Sunday, October 21, 2007

Akbar Jajaki Kemungkinan Lain

Setelah Konvensi Golkar Ditiadakan
JAKARTA - Mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung mengisyaratkan bahwa dirinya serius maju dalam pemilihan presiden (pilpres) 2009. Hal itu diperlihatkan saat dirinya menanggapi pernyataan Ketua Umum DPP Golkar Jusuf Kalla yang bakal meniadakan sistem konvensi untuk menjaring calon presiden (capres).

"Jika memang tidak ada konvensi, tentu saja saya akan mencoba kemungkinan-kemungkinan lain," tegasnya, Selasa (16/10).

Dia menyatakan, niatnya maju menjadi capres pada 2009 hampir pasti. Karena itu, sejumlah kemungkinan lain, termasuk lewat pintu parpol di luar Partai Golkar, akan dicoba. "Tapi, saat ini, semua akan saya pelajari dulu," jelas mantan ketua DPR itu.

Akbar menegaskan, saat ini dirinya tidak akan terburu-buru menentukan jalan yang akan dipilih terkait dengan rencananya ikut berlaga dalam pilpres mendatang. "Akan melalui jalur yang mana, saya belum bisa bicara sekarang," ungkapnya.

Dia menyatakan, dirinya masih memiliki harapan bisa maju sebagai capres dari partai yang pernah dipimpinnya pada 1999-2004 itu. "Sejak dulu hingga kini, saya tetap mengidentifikasi diri sebagai orang Golkar. Jadi, wajar kalau masih berharap," ujarnya.

Meski hampir pasti ditiadakan, Akbar menyatakan penjaringan capres di Partai Golkar seharusnya tetap menggunakan mekanisme konvensi. Sebab, kata dia, dengan membuka seluas-luasnya pintu penjaringan capres, hal itu akan bisa memberikan citra positif bagi partai. "Jangan sampai muncul anggapan di masyarakat bahwa partai ternyata tidak benar-benar serius melakukan proses demokratisasi di dalam," tegasnya.

Penjaringan capres Partai Golkar pada 2004 memang disambut positif sejumlah kalangan. Mekanisme tersebut dinilai telah memberikan nuansa baru atas demokratisasi di tubuh partai politik.

Selama ini, ketua umum partai memiliki kekuasaan yang besar untuk menentukan capres yang akan diusung partai. Namun, dengan mekanisme konvensi, kekuasaan tersebut lebih diberikan kepada anggota untuk memilih capres terbaik menurut mereka.

Pada 2004, misalnya. Meski menjabat ketua umum, Akbar tetap kalah dalam konvensi. Saat itu, hasil penjaringan akhirnya mengusung Wiranto sebagai capres dari Partai Golkar.

Di tempat terpisah, Sekjen Partai Golkar Sumarsono membantah bahwa penghapusan konvensi akan menghilangkan semangat demokratisasi dalam partai. "Kami akan tetap menjaring dan menyerap aspirasi daerah, juga anggota, meski tidak akan dilakukan seterbuka konvensi," jelasnya.

Sebab, kata dia, mekanisme konvensi begitu menghabiskan energi para calon. "Belajar dari sebelumnya, calon umumnya sudah kehabisan energi saat konvensi. Padahal, pertarungan sebenarnya di pilpres belum dimulai," ungkapnya.

Dia menuturkan, meski tidak ada konvensi, kemungkinan calon-calon lain akan tertutup. Dia pun menepis anggapan bahwa penghapusan konvensi hanya ditujukan untuk memuluskan rencana pencalonan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla sebagai satu-satunya capres.

"Akbar atau siapa pun nanti tetap berpeluang. Asalkan mendapat dukungan luas dan kompatibel sebagai pemimpin, dia tetap akan dimungkinkan diusung partai," tegasnya. (dyn)

No comments: