Sunday, December 28, 2008

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
2006



KATA PENGANTAR



Buku Panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah/madrasah mengembangkan kurikulum berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Panduan Penyusunan KTSP terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama berupa Panduan Umum dan bagian kedua berupa Model KTSP.

Satuan Pendidikan yang telah melakukan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh diperkirakan mampu secara mandiri mengembangkan kurikulumnya berdasarkan SKL, SI dan Panduan Umum. Untuk itu Panduan Umum diterbitkan lebih dahulu agar memungkinkan satuan pendidikan tersebut, dan juga sekolah/madrasah lain yang mempunyai kemampuan, untuk mengembangkan kurikulum mulai tahun ajaran 2006/2007.

Bagian kedua Panduan Penyusunan KTSP akan segera menyusul dan diharapkan akan dapat diterbitkan sebelum tahun ajaran baru 2006/2007. Waktu penyiapan yang lebih lama disebabkan karena banyaknya ragam satuan pendidikan dan model kurikulum yang perlu dikembangkan. Selain dari pada itu, model kurikulum diperlukan bagi satuan pendidik yang saat ini belum mampu mengembangkan kurikulum secara mandiri. Bagi satuan pendidikan ini, mempunyai waktu sampai dengan tiga tahun untuk mengembangkan kurikulumnya, yaitu selambat-lambatnya pada tahun ajaran 2009/2010.

BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Pusat Kurikulum dan Direktorat di lingkungan Depdiknas, serta Depag. Berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari mereka, Buku Panduan Penyusunan KTSP ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.




Jakarta, Juni 2006

Ketua BSNP





Prof. Dr. Bambang Soehendro

DAFTAR ISI


Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
I. PENDAHULUAN 3
A. Landasan 4
B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 4
C. Pengertian 5
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 5
E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
7
II. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 10
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan 10
B. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 10
C. Kalender Pendidikan 14
III. PENGEMBANGAN SILABUS 15
A. Pengertian Silabus 15
B. Prinsip Pengembangan Silabus 15
C. Unit Waktu Silabus 16
D. Pengembang Silabus 16
E. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus 17
F. Contoh Model Silabus 20
G. Pengembangan Silabus Berkelanjutan 22
IV. PELAKSANAAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
A. Analisis Konteks 22
B. Mekanisme Penyusunan 22



I. PENDAHULUAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
(e)belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

A. Landasan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
3. Standar Isi
SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.
4. Standar Kompetensi Lulusan
SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.


C. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.


2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.


7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi.

5. Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan iman, taqwa dan akhlak mulia.
8. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

11. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

II. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

B. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(4) Kelompok mata pelajaran estetika
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satua tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
3. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.

4. Pengaturan Beban Belajar
a. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
e. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.
(1) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
(2) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

5. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional.

7. Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.



8. Pendidikan Kecakapan Hidup
a Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.
b Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.
c Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
a Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

C. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.






III. PENGEMBANGAN SILABUS

A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
B. Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C. Unit Waktu Silabus
1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.

D. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
4. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
E. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;
b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. potensi peserta didik;
b. relevansi dengan karakteristik daerah,
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d. kebermanfaatan bagi peserta didik;
e. struktur keilmuan;
f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h. alokasi waktu.

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
d Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

F. Contoh Model Silabus
Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yang ada di antara dua format di bawah.


Format 1

SILABUS

Nama Sekolah : SD ... Kediri, Jawa Timur
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/semester : IV/2

Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

Alokasi Waktu : 12 x 35 Menit

Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi • Mencari hubungan cara memproduksi “tahu” Kediri pada masyarakat masa lalu dan masa kini



• Membuat dan membaca diagram/grafik tentang proses memproduksi ”tahu” Kediri dari kekayaan alam yang tersedia

• Menganalisis bahan baku yang dapat diolah menjadi beberapa jenis ”tahu” Kediri • Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk produksi yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa sekarang.

• Membuat diagram alur tentang proses produksi dari kekayaan alam yang tersedia




• Menganalisis bahan baku untuk produksi barang



Tes tertulis:
Uraian tetang Perkembangan teknologi produksi












4 x 35 menit • Gambar alat produksi ”tahu”
• Pabrik tahu
• Buku IPS kelas IV semester 2
• Majalah/ koran/media elektronik

• Melakukan pengamatan alat-alat teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat Kediri pada masa lalu dan masa kini
• Memberikan contoh/mende- monstrasikan cara-cara penggunaan alat teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa kini
• Membandingkan alat-alat teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu dan masa kini.

• Menunjukkan cara penggunaan alat teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa sekarang.


Non tes:
Lembar pengamatan 3 x 35 menit • Gambar-gambar alat komunikasi
• Buku IPS kelas IV semester 2
• Majalah/ koran/media elektronik

• Memberikan contoh jenis-jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini
• Melakukan pengamatan jenis-jenis teknologi transportasi di Kediri pada masa lalu dan masa kini
• Mendiskusikan perbedaan jenis-jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini • Membandingkan jenis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang.
Tes tertulis:
Bentuk uraian tentang teknologi transportasi 5 x 35 menit • Gambar-gambar alat transportasi
• Buku IPS kelas IV semester 2
• Majalah/ koran/media elektronik
• Lingkungan sekitar

• Bercerita tentang pengalaman mengguna kan teknologi transportasi • Menceritakan pengalaman menggunakan teknologi transportasi


Catatan: Pengambilan karakteristik daerah Kediri pada kegiatan pembelajaran di atas hanya sebagai contoh. Sekolah pada daerah lain harus menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.


Format 2
SILABUS

Nama Sekolah : SMP ... Padang, Sumatera Barat
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : VII/1

I. Standar Kompetensi : 1. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-
norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

II. Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat

III. Materi Pokok/Pembelajaran: Sikap positif terhadap norma-norma,
kebiasaan,adat istiadat, peraturan yang berlaku di masyarakat

IV. Kegiatan Pembelajaran:
• Mencari informasi dari berbagai sumber tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau
• Mencari informasi dari berbagai sumber tentang kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau
• Mencari informasi dari berbagai sumber tentang adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau
• Mencari informasi dari berbagai sumber tentang peraturan yang berlaku dalam masyarakat Minang Kabau
• Mendiskusikan perbedaan macam-macam norma yang berlaku di masyarakat Minang Kabau
• Mencari informasi akibat dari tidak mematuhi norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat Minang Kabau
• Membuat laporan

V. Indikator :
• Menjelaskan pengertian norma-norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat
• Menjelaskan pengertian kebiasaan dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat
• Memberi contoh norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan, yang berlaku dalam masyarakat
• Menunjukkan sikap mematuhi norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dalam masyarakat

VI. Penilaian: - Tes tertulis dalam bentuk uraian
- Perilaku siswa dalam bentuk laporan

VII. Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

VIII. Sumber Belajar: - Buku Teks PKn Kelas VII
- Perpustakaan
- Narasumber


G. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran.

IV. PELAKSANAAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
A. Analisis Konteks
1. Mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam penyusunan KTSP.
2. Menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program.
3. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.

B. Mekanisme Penyusunan
1. Tim Penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. di Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2. Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.

3. Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK
Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

Can Muslims say 'Merry Christmas'?

Mahmudi Asyari and Muizzudin , Jakarta | Wed, 12/24/2008 10:49 AM | Opinion

Indonesian Muslims still have very different opinions about wishing someone "Merry Christmas". Some of them believe it is OK to do so, while some others see it differently.

The former group base their opinion on the spirit of religious tolerance and the latter group consider it harmful for the religion and relate their opinion with the forbidden action of mixing one religion with another. This group seems to be dominant in Indonesia.

In defending their opinion, they use a hadith as mentioned in Bukhari: "It related from *Aishah that a group of Jews came to God's Messenger and said, 'as-sam *alayk (death be on you). I understood it and said to them, as-sam wa al-la*nah (on you be death and curse).

God's Messenger said, 'Be calm! O *Aishah, for God loves that one should be kind and lenient in all matters.' I said. 'O God's Messenger! Haven't you heard what they have said?' God's Messenger said, '(Haven't you heard what I have said.) I said (to them), *alaykum (upon you).'" According to them, responding to a greeting with non-Muslims is limited and so is wishing "Merry Christmas".

Based on a literature study, the writers believe that the ban of wishing "Merry Christmas" directly from the prophet is not found. This is due to the fact that historically there was relatively no clear contact between Muslims and Christians in Madinah as Muslims had with the Jews.

The Madina Charter, for example, indicates how intense the contact was with the Jews because they had economical and political power in Madinah. Conflict and cheating occurred between them which forced the Jews to leave Madina. This kind of contact didn't occur between Christians and Muslims in Madinah.

That is why there is no proof that the prophet said anything about wishing someone "Merry Christmas". The type of greeting between the Jews and Muslims at that time was the result of the political situation, which triggered a conflict. This is the reason why the prophet issued the hadith which the ulemas later interpreted as limiting and/or prohibiting Muslims to greet or reply using the word assalamu'alaikum or anything similar with non-Muslims.

Concerning using the Christmas greeting, there is no obvious Koranic verse or hadith regarding this matter. The Prophet Mohammad only had contact with a few Christians before he became a prophet and there was no further contact after he became one. Due to this fact, the reasoning of Muslims who ban wishing "Merry Christmas" is obviously questionable.

Whether an Indonesian Muslim is allowed or not to use this greeting is debatable following the level of the harmony that avails. Some years ago the Indonesian Ulema Council issued a fatwa banning the wishing of "Merry Christmas". Since there was no obvious proof from the prophet banning it, the Indonesian Ulema Council based their reasoning on the actual political situation. In this case, the political situation played a significant role.

Actually, what all Indonesian Muslims do now is to refer to the Holy Koran, Mary Chapter, verses 33-34. "Peace on me the day I was born, and the day I die, and the day I shall be raised alive! Such was Jesus, son of Mary: (this is) a statement of the truth concerning which they doubt."

The two verses do not ban Muslims from wishing "Merry Christmas" as long as they mean to confess that Jesus is just a human and not God (Tafseer Ibn Katsir, Vol. III/127). M. Quraish Shihab even mentioned that the human aspect is significant in Islam. If there is no problem with the human aspect, there is no problem then for Muslims to extend a congratulations to anyone who celebrates the birthday of someone who later became a Prophet and a Messenger.

Understanding the two verses, Indonesian Muslims should question why a hadith from Aishah became a basic reason for prohibiting Muslims from giving the Christmas greeting just because of the political situation in which they assumed that the so-called Christianization of Indonesia was at an alarming rate.

The Indonesian Ulema Council based the fatwa on what is in the Islamic jurisprudence named as sad al-dzari*ah (protecting Muslims from falling into something unexpected in Islam). In this case, the Council set the ruling for Muslims to stop them from falling into two unexpected things: Confessing Jesus as God, which is interpreted as an effort to mix a religion with another religion, and converting to Christianity.

Since every December Indonesian Muslims face this issue, it is better that all religious leaders have a mutual understanding and an open dialog and so contribute to a conducive atmosphere for harmony and tolerance among the followers of different religions. In the matter of wishing "Merry Christmas", Muslims should take all aspects comprehensively. Muslims can wish Christians "Merry Christmas" as if they were celebrating the birthday of another Prophet and Messenger whom Islam acknowledges.

Mahmudi Asyari is a Doctorate Degree Holder from Syarif Hidayatullah State Islamic University and Muizzudin is a lecturer of University of Indonesia.

Friday, December 26, 2008

PRAGMATIS

Apa artinya? Menurut pemahaman saya (belum sempat membuka kamus), seorang yang pragmatis adalah orang yang melakukan sesuatu demi mencapai tujuan-tujuan praktis (biasanya jangka pendek). Kata pragmatis biasanya sering dilawankan dengan kata idealis. Istilah ini sering digelarkan kepada orang-orang yang ‘kekuasaan oriented’. Karena itu kata ini punya konotasi negatif.

Saya, bukan orang yang anti-pragmatisme, dalam konteks tertentu. Justru tidak jarang pragmatisme ini membangkitkan semangat. Mengapa? Karena dengan ini, tujuan idealis yang biasanya abstrak itu berubah menjadi jelas, konkret, nyata, sehingga terukur. Ingat, motivasi itu lahir berkat jelasnya tujuan dan jelasnya jalan yang akan ditempuh.

Salah satunya, pragmatisme ini saya anut dalam kegiatan perkuliahan. Ceritanya begini. Idealnya, kuliah merupakan sarana kita mendapatkan ilmu, bukan nilai. Tetapi pada prakteknya, nilai menjadi lebih penting. Nilai lah parameter kesuksesan belajar seseorang. Nilai lah yang membuat orang diterima kerja. Nilai lah yang membuat ‘harga diri’ mahasiswa meninggi. Soal-soal ujian pun disusun tanpa berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu, tetapi hanya untuk uji intelektualitas belaka (kata dosen favorit saya yang ngasih saya “A”). Bahkan tidak semua ilmu (baca: mata kuliah) kita butuhkan. Jadi, kuliah memang hanya untuk mencari nilai (dan gelar, tentu saja). Adapun ilmu bisa kita cari dengan cara lain.

Hanya saja, jangan sampai tujuan mencari ilmu (sebagai idealisme) kita abaikan. Pragmatisme yang kita anut jangan sampai melenceng dari rel-rel idealisme. Pragmatisme yang idealis, katakanlah seperti itu. Mengejar nilai memang harus, tetapi dalam mencari ilmu, kita harus lebih semangat. Mengerjakan TA harus semangat!!! Karena ilmu itu lah yang lebih banyak terpakai dalam mewujudkan cita-cita kita. Dan nilai (serta gelar) bukanlah sesuatu yang urgent dalam proses pewujudan cita-cita hidup saya, melainkan untuk kebanggaan dan kepuasan belaka.

Dalam sebuah organisasi, visi dan misi adalah idealismenya. Sedangkan strategi dan program kerja adalah pragmatismenya. Capaian-capaian dan parameter keberhasilan sebuah program kerja harus terukur (measurable) . Contoh parameter keberhasilan antara lain: berapa uang yang masuk kas karena program yang kita adakan, berapa anggota baru yang terekrut berkat program kita, berapa orang yang hadir pada program kita, berapa orang yang menyatakan dukungan pada program kita, dan seterusnya. Dan semestinya, strategi dan program kerja selaras dengan visi dan misi organisasi. Artinya pragmatisme itu masih dalam bingkai idealisme.

Dalam konteks demokrasi Indonesia, idealisme merupakan makanan yang lezat, memang. Tapi hanya bagi minoritas orang (yang cerdas saja). Mayoritas menganggapnya susah dicerna, sehingga tidak peduli. Oleh karena itu, menampilkan idealisme hanya akan menarik perhatian minoritas orang saja. Padahal dalam demokrasi, jumlah itu sangat penting.

Orang yang pragmatis? Organisasi yang pragmatis? Politisi yang pragmatis? Parpol yang pragmatis? Bagi saya tidak masalah. Sepanjang mereka punya sarana untuk menggigit idealismenya kuat-kuat. Nah, sarana itulah yang membedakan antara something yang pragmatis tulen dan yang pragmatis-idealis.

Wallahu a’lam bish shawab
2. Arti Pragmatisme

Pada garis besarnya, filsafat Amerika Serikat senasib dengan kebudayaan Amerika pada umumnya. Seperti kita ketahui bahwa kebudayaan Amerika Serikat mempunyai ciri khas yaitu tidak mempunyai tradisi yang panjang. Karena itu, ia belum pernah mempunyai wajah sendiri. Kebudayaannya bersandar pada "self made man". Apabila kita lihat, pandang secara cermat, ciri yang penting adalah perkembangan material dan tekniknya.

Perkembangan ini sangat mempengaruhi alam pemikiran bangsa tersebut. Pengaruh itu jelas dalam pragmatisme.

Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani "pragma" yang berarti perbuatan atau tindakan. "Isme" di sini sama artinya dengan isme-isme yang lainnya yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian pragmatisme berarti: ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kreteria kebenarannya adalah "faedah" atau "manfaat". Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it works ( apabila teori dapat diaplikasikan) .

Pada awal perkembangannya, pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan filsafat agar filsafat dapat menjadi ilmiah dan berguna
bagi kehidupan praktis manusia. Sehubungan dengan usaha tersebut, pragmatisme akhirnya berkembang menjadi suatu metoda untuk memecahkan berbagai perdebatan filosofis-metafisik yang tiada henti-hentinya, yang hampir mewarnai seluruh perkembangan dan perjalanan filsafat sejak zaman Yunani kuno (Guy W. Stroh: 1968).

Dalam usahanya untuk memcahkan masalah-masalah metafisik yang selalu menjadi pergunjingan berbagai filosofi tulah pragmatisme menemukan suatu metoda yang spesifik, yaitu dengan mencari konsekwensi praktis dari setiap konsep atau gagasan dan pendirian yang dianut masing-masing pihak.

Dalam perkembangannya lebih lanjut, metode tersebut diterapkan dalam setiap bidang kehidupan manusia. Karena pragmatisme adalah suatu filsafat tentang tindakan manusia, maka setiap bidang kehidupan manusia menjadi bidang penerapan dari filsafat yang satu ini. Dan karena metode yang dipakai sangat populer untuk di pakai dalam mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu, karena menyangkut pengalaman manusia sendiri, filsafat inipun segera menjadi populer. Dan filsafat ini yang berkembang di Amerika pada abad ke-19 sekaligus menjadi filsafat khas Amerika dengan tokoh-tokohnya seperti

Charles Sander Peirce, William James, dan John Dewey menjadi sebuah aliran pemikiran yang sangat mempengaruhi segala bidang kehidupan Amerika.

Namun filsafat inl akhirnya menjadi lebih terkenal sebagai suatu metode dalam mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut kebijaksanaan tertentu.

Lebih dari itu, karena filsafat ini merupakan filsafat yang khas Amerika, ia dikenal sebagaimana suatu model pengambilan keputusan, model bertindak, dan model praktis Amerika.

Bagi kaum pragmatis, untuk mengambil tindakan tertentu, ada dua hal penting. Pertama, ide atau keyakinan yang mendasari keputusan yang harus diambil untuk melakukan tindakan tertentu. Dan yang kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan suatu paket tunggal dari metode bertindak yang pragmatis. Pertama-tama manusia memiliki ide atau keyakinan itu yang ingin direalisasikan.

Untuk merealisasikan ide atau keyakinan itu, manusia mengambil keputusan yang berisi: akan dilakukan tindakan tertentu sebagai realisasi ide atau keyakinan tadi. Dalam hal ini, sebagaimana diketahui oleh Peirce, tindakan tersebut tidak dapat diambil lepas dari tujuan tertentu. Dan tujuan itu tidak lain adalah hasil yang akan diperoleh dari tindakan itu sendiri, atau konsekwensi praktis dari adanya tindakan itu.

Apa yang dikatakan oleh Peirce tersebut merupakan prinsip pragmatis dalam arti yang sebenarnya. Pragmatisme dalam hal ini tidak lain adalah suatu metode untuk menentukan konsekwensi praktis dari suatu ide atau tindakan.

Karena itulah pragmatisme diartikan sebagal suatu filsafat tentang tindakan. Itu berarti bahwa pragmatisme bukan merupakan suatu sistem filosofis yang siap pakai yang sekaligus memberikan jawaban terakhir atas masalah-masa1ah filosofis. Pragmatisme
hanya berusaha menentukan konsekwensi praktis dari masa1ah-masalah itu, bukan memberikan jawaban final atas masa1ah-masalah itu.

Pragmatisme:

Sejarah Pragmatisme
Charles Sanders Pierce, sebagai bapak pramagtisme yang memaklumatkan pemikirannya pada tahun 1878 di Amerika, kemudian dia menulis sebuah buku dengan judul : “ How to Make Our Ideas Clear”. Secara kelahirannya, adalah William James yang mempopulerkan lewat tulisannya yang berjudul “Philosophycal Conceptions and Practical Result” tahun 1898. Aliran ini semakin berkembang, apalagi John Dewey dalam bukunya yang berjudul “Democracy and Education” ;” Reconstruction in Philosophy” ; dan “Experience in Education” serta “How We Think” menyoroti secara tuntas dan terbuka mengenai pragmatisme. Namun , John Dewey dan para pengikutnya lebih suka menyebut pemikirannya tentang pragmatisme sebagai “Instrumentalisme”

Aliran ini tersebar luas dalam koridor filsafat modern. Pragmatisme merupakan inti dari filsafat pragmatik, dan menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya.

Kegunaan praktis disini, bukan berarti adanya pengakuan kebenaran obyektif dengan kriteria praksis, melainkan apa yang memenuhi kepentingan- kepentingan subyek individu.



Ditinjau dari beberapa pandangan dasar :

1. Pengetahuan harus digunakan untuk memecahkan masalah-masalah setiap hari, masalah-masalah praktis; membantu kita beradaptasi dengan lingkungan kita. Pemikiran harus berhubungan dengan praksis dan aksi.
2. Pengetahuan berasal dari pengalaman, metode-metode eksperimental dan usaha- usaha praktis. Pragmatisme kritis terhadap spekulasi metafisik dalam meraih kebenaran.
3. Kebenaran dan arti gagasan harus dikaitkan dengan konsekuensinya (hasil, penggunaan). Gagasan merupakan pedoman bagi aksi positif dan bagi rekonstruksi kreatif atas pengalaman dalam berhadapan menyesuaikan dengan pengalaman-pengalam an baru.
4. Kebenaran adalah apa yang bernilai praktis dalam pengalaman hidup kita, dan ia bertindak sebagai instrumen atau sasaran yaitu :

4.1. Dalam mencapai tujuan-tujuan kita

4.2. Dalam kemampuan kita untuk meramalkan dan menyusun masa depan bagi penggunaan kita.

5. Kebenaran itu berubah, bersifat tentatif dan asimtotis.

6. Arti gagasan (teori,konsep, keyakinan) sama dengan :

6.1. Kegunaan praktis yang dapat diberikan oleh gagasan itu, dan

6.2. konsekuensi yang berasal dari gagasan itu.


Dalam menjelaskan realitas, pragmatisme mengambil pendirian ”empirisme radikal”, yang berkaitan erat dengan empiriokritisisme. Dalam pragmatisme, realitas obyektif diindentikkan dengan ”experience” atau ”pengalaman”, dan pembagian pengetahuan kedalam obyek dan subyek hanya dilakukan di dalam pengalaman.

Hari ibu vs mother's day Sejarah mother's day

Disetiap Negara diadakan perayaan hari ibu yang harinya berbeda-beda sesuai dengan asal mula hari ibu itu ada menurut mereka, ada sebagian pendapat yang mengatakan asal mula munculnya peringatan hari ibu itu dari adat orang romawi kuno dalam peribadatan dan penyembahan dewi Rhea dengan penyelenggaraan festival Cyble, ibu dari segala dewa yunani kuno, pesta yang diadakan di Roma itu mulai tanggal 15-18 maret. Dan selain itu orang romawi kuno juga memiliki hari besar lain yang disebut Matronalia, sebagai peringatan dewi Juno di mana hari itu para ibu-ibu diberikan hadiah. Dan disebagian Negara lain perayaan hari ibu itu bukan berasal dari ibu itu sendiri, tapi lebih condong kepada perayaan hari besar Kristen dan penghormatan kepada gereja.
Di Inggris dan Irlandia ada istilah mothering Sunday yang sering disebut mother's day, dan peringatan ini sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan mother's day yang diperingati orang Amerika. Hari ini deperingati pada minggu ke empat bulan Lent (bulan puasa), yang tepatnya 3 minggu sebelum hari paskah. Kebiasaan ini dianggap berasal dari kunjungan tahunan ibu-ibu ke gereja abad ke 16, yang dipercayai bahwa pada hari Ini juga para ibu-ibu itu harus bersatu bersama anak-anak mereka.
Sedangkan di Amerika, perayaan hari ibu jatuh pada minggu kedua bulan mei, karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.
Hari Ibu di Indonesia sering dimaknai mengikuti tradisi Mother̢۪s Day ala Amerika Serikat atau Eropa yang mendedikasikan hari itu sebagai penghormatan terhadap jasa para ibu dalam merawat anak-anak, suami serta mengurus rumah tangga. Pada hari itu kaum perempuan dibebaskan dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Inti pemaknaan Mother̢۪s Day macam ini adalah perayaan peran domestik perempuan sekaligus peneguhan posisi perempuan sebagai makhluk domestik. Domestifikasi perempuan ini mengawetkan bilik dapur, sumur, dan kasur sebagai domain kaum perempuan.
Penggunaan kata ibu ini pulalah yang tampaknya telah membuat pemaknaan Hari Ibu terseret ke arah pemaknaan Mother̢۪s Day, yang lebih ditujukan untuk memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an (motherhood) dan perannya sebagai "yang telah melahirkan dan menyusui", sebagai pengasuh anak, sumber kasih sayang, pemandu urusan domestik, dan pendamping suami.
Hal-hal inilah yang menjadi titik sentral peringatan Mother̢۪s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother̢۪s Day jatuh pada bulan maret.
Yang barangkali telah merancukan pemaknaan Hari Ibu adalah digunakannya kata "ibu", dan bukan "perempuan". Masalahnya, jika ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang saat itu, titik sentral yang digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan sebatas kaum ibu.
Hari Ibu di Tanah Air yang jatuh pada tanggal 22 Desember mempunyai akar sejarah dan makna jauh berbeda dari tradisi Mother̢۪s Day model Barat. Momentum ini bertolak dari semangat pembebasan nasib kaum perempuan dari belenggu ketertindasan pada waktu itu.
Hari Ibu di Indonesia
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I 22-25 desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandala bhakti Wanita tama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di jawa dan sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai kongres wanita Indonesia (kowani). Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia , R.A.Kartini, Walanda Maramis , Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, Laksamana Malahayati dan lain-lain. Tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember dipilih untuk mengenang diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama, 31 tahun sebelumnya.
Jadi, menilik sejarahnya, mestinya bukan the state of being mother-nya yang diapresiasi, seharusnya peringatan Hari Ibu tidak hanya dimaknai sebagai hari mengungkapkan kasih sayang dan memanjakan ibu, memang Itu tidak salah, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka yang hebat. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Dan seharusnya kita mengambil semangat yang dimiliki para pahlawan wanita seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutia, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan Laksmana Malahayati, Semangat mereka, adalah semangat memperjuangkan hak-hak perempuan, Apalagi permasalahan perempuan zaman sekarang begitu banyak. Misalnya soal perdagangan perempuan, Ini seharusnya disuarakan dalam peringatan Hari Ibu!. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, dan hak-hak lain yang malah menurunkan martabat wanita sebagai ratu dalam keluarga dan pencetak generasi bangsa masa depan!. Para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini, seperti penentangan terhadap perkawinan anak-anak dan kawin paksa, tuntutan akan syarat-syarat perceraian yang menguntungkan pihak perempuan, sokongan pemerintah untuk para janda dan anak yatim, beasiswa untuk anak perempuan dan sekolah-sekolah perempuan. Makna historis penting lainnya dari Kongres Perempuan I adalah menjadi batu pertama yang menandai babak baru bangkitnya gerakan kaum perempuan Indonesia pada waktu itu untuk berorganisasi secara demokratis tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial.
Jadi jelas kalau hari ibu di tanah air kita bukanlah mother's day seperti ala Amerika dan Eropa. Tujuan dan latar belakang peringatan hari tersebut jauh berbeda.
Selamat hari Ibu…mother we all love you….we're nothing without you….Bunda….aku mencintaimu…dari ujung dunia aku mengirim cinta dan doa, semoga engkau diberikan umur panjang dan kesehatan. Selalu doakan anakmu….


Nailunni'am
Mahasiswa Al-Azhar Fak. Ushuluddin
Marhalah Blitza 2005/Pkl

Friday, December 12, 2008

Membiasakan Menulis

Menulis adalah mengekspresikan atau menyimpan dari semua yang bisa dirasakan oleh panca indra pada sebuah teks atau semua alat yang bisa menyimpan tulisan. Kebiasaan menulis sangat bagus untuk ditanamkan pada setiap orang, karena dengan menulis seseorang telah berusaha menyimpan tentang suatu hal dan berusaha juga menuangkan dari apa yang telah dia atau orang lain pikirkan.

Memang untuk membiasakan menulis membutuhkan kesabaran dan keuletan. Menulis bisa dijadikan hiburan, pekerjaan, kebutuhan, ibadah, dll. Dengan membiasakan menulis berarti telah menunjukkan suatu bentuk kreatifitas dalam kehidupan ini.

Manusia diciptakan untuk menjadi makhluk yang pandai, oleh karena itu manusia mesti selalu membiasakan untuk membaca. Membaca tidak hanya dari satu obyek yaitu buku, tetapi termasuk membaca situasi dan keadaan. Dari sumber membaca ini, maka seseorang akan menemukan banyak inspirasi untuk bisa ditulis.

Semua orang akan merasakan kesulitan untuk menulis, ketika mereka tidak terbiasa melakukan aktifitas ini. Namun, kesulitan ini akan bisa teratasi dengan membiasakan menulis. Untuk membiasakan menulis, seseorang bisa memulai dari tulisan-tulisan ringan, seperti catatan kecil tentang kegiatan sehari-hari, menulis pengalaman pribadi, menulis cerpen. Jadikanlah menulis bagian dari kehidupan kita ”The writing is my life”.

Orang akan lebih dikenang setelah kematiannya, ketika ia memiliki peninggalan sebuah karya. Intinya dengan menulis kita akan lebih banyak berfikir dan selain bermanfat untuk diri sendiri juga akan bermanfaat untuk orang lain.

Dalam sebuah pepatah bahasa arab disebutkan” al ‘ilmu shoidun walkitabatu qoiduhu, qoyyid shuyudaka bil hibalil watsiqoh ” Artinya ilmu itu (bagaikan) sebuah gembala, dan tulisan adalah talinya, maka ikatlah gembalaan kamu dengan tali yang kuat/kencang. Dari pepatah yang penuh hikmah ini, kita semua akan lebih sadar tentang kekurangan manusia dengan sifat pelupanya, apalagi ketika sudah memasuki usia tua, sehingga untuk meminimalisir lupa dalam banyak hal, maka kita semua dianjurkan untuk rajin menulis.

Dari tulisan singkat ini, maka semakin jelas tentang urgensitas menulis bagi manusia pada umumnya. Semoga kita semua dapat terus membiasakan menulis dalam upaya memberikan kontribusi untuk pribadi dan sosial

Thursday, December 11, 2008

BERKAH MENULIS Oleh: Udo Yamin Majdi

Dalam tulisan sebelumnya, saya menjelaskan bahwa menulis dapat memberikan kekayaan materi.. Nah sekarang kita bahas sebuah kekayaan yang tidak terhitung nilainya. Ini yang saya sebut dengan berkah menulis.

Kita hidup di dunia ini sangat singkat. JIka kita memakai standar usia nabi Muhammad Saw., maka umur kita hanya 63 tahun. Kalau kita bagi hidup kita menjadi tiga bagian: 20 tahun pertama untuk konsentrasi belajar atau menuntut ilmu, 20 tahun kedua untuk mengamalkan ilmu dengan berkarya dan berkeluarga, maka hanya 20 tahun untuk berbagi kepada masyarakat. Berarti betapa singkatnya hidup kita untuk berbuat baik kepada manusia?

Namun ternyata berkah hidup kita tidak terukur dari seberapa panjang usia kita, melainkan apa dan mengapa kita melakukan sesuatu. Meskipun umur kita pendek, jika kita beramal sholeh dan semata-mata karena Allah swt. hanya 6 hari, maka itu jauh lebih baik dari 60 tahun tapi selalu maksiat.

Sekali lagi, ukuran keberkahan hidup kita, bukan dari limit waktu yang ada, tapi sejauhmana kita mengisi waktu yang ada untuk memberikan yang terbaik bagi makhluk Allah Swt... Bisa jadi, dari segi usia seorang hampir 90 tahun, namun dari segi amaliah lebih berbobot orang lain yang berusia 30 tahun. Mengapa demikian?

Sebab orang pertama, berbuat hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan, yang kedua, selain untuk dirinya sendiri, juga bermanfaat bagi orang yang lain. Dan salah satu cara meraih keberkahan hidup adalah menulis. Sebab, dengan tulisan, kita bisa berbagi dengan banyak orang, sehingga kita menjadi buah tutur yang baik generasi selanjutnya.

Ingin menjadi buah tutur yang baik, jauh berbeda dengan ingin dipuji. Ingin menjadi buah tutur yang baik, berusaha semaksimal mungkin berbuat baik dan berharap agar orang lain terinspirasi untuk berbuat baik pula. Sedangkan ingin dipuji manusia, lebih kepada kepuasan nafsu dan tidak ada niat mengajak orang lain berbuat baik, melainkan hanya ingin dikatakan sebagai orang baik.

Oleh sebab itu, dalam Al-Quran permohonan menjadi buah tutur yang baik disebutkan setelah menjadi "ahli hikmah" dan menjadi "orang sholeh". Sebab, ahli hikmah dan orang sholeh, tidak mau berbuat riya dan sum'ah, melainkan mereka ingin orang lain mengambil pelajaran dari hidupnya. Ini terungkap dari permohonan nabi Ibrahim as., berikut ini:

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukan aku dalam golongan orang sholeh, dan jadikan aku buah tutur yang baik bagi generasi yang datang kemudian” (Qs. Asy-Syu’ara [26]: 83-84)

Sedikit saya bercerita, sewaktu saya mengetahui bahwa buku saya Quranic Quotient: Menggali & Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Quran terjual 3000 eksemplar, yang terbetik dalam benak saya, bukan royalti. Malahan dalam hati saya bertanya, “Seberapa banyak orang yang mendapat hidayah ketika membaca buku saya?” Kalau buku saya telah terjual sebanyak 3000 eksemplar, berarti ada 3000 orang yang membeli. Dan setiap pembeli memiliki ortu dan dua orang adik, dan mereka membaca semua, berarti yang telah membaca karya saya tersebut, 5 orang kali 3000 eksemplar, berarti sebanyak 15.000 orang.

Dan ternyata yang merasa terketuk hatinya untuk membaca Al-Quran setelah buku saya itu ada 10%, maka ada 1500 orang. Dan menurut keterangan Nabi, bahwa jika kita mengajak orang lain berbuat baik, maka kita akan mendapatkan pahala seperti yang diterima oleh orang lain itu, tanpa mengurangi pahala mereka. Kita ambil contoh, masing-masing mereka membaca Al-Quran khatam satu kali. Berarti kita mendapatkan pahala membaca Al-Quran 1500 kali. Nah, kalau saya baca sendiri Al-Quran, berapa lama waktu yang harus saya pergunakan untuk mengkhatam Al-Quran 1500 kali?

Sebagai penulis Quranic Quotient, saya sangat bahagia, ketika membaca e-mail atau SMS dari pembaca yang bercerita bahwa buku saya telah merubah hidup mereka, dari yang tidak mau membaca Al-Quran, akhirnya rajin membaca, mempelajari, dan berusaha mengamalkan isi Al-Quran.

Itu baru dari segi nilai ukhrawinya. Lantas, manakala dari 1500 orang itu tetap mengingat dan mengenang kita, meskipun kita telah meninggal; kita menjadi buah tutur yang baik bagi generasi kemudian, bukankah ini adalah sebuah berkah?

Nah, jika Anda menginginkan seperti permintaan nabi Ibrahim as., menjadi buah tutur yang baik bagi generasi kemudian, maka cepat-cepatlah menulis, sebelum kematian menjemput Anda!

Wednesday, December 10, 2008

SKB RI-Rusia Ibarat Pembuka Kran Masalah

11/12/2008 11:21 wib - Internasional Aktual

London, CyberNews. Dubes Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaludin mengatakan Sidang Komisi Bersama (SKB) RI-Rusia berakhir, kini tinggal bagaimana mengimplementasikan seluruh kesepakatan yang dibuat bersama.

"Setelah SKB, baik Indonesia maupun Rusia harus menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa Implementasi," ujar Dubes seperti disampaikan Counsellor KBRI Moskow, M. Aji Surya, Kamis.

Dubes mengatakan bahwa pencapaian dari SKB adalah implementasi, bukan sekedar pembuatan program. Menurut M. Aji Surya, sebanyak 51 anggota delegasi Sidang Komisi Bersama RI-Rusia (SKB) mulai meninggalkan kota Moskow yang dingin membeku.

Suasana hangatnya perundingan bilateral tersebut tidak terasa lagi di KBRI yang berada di jantung kota termahal di dunia. Sisa-sisa dokumen yang tidak terpakai mulai dibenahi. Kini, semua kembali ke kondisi normal.

Menghadapi paska SKB, Dubes Hamid Awaluddin memiliki catatan penting. "Saya sering sampaikan SKB adalah 'kran' yang mengalirkan masalah yang tersumbat dan tidak lancar."

Menurut Dubes, dari SKB ke-5 di Moskow ini ia melihat banyak kegiatan memiliki prospek bagi hubungan bilateral kedua Negara di tahun medatang. "Kini kita punya modal bergerak maju, tidak stagnan," ujar dubes.

Diakuinya berbagai sumbatan yang berhasil diatasi dalam SKB antara lain dalam perdagangan, pariwisata dan transportasi. "Semua itu merupakan mata rantai yang saling mengait."

Dengan target penerbangan langsung dari Rusia ke Indonesia tahun depan maka arus wisatawan jadi lancar. Diharapkanya tahun depan wisatawan Rusia ke Indonesia lebih dari seratus ribu.

Sementara itu, perdagangan yang telah mencapai target satu milyar dolar juga dapat ditingkatkan melalui kerjasama kedua Kadin dan Business Council yang segera berdiri. Diharapkan Rusia lebih banyak membeli produk dan menanamkan modalnya di Indonesia dan dengan penerbangan langsung tidak hanya membawa penumpang, tapi juga kargo.

Diakuinya kesepakatan yang paling spektakuler adalah kerjasama budaya dalam bentuk peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Dalam SKB itu disepakati peringatan besar-besaran dalam bentuk pameran budaya baik di kota-kota besar di Indonesia maupun Rusia.

Ini sangat penting dalam rangka peningkatan pemahaman kedua masyarakat, "people-to-people contact." Dampak dari kegiatan semacam ini tentunya akan menguntungkan kedua bangsa. Dalam tataran praktis, kedua negara sepakat memperkuat kerjasama di bidang perbankan dan turisme.

Saat ini Alfa Bank Rusia telah bermitra dengan Bank Mandiri. Disayangkan, wakil dari perbankan Indonesia tidak hadir dalam SKB padahal counterpart-nya dari Rusia datang, ujar dubes. Dubes mengharapan turis Rusia akan membeludak di tahun depan asal semua pihak konsisten.

Dalam protokol disebutkan akan ada "joint promotion on tourism," pelatihan bahasa Rusia bagi pemandu wisata Indonesia hingga kunjungan media Rusia ke tempat-tempat wisata di Nusantara. Bahkan Pemerintah Rusia juga akan mendorong masyarakatnya untuk berkunjung ke 10 tujuan wisata di luar Bali.

Untuk itu, di awal tahun depan, KBRI dan Depbudpar sepakat mengundang dan menfasilitasi tour operator Rusia ke Indonesia. "Kerjasama investasi juga akan terus didorong meskipun investasi adalah kegiatan yang sering dinilai beresiko," ujarnya.

Dubes mengatakan bahwa ia mendesak Rusia agar segera mengimplementasikan rencananya untuk investasi di bidang teknologi, energy, minyak dan gas, komuniasi hingga perkebunan. Diakuinya secara rutin ia akan mengadakan pertemuan dengan pebisnis Rusia dan pebisnis Indonesia karena investasi tidak datang begitu saja.

Kendala utama dari berbagai kesepakatan yang ada berada dalam diri sendiri. "Adakah kesadaran untuk melaksanakan ataukan cukup puas berhenti pada kertas yang tak bermakna," tanyanya.

Dubes mengatakan KBRI berusaha untuk mengamati ke 62 butir kesepakatan selanjutnya dapat mengimplementasian secara maksimal. "Bila ada masalah di tengah jalan, dirinya bersama Dubes Ivanov di Jakarta berusaha untuk menyesaikan," kata Dubes Hamid Awaludin.

Monday, December 8, 2008

Teknologi, Syarat Mutlak Memajukan Industri

Dewi Lusiana
Mahasiswi Program Doktor Administrasi Bisnis, Newcastle University, Australia.


Dalam ekonomi pasar berlaku dalil sukses dan berhasilnya sebuah badan usaha dan bahkan ekonomi sebuah negara ditentukan oleh kehendak pasar, sedangkan kata kunci merebut kehendak pasar ini pun jelas pula, yaitu persaingan bebas. Dalam kaitan ini, muncul adegium yang mengatakan siapa yang sanggup memenangkan persaingan bebas, akan merebut kehendak pasar, dan siapa yang merebut kehendak pasar, akan menjadi penguasa dalam imperium ekonomi dunia.

Persoalan apakah peranan negara di dalam aktivitas ekonomi semakin terpinggirkan oleh pasar (market) ataukah tidak dan termasuk pula baik atau tidaknya peminggiran masih dalam perdebatan. Ini tentu bermakna pemikiran yang berasal dari ide-ide kapitalis masih belum mencapai kata akhir.

Kecenderungan perekonomian dunia dalam beberapa dekade terakhir ini menjurus ke arah ekonomi pasar. Persoalan paling krusial yang harus dijawab oleh negara-negara berkembang adalah bagaimana caranya agar mereka tidak tergilas roda perekonomian. Atau jika mungkin, justru merekalah (negara-negara berkembang) yang menjadi pemutar (atau setidaknya ikut memutar) roda tersebut.

Jika kita mengabaikan pandangan monetarist dan mengatakan industri riil motor utama yang akan memberi kemakmuran, pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimanakah negara-negara berkembang menguasai dan mengejar ketertinggalan teknologi. Sejak industri dunia bangkit melalui revolusi industri pada abad ke-18, sejak itu jelas inti pertumbuhan industri adalah teknologi.

Industri tanpa teknologi adalah ilusi. Karena itu, syarat utama menjadi negara industri adalah penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi bukanlah perkara mudah, apalagi karena teknologi bersifat inovatif atau up-date.

Upaya menguasai teknologi, terutama oleh negara berkembang, sering mirip dengan mengejar fatamorgana atau mirip perpacuan Achilles dan Hector dalam Perang Troya. Namun, karena adanya bukti-bukti negara-negara yang tadinya agraris dapat mengubah menjadi negara industri (misalnya, Jepang, India, Korea Selatan, dan Taiwan), dapat disimpulkan penguasaan teknologi oleh negara berkembang (termasuk Indonesia) bukanlah mustahil.

Bukan alih teknologi
Berharap alih teknologi dari negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan multinasional, tidak akan menjadi solusi bagi persoalan di atas, melainkan (lagi-lagi) ilusi. Kalau kita melihat kegiatan berproduksi dan merebut pasar global adalah suatu persaingan dan bahkan pertarungan, sebuah negara yang memberikan teknologi maju dan terdepannya ke negara lain akan sama halnya dengan membekali musuh dengan peluru.

Dari kasus industri mobil di Indonesia (dan juga industri lainnya), di mana perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia bertahun-tahun hanya dijadikan perusahaan perakit dan pemasar, sementara sebagian besar komponen produksi masih didatangkan dari luar negeri. Maka, persoalan sudah amat jelas, alih teknologi memang tidak terjadi dan tidak dapat diharapkan.

Kalau kita tidak boleh terlalu banyak berharap dari bangsa lain dalam hal pengembangan teknologi, apakah solusi yang mungkin ditemui? Jomo K S, ekonom kenamaan asal Malaysia, sekaligus pula penulis sejumlah buku dan analisis tentang perkembangan industri dan teknologi negara-negara Asia, belum lama ini mengatakan sebagai berikut. Dengan derasnya aliran investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) dari negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan multinasional beberapa tahun terakhir ini, negara berkembang seharusnya mampu mengambil manfaat berlipat.

Selain mendapat tambahan kapital untuk pertumbuhan ekonomi nasional, hal tersebut juga memungkinkan mereka meminjam, merekayasa terbalik, dan bahkan meniru teknologi negara maju dan perusahaan besar tadi, kemudian memodifikasinya sesuai kebutuhan dalam negeri masing-masing.

Menciptakan teknologi baru dari kondisi nol, di samping membutuhkan biaya besar dan waktu panjang juga memerlukan kesiapan sumber daya manusia ahli dan terlatih sebagai pelaku. Karena itu tidak heran banyak negara berkembang yang umumnya tidak memiliki kemampuan dan dana cukup untuk invensi, di samping pula terdesak kebutuhan meningkatkan daya saing global, lebih memilih menempuh cara-cara yang disebutkan di atas sebagai jalan pintas untuk menguasai teknologi.

Kebangkitan teknologi India, Korea Selatan, dan Taiwan dalam 10 tahun terakhir, termasuk pula jatuh bangunnya sejumlah industri bidang teknologi di tiga negara ini pada masa transisi menjadi negara industri, suka atau tidak fakta bahwa negara berkembang pun sanggup mematahkan dominasi negara maju dalam hal penguasaan teknologi.

Dalam kasus India, misalnya, ini dapat dilihat dalam industri farmasi yang memegang peranan penting dalam perekonomian mereka, sekaligus menjadi salah satu yang terbesar dan termaju di dunia (22 persen dari total obat global disuplai India). Keberhasilan ini dicapai berkat penguasaan teknologi maju yang mereka peroleh melalui reverse engineering seperti disebutkan sebelumnya, yaitu meneliti teknologi pembuatan obat-obatan yang diciptakan negara Barat dan kemudian membuat versi lokalnya untuk menghasilkan obat sejenis dengan biaya lebih murah.

Padahal, hingga pertengahan 1990-an industri farmasi India belum dianggap penting dan bahkan belum masuk hitungan para pengamat dunia. Mirip dengan India, kemajuan teknologi yang dimiliki Korea Selatan saat ini pun tidak murni berasal dari invensi.

Seperti ditulis Dr Isa Ducke, akademisi dan peneliti yang ahli Jepang, dalam bukunya: Status Power: Japanese Foreign Policy Making Toward Korea, kemajuan industri mobil di Korea Selatan hasil mempelajari secara diam-diam dan meniru teknologi Jepang selama bertahun-tahun. Melihat kemiripan antara mobil Korea dan Jepang, fakta teknologi yang digunakan adalah sama memang sulit dibantah.

Memerhatikan kemajuan spektakuler India, Korea Selatan, dan juga negara-negara lain dalam pengembangan dan penguasaan teknologi, mungkin kita dapat mengambil kesimpulan: akuisisi teknologi bisa dilakukan dengan cepat, bukan dengan melakukan invensi, melainkan dengan cara mencari jejak negara-negara pendahulu (melalui riset) dan kemudian mengikutinya. Bahkan, dalam konteks kemajuan teknologi di Jepang, Profesor Kaname Akamatsu, pencipta Flying Geese Model, yang terkenal itu pun secara eksplisit mengatakan tentang adanya peniruan tersebut.

Uraian di atas langsung atau tidak sekaligus pula mengisyaratkan Indonesia harus segera menentukan langkah dan mengambil sikap terkait upaya pengembangan dan penguasaan teknologi. Jika dilihat dari konteks kepentingan nasional, di mana pengembangan teknologi menjadi syarat mutlak memajukan ekonomi, maka menempuh cara di atas merupakan alternatif, dan kalau bukannya keharusan.

Bagaimana menyiasati tuntutan hukum, terutama mengkaji sampai sejauh mana dapat dikatakan menjiplak dan sejauh mana tidak, tentu merupakan seni tersendiri. Jika kita mengatakan industri berasal dari Eropa, kemudian disusul oleh Amerika, Jepang dan negara-negara lain di Asia, maka langkah pertama dan utama para follower ini dalam pengembangan teknologi tampaknya memang telah menapak jalan di atas.

Ikhtisar:
- Alih teknologi tidak akan menjadi solusi bagi persoalan negara-negara berkembang.
- Reverse engineering mutlak agar bisa menguasai teknologi maju untuk kepentingan industri.
(-)

Kurban

Oleh Oma Rahmad Rasyid

''Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.'' (QS Alhajj [22]: 37)

Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS adalah dua sosok pilihan yang patut diteladani bagi manusia yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keduanya berhasil lolos dan lulus dari proses penyeleksian yang begitu panjang dan berat dengan mengorbankan sesuatu yang sangat berharga, yang tidak lain adalah nyawa.

Dari keduanya, kemudian kita mengenal peristiwa kurban. Peristiwa bersejarah yang sangat fenomenal yang memiliki nilai spiritual tinggi, yang rasanya tidak akan mampu dilakukan oleh manusia manapun di abad ini.

Begitu dahsyatnya peristiwa itu, beberapa sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Ya Rasulullah, apa itu kurban?'' Rasulullah menjawab, ''Itu sunah bapakmu Ibrahim.''

Lalu sahabat bertanya lagi, ''Apa manfaat dari kurban ini?'' Rasulullah menjawab, ''Setiap dari bulu-bulu hewan yang dikurban dihitung menjadi nilai kebaikan.'' (HR Iman Ahmad dan Ibnu Majah dari Zaid bin Arqom).

Sungguh tinggi pahala yang akan Allah SWT berikan kepada mereka yang berkurban. Rasulullah SAW selalu berkurban, bahkan acap kali berkurban dengan dua kambing. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk kaum Muslimin.

Dari apa yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW ini, ada ulama yang mewajibkan melaksanakan kurban bagi mereka yang mampu. Adapun dalil yang diambil adalah Surat Alkautsar [108] ayat 2, ''Maka, dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.''

Namun demikian, jumhur ulama berpendapat, melaksanakan kurban adalah sunah muaqqadah, sunah yang mendekati wajib. Momentum Idul Adha ini dapat dijadikan ajang untuk membuktikan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama, terutama kepada para fakir miskin yang memang mengharapkan uluran tangan kita.

Selain itu, momentum ini menjadi sarana berlatih bagi kita semua untuk terbiasa berkurban bagi orang lain, termasuk di dalamnya berkurban demi kepentingan bangsa dan Tanah Air di tengah krisis.

Dan, yang terpenting, sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, momentum ini juga merupakan kesempatan yang tepat untuk menunjukkan jati dirinya sebagai orang beriman yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kapan lagi kalau tidak sekarang.

Kurban dan Kesalehan Sosial

Oleh Suprianto

''Maka, dirikanlah shalat karena Rabb-mu, dan berkurbanlah.'' (QS Alkautsar [108]: 2).

Bagi umat Islam yang mampu, kurban hukumnya wajib. Kurban merupakan salah satu ibadah tertua yang ada. Sesuai perintah Allah SWT dalam ayat di atas, kurban dianjurkan kepada para nabi mulai dari zaman Nabi Adam sampai sekarang.

Ibadah kurban merupakan upaya menghidupkan sunah para nabi Allah SWT dengan menyembelih sesuatu dari pemberian-Nya kepada manusia sebagai ungkapan rasa syukur. Kemurnian ketaatan dengan mengerjakan seluruh perintah-Nya adalah bukti syukur tertinggi.

Di antara hikmah berkurban adalah mendekatkan diri atau taqarub kepada Allah SWT atas segala kenikmatan-Nya. Kenikmatan itu jumlahnya demikian banyak, sehingga tak seorang pun dapat menghitungnya. (QS Ibrahim [14]: 34).

Hikmah secara eksplisit dan tegas tentang kurban ini, telah diungkapkan dalam Alquran, ''... Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang minta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.'' (QS Alhaj [22]: 36).

Hikmah berikutnya adalah menghidupkan makna takbir di Hari Raya Idul Adha, dari 10 hingga 13 Dzulhijjah, yakni hari Nasar (penyembelihan--Red) dan hari-hari Tasyriq. Dengan setulusnya, kita bersaksi bahwa hanya Allah-lah yang Mahabesar, Maha Esa, Mahaperkasa, dan sifat kesempurnaan lainnya.

Kebahagiaan akan tercapai bila manusia menyadari fungsi keberadaannya di dunia ini hanyalah untuk menjadi hamba dan abdi Allah SWT, bukan abdi dunia, ataupun abdi setan. (QS Addzariyat [51]: 56).

Di samping itu semua, Hari Raya Kurban berdimensi sosial kemasyarakatan yang sangat dalam. Itu terlihat ketika pemotongan hewan yang akan dikurbankan, para mustahik yang akan menerima daging-daging kurban itu berkumpul.

Mereka satu sama lainnya meluapkan rasa gembira dan sukacita. Yang kaya dan yang miskin saling berpadu, berinteraksi sesamanya. Luapan kegembiraan di hari itu, terutama bagi orang miskin dan fakir, lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini, sangat tinggi nilainya, ketika mereka menerima daging hewan kurban tersebut.

Ibadah kurban menegaskan Islam adalah agama yang berdimensi sosial. Karena itu, orang Islam yang tidak mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, dianggap sebagai pendusta agama. (QS Alma'un [107]: 1-3).
(-)

Pelajaran dari Ismail

Oleh Ahmad Syaikhu

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ''Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!'' Ia menjawab: ''Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,'' (QS Asshaaffaat [37]: 102).

Tamsil yang dicontohkan Ismail AS, tatkala mendengar perintah ayahnya untuk menyembelih dirinya merupakan mujahadah yang sangat besar. Betapa ia lebih mementingkan kepentingan Allah daripada kepentingan dirinya.

Rasul SAW pernah ditanya oleh sahabat, ''Wahai Rasul, jihad apa yang paling besar?'' Rasul menjawab, ''Jihad melawan hawa nafsu.'' (HR Muttafaq 'Alaih).

Penggalan percakapan tadi mengindikasikan bahwa hawa nafsu adalah faktor yang paling dominan yang memengaruhi perilaku seseorang. Dalam berkurban, anak adam diajarkan untuk menundukkan nafsu, lebih melihat saudara yang berada di bawahnya. Di sini bermain antara sikap egois dengan sikap sosial. Sebab itu, tidak sembarang manusia yang mampu untuk melaksanakan ritual ini.

Untuk itu pula, dalam hadis riwayat imam Ahmad, Rasul menegaskan, ''Siapa memiliki kelapangan uang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami''. Sebaliknya, berita gembira bagi mereka yang melaksanakan kurban, Rasul bersabda, ''Tidak ada perbuatan yang paling disukai Allah pada Hari Raya Haji selain berkurban. Sesungguhnya orang yang berkurban akan datang pada hari kiamat dengan membawa tanduk, bulu, dan kuku binatang kurban itu. Dan sesungguhnya darah kurban yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah daripada (darah itu) jatuh ke bumi. Maka, sucikanlah dirimu dengan berkurban.'' (HR Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Ibrah esensial dari perjalanan Ismail dan Ibrahim AS yang masih sangat relevan untuk kita teladani saat ini adalah sikap sabar, taat, dan ikhlas. Gambaran ketiga sikap ini sangatlah jelas tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya untuk melakukan penyembelihan (lihat QS 37: 103). Tetapi, apa yang terjadi, atas kebesaran Allah, Ismail digantikan dengan hewan sembelihan yang besar. Bahkan, kebaikan keduanya diabadikan dan menjadi pelajaran untuk umat berikutnya.

Di atas itu semua, di tengah krisis global, bahkan multidimensional, melalui ritual kurban umat Muslim sudah selayaknya bersikap optimistis akan janji Allah SWT. Yakni, bahwa Allah akan diberikan kemenangan, kemudahan, dan Allah akan memenuhi janji-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang sabar, taat, dan ikhlas. Wallahu a'lam.
(-)

Gereja Katolik Surabaya Bagikan 600 Paket Daging Kurban

By Republika Contributor
Selasa, 09 Desember 2008 pukul 00:58:00


SURABAYA -- Gereja Katolik Santo Aloysius Gonzaga Surabaya, Jawa Timur ikut merayakan Hari Raya Iduladha dengan membagikan 600 paket daging kurban kepada kaum "dhuafa" (masyarakat miskin) di Surabaya, Senin.

Pastor Paroki (PR) Gereja Katolik Santo Aloysius Gonzaga Surabaya, Romo Harjanto Prajitno mengatakan, penyembelihan hewan kurban dan membagikan daging ke masyarakat miskin di sekitar gereja tersebut merupakan kegiatan tahunan yang biasa digelar oleh Forum Komunikasi Masyarakat Pelangi (FKMP) yang terdiri dari gabungan umat tanpa memandang asal-usul agama."Tujuannya untuk mempererat tali persaudaraan antara umat Islam dan Kristen di Surabaya," katanya.

Menurut dia, persaudaraan sejati itu meliputi lintas agama dan sosial. Untuk itu, ia berpesan agar semua umat beragama menghilangkan sekat-sekat itu karena semuanya sama-sama ciptaan Tuhan.FKMP sendiri, kata dia, secara rutin mengambil tempat di gereja agar masyarakat mampu hidup berdampingan dan terbiasa menerima perbedaan.

Melalui momen Iduladha, menurut Romo Harijanto, menekankan inti kerelaan berbagi dalam kehidupan umat beragama. Untuk itu, ia mengimbau semua umat beragama agar peka terhadap lingkungan termasuk para tetangga yang belum tentu memiliki keyakinan yang sama.Kegiatan tersebut mendapat sambutan baik dari masyarakat penerima kurban seperti halnya yang diungkapkan salah satu warga Tanjungsari, Surabaya, Masripah yang mengaku senang karena masih ada yang mau peduli padanya."Saya bersyukur tahun ini masih dapat daging kurban, walaupun ini dari gereja," katanya.

Panitia sendiri menyiapkan 600 paket daging kurban kepada keluarga penerima paket daging kurban. Penerima daging kurban meliputi kawasan Tanjungsari, Sukomanunggal dan Donowati.Hingga tahun ini FKMP sudah melaksanakan delapan kali pembagian daging kurban di Gereja Katolik Santo Aloysius Gonzaga Surabaya.ant/kp

Perseteruan PKB dan Mardjoko Meruncing

LINTAS KEDU-BANYUMAS

09 Desember 2008

PURWOKERTO - Hubungan Bupati Banyumas Mardjoko dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (partai pengusung saat Pilbup) yang sudah berlangsung 11 bulan, semakin tidak mesra. Konflik meruncing itu akibat terjadi perbedaan pendapat mengenai anggaran pendidikan 20 persen dari APBD 2009. PKB ngotot minta 20 persen, tetapi Pemkab bersikeras menolak.

Bahkan antara PKB dan Pemkab saling menantang. PKB mengancam akan walk out, namun ancaman itu dinilai oleh Pemkab sebagai gertak sambal untuk mencari dukungan masyarakat. Pejabat Pemkab menuding PKB hanya mencari sensasi politik menjelang Pemilu 2009.

Dekan FISIP Unsoed, Drs Bambang Kuncoro Msi mengatakan, hubungan antara PKB dan Pemkab memanas tidak bisa lepas dari kebijakan Bupati Mardjoko yang sejak semula menolak pendidikan gratis yang diperjuangkan PKB. Saat itu PKB melalui Komisi D mengajukan Raperda inisiatif yang memperjuangkan pendidikan gratis, namun Mardjoko tidak setuju.

Dia menilai konflik keduanya harus dilihat ke belakang, sebelum mereka bersatu dalam Pilbup Februari lalu. Kalau hubungan keduanya hanya transaksional, artinya Mardjoko hanya menggunakan PKB sebagai kendaraan politik untuk menjadi Bupati Banyumas, maka di dalamnya tidak ada hubungan visioner untuk bersama-sama membangun daerah ini.

Pola hubungan transaksional ditandai dengan hubungan sesaat, yaitu antara penjual dan pembeli. Sifat dari pembeli biasanya lupa dengan penjualnya, bila barang yang dibeli sudah didapat. ’’Jika hanya ada hubungan transaksional, maka program keduanya tidak akan berjalan,’’tegasnya.
Beda Pandangan
Bupati secara teori politik harus punya dukugan massa dari partai, karena parpol akan mendukung ide-idenya sampai proses kepemimpinan lima tahun berakhir. Dukungan dari partai harus dilakukan secara terus menerus.

Dalam musyawarah itu, PKB bisa mengajukan argumennya, begitu juga bupati akan memaparkan alasannya kenapa menolak anggaran pendidikan 20 persen. Kemudian dicarikan jalan tengah, untuk kompromi.’’Kalau konflik terus menerus dampaknya pasti jelek bagi keduanya,’’ujarnya. (in-55).

Monday, December 1, 2008

Eksotika Lapangan Merah

Minggu, 02 November 2008 pukul 10:11:00

Jalan-jalan ke Moskow, ibukota Russia, sayang jika melewatkan Lapangan Merah. Kawasan wisata termasyhur yang berada di pusat kota ini dikelilingi bangunan-bangunan tua yang eksotik, yang memang dilestarikan sebagai cagar budaya.

Bangunan tua yang populer di kota termahal di dunia itu, antara lain adalah Kremlin (istana kenegaraan tempat tinggal presiden Rusia) dan pusat perbelanjaan Kataigorod, yang berada hampir bersebarangan, dipisahkan Lapangan Merah.

Uniknya, Kremlin dihiasi 20 menara. Salah satu menaranya yang paling terkenal adalah Spasskaya, karena ketinggiannya. Menara ini dibangun pada 1725, dengan ketinggian 71 meter. Kremlin dikelilingi tembok yang memagari areal yang sangat luas, sekitar 27,5 hektar.

Bangunan unik lainnya di dekat Lapangan Merah adalah Katedral Saint Basil, sebuah gereja yang mempunyai banyak atap berbentuk kerucut dan kubah berwarna-warni -- kubah-kubahnya mirip stupa candi Borobudur.

Sebagai kota termahal, Moskow memang dapat dianggap sebagai kota yang unik dan eksotik, karena tidak menampilkan bangunan-bangunan modern layaknya kota-kota besar di dunia. Yang bertebaran justru bangunan-bangunan tua peninggalan sejarah masa lalu. Namun, justru di situlah letak pesona Moskow sebagai kota tujuan wisata yang banyak didatangi turis asing.

Tidak jauh dari Lapangan Merah, beberapa blok dari Kremlin, di dekat Sungai Moskow, ada juga gereja tua Katedral Christ the Saviour. Sementara, di bagian lain ibukota Rusia itu, ada Menara Ostankino setinggi 540 meter, yang merupakan pemancar televisi dan radio. Menara yang dirancang oleh Nikolai Nikitin ini tertinggi ketiga di dunia.

Metro bawah tanah
Untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di Moskow, tidak harus menyewa mobil, meskipun semua merek mobil ada dan tersedia. Cukup naik metro bawah tanah saja. Dengan naik metro, dijamin banyak hal yang bisa didapatkan. Mulai dari efisiensi waktu, mengenal lingkungan, faham sejarah, hingga menikmati keindahan karya-karya besar peninggalan masa komunis.

Dengan metro Anda akan lebih cepat menuju tujuan, sedang dengan kendaraan darat akan menghadapi kemacetan yang luar biasa. Dari Bandara Domodedovo hingga pusat kota di pagi atau sore hari misalnya, mobil yang kita tumpangi bisa terseok-seok hingga tiga jam. Belum lagi sikap pengendara yang belum matang, sehingga banyak terjadi kecelakaan lalu lintas. Hampir setiap berkendara 10 km di kota Moskow akan terlihat setidaknya satu kecelakaan.

Naik metro bawah tanah relatif lebih aman dan murah. Dalam satu hari mampu mengangkut 9 juta commuter tanpa kecelakaan yang berarti. Jika pada tahun 1935 metro hanya memiliki 13 stasiun, saat ini sudah terbangun lebih dari 160 stasiun dengan 11 jalur, sehingga dapat menjangkau hampir ke seluruh sudut kota Moskow dan kawasan-kawasan penting di sekitarnya. m aji suryo


'Istana Bawah Tanah'

Stasiun metro di Moskow merupakan stasiun yang terindah di dunia, sehingga mirip istana bawah tanah. Lupakan sejenak kenyamanan metro di kota mode Paris yang sudah mencapai tiga line ke bawah, ataupun metro Singapura yang terkenal sangat bersih karena banyaknya larangan.

Metro Moskow yang mulai dibuat pada masa Stalin ini menjanjikan pemandangan mata yang menyentuh jiwa. Setiap stasiun dibangun secara serius baik dari sisi keselamatan, kenyamanan maupun artistiknya. Para artis bekerja siang dan malam untuk menghias setiap stasiun sehingga para pengguna jasa metro dibuat berkelana dari satu galeri ke galeri lainnya.

Begitu memasuki gerbang dalam, Anda mungkin terkejut karena ternyata metro pertama ada pada kedalaman sekitar 30 meter. Dengan menggunakan escalator kita akan sampai pada istana yang dipenuhi ornamen penuh makna mulai dari mozaik, patung dari marmer tua hingga lampu kristal kuno.

Stasiun Komsomolskaya misalnya, di design oleh seorang arsitek terkemuka, Shchusev. Inilah stasiun yang paling indah yang atapnya dihiasi panel-panel mozaik karya Korin yang menggambarkan keperkasaan pimpinan militer pada abad ke-14.

Semua mozaik pada dinding stasiun ini dibuat dengan menggunakan teknik kuno Bizantium yang mengawinkan kaca, marmer dan granit. Disini pula pernah dipajang panel berjudul Penyerahan Bendera Jaga yang menggambarkan Stalin memegang bendera dan seorang serdadu jongkok dan menciumnya.n aji
(-)