orang yg hanya punya agama dalam kartu identitasnya saja,tapi hatinya meragui siapa tuhan mereka. mereka takut di bilang musrik dan lain sebagainya.suka atau tidak itu banyak berlaku di sekeliling kita.dunia makin modern para ulamapun mengubah undang2 agama mengikut modernisasi walau terkesan memaksakan karena sekedar mengutip dari sedikit isi kitab yang nyrempet.benar dan tidak kembali ke dasar mufakat,yang banyak dialah yang menang. padahal tidak semuanya begitu. betapa sang nabi sendirian di kala itu memperjuangkan ajaranya.mereka tertawa,mengejek,mencanci dll. tapi sekarang dialah yang paling mulia.para penemu teknologi kala itu pun sama di anggap gila karena mempertahankan teorinya,tapi lihat sekarang hasilnya.sedikit tak berarti salah,dan banyak tak selalunya sebuah kebenaran.andalah yang harus bisa memilahnya.