Monday, October 8, 2007

Menguak Penganut Al Maw'ud (1)

Selasa, 09 Oktober 2007 (SM)
Tiga pelajar diamankan polisi karena diduga mengajarkan paham sesat di Sayung, Demak, beberapa waktu lalu. Besar kemungkinan peristiwa itu sebagai fenomena gunung es. Wartawan Suara Merdeka Karyadi menuliskan laporannya.

FAKTANYA hanya tiga pelajar penganut aliran Alqiyadah Al Islamiyah itu yang tertangkap. Namun, tidak tertutup kemungkinan, ajaran itu telah menyebar di sejumlah sekolah di beberapa daerah, terutama di Yogyakarta dan Semarang.

Bagaimana tidak? Masrinah (18), misalnya, siswa sebuah SMKN di Jl Pandanaran II Semarang itu mengenal ajaran itu ketika berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah.

Dia mengakui mengenal ajaran yang biasa disebut penganut Al Maw'ud itu sekitar setahun lalu. Saat itu dia diajak oleh seorang temannya, sekaligus guru mengajinya, Arif Kurniawan alias David alias Hasan.

Bermula dari Masrinah, ajaran itu disebarkan ke sejumlah teman-temannya di sebuah panti asuhan di Sayung, tempat dia diasuh. Dua penghuni panti lainnya, Zaenal Mustofa (18), dan Dewi Sekar Wati (18) (bukan Dewi Sekarjati-Red) pun terpengaruh. Keduanya tercatat sebagai siswa sebuah SMA swasta di Demak.

Aliran yang mereka yakini itu membuat sejumlah pihak geleng-geleng kepala. Ada beberapa keterangan dari ajaran mereka, yang secara signifikan membedakan pemahaman mereka terhadap Islam, dari kebanyakan kaum muslim.

Misalnya mengenai aqidah. Seperti diungkap seorang tokoh masyarakat Demak, Drs H Margono Azis, mereka menyatakan diri sebagai pengikut Al Maw'ud. Kesaksian mereka, ''Asyhaduanla ilaha illa Allah wa Al Masih wa Al Maw'ud rasulullah. (Tidak Ada Tuhan selain Allah dan Almasih Almaw'ud pesuruh Allah-Red)''. Inilah yang mendasari Depag dan MUI Demak menyatakan kesesatannya.

Tidak Shalat

Sesuai dengan nama fahamnya, Alqiyadah Al Islamiyah berarti menggiring penganut agama Islam. Itu dimaknai, menggiring penganut agama Islam kepada ajarannya.

''Yang kebangetan, semakin mereka mendalami ajaran itu mereka semakin meninggalkan ibadah. Semakin tidak shalat dan tidak puasa,'' katanya.

Margono merupakan salah satu tokoh masyarakat yang dipercaya Polres Demak untuk menampung sementara seorang penganut aliran sesat, Zaenal Mustofa asal Magelang.

Namun setelah melakukan penyadaran, Zaenal Mustofa masih tetap pada pendiriannya. Oleh Margono, Zaenal dipulangkan kepada orang tuannya. Bahkan, telah dikeluarkan dari sekolahnya.

Mereka memang meyakini Nabi Muhammad sebagai Rasul dan Nabi. Namun, kerasulan dan kenabian Muhammad hanya untuk umat di zamannya.

Bahkan, mereka berani mengatakan Nabi Muhammad hanya untuk orang-orang Yahudi.

Dalam mencari rujukan dasar dalam beragama, mereka menggunakan Alquran dan Injil. Mereka lebih tepat bila disebut sebagai mencampurkan(sinkritisme) antara Alquran dan Injil.

Dalam mengkaji dan menafsirkan Alquran, mereka tidak menggunakan keterangan hadis-hadis dan sunnah Nabi Muhammad. Mereka cenderung inkarusunnah (mengikari sunnah).

Masrinah, misalnya, meragukan keterangan hadis yang menjelaskan tentang rukun Islam.

''Saya meragukan hadis itu. Apalagi hadis itu kan dibuat ratusan tahun setelah meninggalnya Nabi Muhammad,'' katanya.

Adapun penggunaannya injil, mereka menggunakan sebagian ayat-ayat di dalam kitab perjanjian baru dan lama untuk menguatkan keterangan di dalam Alquran.

Mereka meyakini, injil perjanjian lama lebih kuat. Setiap menggelar kajian mereka membawa Alquran dan Injil.

Penjelasan tentang pengalaman kewajiban rukun Islam, bagi dia, belum waktunya dilakukan. Shalat, puasa, zakat, naik haji, dan amalan ibadah lainnya, tidak wajib dilakukan. Semua itu akan dilakukan bila agama Islam sudah tegak di muka bumi.

''Sekarang ini Islam belum tegak di muka bumi. Kami masih menunggu pimpinan kami, Al Maw'ud. Dia yang menyeru-nyeru di padang pasir,'' kata Masrinah.

Tetapi ketika ditanya siapa Al Maw'ud itu, mereka menyatakan tidak tahu. Mereka yakin Al Mauw'ud akan datang untuk memberikan syariat baru.

Meski begitu, mereka menolak bila disebut tidak shalat. Sebab shalat yang mereka yakini bukanlah shalat sebagaimana yang dilakukan kaum muslim umumnya yang diawali takbiratul ikram dan diakhiri salam.

Shalat, menurut Zaenal, merupakan esensi hubungan antara makhluk dan Allah. Ada banyak cara untuk menautkan hati kepada Allah, salah satunya dengan melakukan perbuatan baik, membaca Alquran dan lain sebagainya.

''Esensi shalat itu bagaimana hati kami selalu berhubungan dengan Tuhan. Bukannya shalat seperti kebanyakan orang,'' katanya.(77)

1 comment:

Anonymous said...

anda ingin tahu penipuan bioenergi center, kunjungi http://bioenergicenter.blogspot.com