Saturday, October 27, 2007

Politisi Tua Dinilai Tidak Legawa

SUARA MERDEKA

Minggu, 28 Oktober 2007


* Dominasi Capres Pemilu 2009

JAKARTA- Kaum muda sudah saatnya mempersiapkan diri meraih kursi kepemimpinan bangsa. Sebab, mustahil jika harus menunggu kaum tua lengser, karena mereka tidak akan legawa. Untuk itu, momentum peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2007, dijadikan tonggak bagi kaum muda.

Demikian rangkuman pendapat Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI Prof Susanto Zuhdi, Sejarawan Anhar Gonggong, Sekjen DPP PKB Yenny Wahid, Ketua Umum PP GP Ansor Saifullah Yusuf, pakar Politik Universitas Paramadina Bima Arya secara terpisah di Jakarta, Sabtu (27/10).

Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor Saifullah Yusuf, munculnya capres pada Pemilu 2009 yang didominasi oleh kalangan tua seperti Megawati Soekarnoputri, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sutiyoso, membuktikan kaum tua belum legawa. ''Mereka mesti rela dan legawa menyerahkan pada kalangan muda,'' ujarnya.

Saifullah Yusuf menyatakan momentum peringatan hari Sumpah Pemuda hendaknya digunakan untuk konsolidasi kalangan muda guna menghadapi pemilihan umum 2009. Dia berharap kalangan politisi tua legawa menyerahkan kepada generai penerus. Kalangan politisi tua atau sepuh harus legawa. ''Jangan terus maju menjadi pemimpin bangsa, namun harus menyerahkan pada kalangan muda yang menjadi penerusnya,'' ujar mantan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) itu.

Mantan Sekjen DPP PKB itu akan menggunakan momentum peringatan Sumpah Pemuda dengan mengumpulkan kekuatan kaum muda yang tersebar di mana-mana untuk memimpin bangsa ini. ''Kita akan coba mengumpulkan kaum muda dari berbagai profesi. Sudah saatnya kaum muda memimpin.''

Menurut Saiful, kalangan muda perlu melakukan konsolidasi sekaligus menyusun langkah yang terukur jika ingin melakukan perubahan. Selama ini, diakui ada wacana untuk menaikkan kalangan muda pada kepemimpinan nasional dan desakan agar kalangan politisi tua mundur.

Namun, kata dia, wacana hanya akan tinggal wacana jika tidak ada aksi nyata yang dilakukan. ''Kalangan tua tidak akan begitu saja menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada kalangan muda. Itu mustahil.'' Sebaiknya, lanjutnya, tokoh tua memang harus lengser. ''Tapi, kita tidak bisa hanya berharap pemberian. Kita, kalangan muda, harus bersatu, bekerja keras meraihnya,'' tandasnya.

Bukan Meminta

''Sejarah membuktikan, kepemimpinan kaum muda sangat berperan mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. Tapi, mereka merebut peluang untuk menjadi pemimpin dan bukan meminta-minta menjadi pemimpin,'' ujar Susanto Zuhdi.

Mantan Direktur Sejarah pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata itu mengatakan, partai dan institusi pendidikan seperti kampus dan sekolah harus menjadi tempat bagi penggodokan calon pemimpin. Mereka harus melahirkan pemimpin muda berkualitas. Oleh karena itu, menurut Zuhdi, dalam partai dan kampus harus ada proses regenerasi dan demokrasi sehingga muncul tokoh muda yang andal.

Selain menyarankan agar kaum muda merebut peluang untuk menjadi pemimpin, Zuhdi juga mengingatkan berbagai kalangan, agar memberi kesempatan bagi kaum muda untuk berkiprah dan memimpin. ''Sebaik apa pun kaum muda, kalu kesempatan ditutup rapat, mereka tak akan muncul,'' ucapnya.

Sejarawan Anhar Gonggong, mengatakan, apa yang dilakukan kaum muda pada tahun 1928, memperlihatkan, kaum muda telah menciptakan sebuah rumusan peneguhan diri sebagai bangsa baru.

''Pertanyaan kita, apakah rumusan peneguhan diri sebagai bangsa baru itu kini masih mampu kita pertahankan di tengah tantangan realitas lingkungan mondial yang bersifat multidimensi?''

Anhar mengingatkan, para pemuda yang berperan pada 1928 itu merupakan wakil-wakil dari ratusan etnik bangsa dan ini merupakan simbolis dalam proses pembentukan diri sebagai bangsa baru yang kemudian terwujud.

Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Yenny Wahid, menegaskan, tidak perlu ada dikotomi antara kaum muda dan kaum tua. Pernyataan ini mengomentari maraknya desakan kehadiran kaum muda sebagai calon alternatif pemimpin.

''Saya pesimistis kalau anak muda berkuasa kemudian sistem akan berubah. Buat saya yang paling penting bukan muda atau tuanya. Tapi, orang itu punya integritas, moral, etika politik, dan punya kesungguhan utuk mencapai sesuatu dalam bangsa ini,'' tuturnya. (di-48)

No comments: