Thursday, October 11, 2007

1 Syawal Jatuh pada Hari Sabtu

Jumat, 12 Oktober 2007 NASIONAL

JAKARTA-(SM) Pemerintah melalui Departemen Agama (Depag) dalam sidang isbat akhirnya menetapkan 1 Syawal 1428 Hijriah jatuh pada Sabtu (13/10). Keputusan awal Syawal itu ditetapkan melalui sidang isbat dipimpin oleh Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni di kantor Depag di Jakarta, Kamis (11/10). Sidang dihadiri oleh Menteri Kominfo Muhammad Nuh, Menristek Kusmayanto Kadiman,

Ketua MUI Ma`ruf Amin dan para wakil umat Islam, seperti para wakil ormas Islam antara lain pengurus NU, pengurus Muhammadiyah, serta sejumlah ormas Islam lainnya termasuk perwakilan negara sahabat. Keputusan Menag tentang 1 Syawal tertuang dalam surat nomor 109/2007 tentang penetapan 1 Syawal 1428 H.

Ketua Badan Hisab dan Rukyat yang Direktur Urusan Agama Islam Depag Mukhtar Ilyas menyampaikan hasil rukyat dengan menyebutkan hasil pemantauan di 40 lokasi antara lain dari Banda Aceh hingga Jayapura semua melaporklan tidak melihat hilal.

Pertemuan akhir bulan dan awal bulan baru menjelang Syawal jatuh Kamis (11/10) atau 29 Ramadan pukul 12.02, sehingga saat matahari terbenam posisi hilal di sebagian wilayah Indonesia Timur masih di bawah ufuk, kecuali di Indonesia bagian tengah dan barat sudah di atas ufuk antara 0 derajat 30 menit sampai 0 derajat 45 menit.

Digenapkan

Dengan demikian bulan Ramadan, kata Mukhtar, digenapkan menjadi 30 hari (istikmal) dan 1 Syawal jatuh pada Sabtu 13 Oktober 2007. Namun sebelumnya, PP Muhammadiyah telah mengumumkan Idul Fitri jatuh pada Jumat, 12 Oktober 2007.

Perwakilan Muhamamdiyah yang hadir pada sidang isbat mengatakan Muhammdiyah tetap akan melaksanakan Idul Fitri dan pihak meminta pemerintah untuk tetap mengayomi mereka yang melaksanakan Idul Fitri pada Jumat.

Sedangkan perwakilan NU pada sidang isbat mengatakan dalam perhitungan di kalender NU, 1 Syawal jatuh pada Sabtu 13 Oktober 2007.

Namun pihaknya tidak mengumumkan penetapan 1 Syawal atau Lebaran pada hari Sabtu, melainkan NU lebih mengindahkan rekomendasi keputusan Majelis Ulama yang mengajak semua umat Islam menunggu keputusan 1 Syawal setelah sidang isbat selesai sehingga hasil keputusan sidang yang diselenggarkan pemerintah akan diikuti para nahdliyin di seluruh Indonesia.

Sementara itu, salah seorang utusan dari organisasi Islam lainnya Amin Azizi dari Al Wasliyah meminta semua umat Islam yang merayakan Idul Fitri pada hari Jumat untuk tidak memprovokasi umat Islam lainnya dengan menyebut haram hukumnya berpuasa pada saat Lebaran.

Menteri Agama usai sidang isbat kepada pers mengatakan kita sudah biasa menghadapi perbedaan-perbedaan ini. Perbedaaan ini muncul akibat perbedaan metodologi penentuan awal 1 Syawal.

Namun Menag mengingatkan agar di masa mendatang perbedaan ini diupayakan dapat dihilangkan melalui penyamaan persepsi baik tentang metodologi maupun kriteria penentuan 1 Syawal nanti.

Para pakar dari organisasi massa Islam seperti NU dan Muhammadiyah telah mempunyai komitmen yang sama untuk mencari titik temu dan menghilangkan perbedaan-perbedaan selama ini dengan cara para pakar ahli hisab dan rukyat dari masing-masing ormas tersebut melakukan pertemuan secara berkala dengan melibatkan para pakar astronomi sehingga ditemukan metodologi yang tepat untuk menentukan 1 Syawal.

Menara MAJT

Sementara itu, para ahli rukyat dari tim hisab rukyat Jawa Tengah, Kamis (11/10) sore, melakukan proses melihat hilal dari Menara Alhusna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Lokasi ini merupakan satu dari lima tempat rukyat nasional, bersama dengan Observatorium Bosscha (Lembang), Makassar, Nusa Tenggara Timur, Banda Aceh, dan Surabaya.

Selain para ahli hisab-rukyat, rukyat itu juga diikuti sejumlah kalangan, antara lain dari Depag, Nahdlatul Ulama, IAIN Walisongo, serta perwakilan dari Observatorium Bosscha.

Terlihat di antara mereka Kakanwil Depag Jateng Drs HM Masyhudi MM, Wakil Ketua Badan Pengelola Masjid Agung Jateng (MAJT) yang juga Rektor Unwahas Dr H Nor Ahmad MA, serta Ketua Pengadilan Tinggi Agama Semarang Drs H Khalilurrahman.

Menurut koordinator tim hisab dan rukyat MAJT, Achmad Izzuddin MAg, penetapan 1 Syawal jatuh pada hari Sabtu, berdasarkan pada posisi bulan yang masih di bawah ufuk yaitu 0 derajat 10 menit 52,15 detik.

"Padahal syarat hilal adalah mencapai ketinggian di atas 2 derajat, sehingga dipastikan 1 Syawal jatuh pada Sabtu besok," paparnya.

Teropong Sixen-Atlux itu yang digunakan untuk melihat hilal, di-setting untuk mengikuti pergerakan hilal. Maka, ketika hilal berada di bawah ufuk, teropong itu pun secara perlahan menjadi ndingkluk (menghadap ke bawah-Red). "Teropong yang dipakai sekarang, hanya menangkap gambar awan mendung,'' kata dia.

Pakar ilmu falak IAIN Walisongo Drs KH Slamet Chambali, yang memimpin rukyat tersebut menjelaskan, Kamis (11/10) atau 29 Ramadan, posisi hilal di Indonesia terbelah. Separo wilayah Indonesia terbilang positif, matahari terbenam di atas ufuk meski dengan posisi 0 derajat. Tapi separo lainnya masih negatif, matahari terbenam, hilal sudah terlebih dulu terbenam.

"Dari hasil perhitungan para ahli falak, dihitung positif jika ketinggian hilal pada 0 derajat 30 menit. Untuk wilayah Jateng dengan tempat melakukan hisab di Menara Alhusna MAJT, posisi hilal baru 0 derajat 10 menit 53 detik. Dengan begitu, diperkirakan hilal tidak akan terlihat,'' katanya.

Shalat Sabtu

Demi mengedepankan persatuan umat islam Indonesia, wakil Syarikat Islam (SI) Muhammad Iskandar meminta agar pimpinan Muhammadiyah menginstruksikan kadernya tidak demonstratif melaksanakan Salat Ied pada hari Jumat.

''Bahkan saya mengusulkan lebih baik hari Jumat Muhammadiyah tidak lagi berpuasa, tapi salat ied nya tetap pada hari Sabtu, ini demi persatuan umat Islam,'' katanya.

''Dewan Syariah PKS, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Al Wasliyah juga mengeluarkan pernyataan silakan pada hari Jumat tidak puasa, namun Salat Ied tetap Sabtu, dasar mereka adalah Salat Ied Sunnah hukumnya sedangkan puasa dan persatuan wajib hukumnya,'' kata Menag.

Namun, wakil Muhammadiyah itu merasa keberatan karena terkesan ada pemaksaan untuk penyeragaman. Maftuh kemudian meluruskannya. ''Sekali lagi saya tidak memaksakan, tapi saya hanya menyampaikan appeal (permohonan-red) dari orams Islan yang lain dan ini demi persatuan umat,'' katanya.(F4,J8-77)

No comments: