Tuesday, October 23, 2007

Calon dari NU Tak Boleh Bawa Nama Lembaga

SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007
PURWOKERTO-Puluhan kiai sepuh (kultural) dan kiai karismatik di Banyumas, Sabtu lalu melakukan silahturahmi bersama. Kegiatan itu membahas perkembangan politik menjelang Pilbup Banyumas, 10 Pebruari 2008 yang terus menghangat. Pertemuan dilakukan di kediaman KH Ahmad Musalim Ridho, Desa Mangunjaya, Kecamatan Purwokerto Timur.

Sekitar 60-an kiai dan tokoh-tokoh agama hadir dalam pertemuan itu. Di antaranya sejumlah pengurus partai seperti PKB (Kiai Muhail), PPP (Gus Anam) dan Golkar ( H Hadromi). Sedangkan yang tak terikat partai di antaranya KH Musalim, Mustafa dan KH Ibnu Mukti.

Namun saat bertemu, mereka tidak membawa nama partai maupun organisasi NU (kelembagaan). Hal itu hanya pertemuan informal para kiai kultural yang merasa perlu menyikapi peta perpolitikan menjelang Pilbup. Pasalnya, dengan munculnya sejumlah tokoh dan kader NU yang mencalonkan sebagai calon bupati dan wakil bupati, membuat situasi tidak kondusif di jajaran warga nahdiyyin.

''Mereka yang maju itu atasnama pribadi. Tidak boleh membawa-bawa nama lembaga NU atau badan otonom seperti Muslimat, Anshor dan sebagainya. Kalau itu terjadi tidak dibenarkan dan bisa dikenai sanksi'' kata Mustafa, kepada wartawan.

Alasannya, lanjut Mustafa, hal itu bisa merendahkan lembaga NU karena kejebak dalam kepentingan pragmatis. NU sejak awal juga bersikap netral. Dalam AD/ART NU maupun badan otonom masing-masing juga tidak dibenarkan.

Kalau ada kiai yang sudah menyatakan dukungan, kata Mustafa, hal itu murni dukungan pribadi. Tidak bisa membawa-bawa lembaganya. Karena itu dalam pertemuan tersebut, peserta mengingatkan agar para kiai dan tokoh-tokoh agama tidak terjebak dalam politik praktis.

Masukan

Pertemuan itu juga memberikan masukan tentang kriteria calon yang bisa dipilih warga NU maupun masyarakat Banyumas pada umumnya. Di antaranya harus jujur, profesional, bisa mengayomi semua golongan dan mengedepankan kepentingan rakyat serta mampu membawa perubahan dan kemajuan Banyumas. Kreteria itu bukan berarti diarahkan ke calon tertentu. Pilihan tetap bebas sesuai dengan hati nuraninya. ''Urusan Pilkada itu tidak sekadar memilih pemimpin saja. Namun menentukan nasib Banyu-mas ke depan,'' tandasnya.

Tokoh-tokoh NU yang muncul untuk mencalonkan, paling santer yang maju untuk calon wakil bupati. Ada nama Laily Manshur (ketua Muslimat NU) yang berpasangan dengan Singgih Wiranto.

Kemudian ada Agus Fathuddin Yusuf, wakil Sekretaris PWNU Jateng warga Kedungbanteng. Ahmad Edy Susanto, tokoh GP Anshor Jatim warga Wangon, Asroru Maula, wartawan dan litbang Kompas, putra mantan ketua Muslimat NU (dua periode) dan mantan Ketua DPD Golkar Banyumas, Nurkamilah, asal Cilongok. Tiga nama terakhir ini mendaftar ke PDI-P. (G22-55)

No comments: