Rabu, 10 Oktober 2007 : 23.08 WIB
Jakarta, CyberNews. Perbedaan penetapan 1 Syawal (Idul Fitri) antar ormas Islam sebenarnya hanya terletak pada kriterianya sementara hasil hitung-hitungan astronomisnya tetap sama, kata Pakar Astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Dr Thomas Djamaluddin.
"Kalau kriteria ini bisa disepakati di antara mereka, maka bisa seragam, karena hasil hitung-hitungan astronomisnya semua sama," kata Djamal yang dihubungi di Bandung, Rabu.
Muhammadiyah, urainya, menggunakan perhitungan hisab "wujudul hilal" tanpa harus merukyat (melihat bulan). Jadi kalau hitung-hitungan pada 29 Ramadhan menghasilkan ketinggian hilal (bulan) sedikit saja di atas nol derajat maka tetap dianggap sebagai wujud. Dengan demikian keesokan harinya sudah memasuki 1 Syawal, ujarnya.
Sementara itu Nahdlatul Ulama (NU) menentukan, hilal baru akan dianggap memenuhi syarat wujud jika bisa dirukyat (dilihat) dan itu berarti minimal hilal harus di ketinggian dua derajat dari kaki langit.
"Besok (pada Kamis, 11/10) ketika dilakukan rukyat, ketinggian hilal kurang dari satu derajat sehingga kalau ada laporan kesaksian hilal pun akan tertolak oleh NU karena dianggap salah lihat berhubung bulan terlalu rendah, maka Ramadhan akan digenapkan menjadi 30 hari," katanya.
Perbedaan kriteria antar ormas Islam juga bukan hanya pada NU dan Muhammadiyah, ujarnya. Persatuan Islam (Persis) misalnya, juga mendasarkan diri pada hisab tanpa rukyat, namun memberi syarat ketinggian harus sekian derajat, sehingga hasilnya mirip NU.
Djamal mengatakan, ke depan akan disepakati kriteria baru soal awal bulan komariah yakni dengan kriteria visibilitas hilal (inkanurukyat atau bulan yang bisa dilihat).
"Soal ini sudah diusulkan sejak 2002 lalu mengerucut pada 2005. Mudah-mudahan segera bisa disepakati. Muhammadiyah sendiri sudah oke," katanya.
Kriteria yang diusulkan LAPAN berdasarkan data jangka panjang, data astronomis, dan laporan kesaksian rukyat, kriteria yang wujud adalah minimal dua derajat jika jauh dari matahari sementara jika semakin dekat dengan matahari ketinggian hilal harus lebih tinggi lagi.
"Bahkan kalau posisi tepat di atas titik matahari terbenam, maka ketinggian minimal harus lebih dari 8,3 derajat, karena jika tidak, maka hilal tak akan kelihatan," katanya.( ant/Cn07 )
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment