Wednesday, October 10, 2007

Idul Fitri kok Berbeda Lagi?

logo SUARA MERDEKA

Kamis, 11 Oktober 2007 NASIONAL

SEPERTI sinetron laris yang diulang, tahun ini hampir pasti kembali terjadi perbedaan penetapan 1 Syawal. PP Muhammadiyah telah mengumumkan akan melaksanakan shalat Id, Jumat (12/10), dengan mendasarkan pada hisab hakiki. Sementara pemerintah yang mendasarkan hisab imkanurrukyat kemungkinan akan melaksanakan shalat Id sehari kemudian.

Bagaimana itu bisa terjadi? Kepada Suara Merdeka, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng Drs H Rozihan SH MAg mengatakan, perbedaan di antara umat merupakan rahmat. Umat Islam mestinya bersikap dewasa dengan memandang perbedaan sebagai sesuatu yang wajar. ''Sebab, Tuhan pun menghargai perbedaan itu,'' kata Rozihan.

Perbedaan antara Muhammadiyah dan kalangan Islam lain dalam menetapkan awal Syawal, terjadi karena perbedaan metode. Persyarikatan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan itu menggunakan metode hisab hakiki dalam menentukan awal Syawal.

Dikatakannya, dalam hisab, hari Jumat (12/10) memang sudah masuk bulan Syawal. Sebab tinggi hilal saat terbenam matahari di Yogya, +0 derajat 37 menit 31 detik. ''Hilal sudah wujud. Sebab, penetapan awal bulan yang dipedomani Muhammadiyah, hisab hakiki,'' kata dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Unissula tersebut.

Ditambahkannya, kriteria yang dipegang Muhammadiyah sudah terjadi ijtimak sebelum Magrib, Kamis (11/10). Ketika terbenam matahari bulan berada di atas ufuk, bulan belum terbenam.

''Berdasarkan kesatuan wilayah hukum, wilayah yang belum wujudul hilal dapat mengikuti wilayah yang sudah wujudul hilal.''

Yang lebih penting dikedepankan, kata Rozihan, mereka yang merayakan Idul Fitri pada hari Jumat sebaiknya menjaga toleransi terhadap yang masih menjalankan puasa. Begitu juga sebaliknya.

''Ini soal keyakinan. Kalau yakin Jumat sudah masuk Syawal, haram hukumnya berpuasa. Begitu juga, yang meyakini melanjutkan puasa, berlebaran pada hari itu juga haram.''

Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Jateng Ahmad Izzuddin MAg mengatakan, menurut data hisab, tinggi hilal tanggal 29 Ramadan masih 0 derajat 40 menit sehingga sangat sulit dilihat. ''Hal itu menyebabkan ada yang Lebaran Jumat (12/10), atas dasar hisab wujudul hilal dan ada pula yang Sabtu (13/10) atas dasar rukyat dan imkanurrukyat,'' kata pengasuh Pesantren Daarun Najaah Jrakah tersebut.

Dewasa

Sementara itu, ahli falak IAIN Walisongo, Drs H Slamet Hambali MAg memberikan penjelasaan secara ilmiah. Dikatakannya, pada Kamis (11/10) atau 29 Ramadan, posisi hilal (bulan) di Indonesia terbelah. Separuh wilayah Indonesia terbilang positif, matahari terbenam di atas ufuk meski dengan posisi 0 derajat. Tapi separuh lainnya masih negatif, matahari terbenam, hilal sudah terlebih dulu terbenam.

''Di beberapa wilayah Indonesia, seperti Aceh terlihat negatif, Sumatra bagian selatan positif, Jawa positif, Bali positif, dan Sulawesi, Kalimantan, dan Papua negatif,'' katanya.

Itulah sebabnya, pada daerah yang menunjukkan positif 1 Syawal dipastikan hari Jumat (12/10). Sementara landasan rukyat, masih menunggu hasil rukyat Kamis (11/10), yang diprediksi hilal tidak mungkin terlihat dan 1 Syawal jatuh pada Sabtu (13/10). Penetapan ini berlandaskan rukyat dan imkanurrukyat.

''Dihitung positif, jika ketinggian hilal pada 0 derajat 30 menit. Untuk wilayah Jateng dengan tempat melakukan hisab di Menara Alhusna MAJT, posisi hilal baru 0 derajat 10 menit 53 detik. Dengan begitu, diperkirakan hilal tidak akan terlihat,'' katanya.

Menyikapi adanya perbedaan pendapat soal penentuan hari raya Idul Fitri, dia meminta, hendaknya bisa disikapi secara dewasa. Mereka harus bisa saling menghargai dan memberi kesempatan satu sama lain untuk merayakan Idul Fitri dengan waktu sesuai keyakinan masing-masing. Meski berbeda, penentuan waktu tersebut menggunakan prinsip-prinsip penghitungan dengan tetap mendasarkan fikih atau hukum agama.

''Perbedaan penetapan waktu Idul Fitri ini sama halnya dengan perbedaan pendapat soal pelaksanaan doa qunut dalam shalat subuh. Hal-hal tersebut tidak perlu lagi ada pertentangan dan jangan saling memaksakan,'' katanya.

Untuk kaum muslim yang awam, dia menyarankan, lebih baik mereka mengikuti penetapan waktu oleh pemerintah. Pasalnya, tim hisab pemerintah menyertakan sidang itsbat yang mencakup perwakilan ormas Islam, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), hingga astronom. Sore ini (11/10), pemerintah akan melakukan hisab rukyat. Karena itu keputusan penetapannya menunggu hasil rukyat. (Achiar M Permana, Moh Anhar-46)

1 comment:

Indro Saswanto said...

,IDUL FITRI
Garis cakrawala Bulan adalah ketinggian minimum dimana bulan mulai bisa dilihat dengan mata telanjang (sesuai jaman nabi). Atau bisa disebut nilai AMBANG LIHAT bulan.
Garis Ini bisa dicari dengan melakukan rukyat tiap bulan baru. sehingga bisa diketahui angka nilai ambang lihat bulan tsb.

Dengan nilai ketinggian CAKRAWALA BULAN ini dan hasil HISAB saat itu maka kita tidak ragu lagi menentukan kapan kita harus ber IDUL FITRI, ,
,,,
Kita tahu ada istilah nilai AMBANG DENGAR yaitu suara terlemah yang bisa didengar oleh orang dewasa muda. Yakni 0 dB. Ini lain dengan 0 tidak ada bunyi.
Demikian pula tinggi nilai AMBANG LIHAT BULAN bisa ditentukan sehingga BEDA antara CAKRAWALA BULAN yang merupakan garis terbitnya bulan dengan CAKRAWALA MATAHARI yang merupakan garis tenggelam nya matahari.

Matahari tidak kelihatan karena tertutup BUMI sedang bulan tidak kelihatan karena tertutup SINAR MATAHARI.
Bumi tidak berbeda dengan sinar matahari yang mana keduanya sama2 benda ciptaan yang bisa menutup penglihatan mata manusia.

Dengan demikian JELASLAH bahwa ada garis cakrawala QOMARIAH yang ber BEDA dengan cakrawala SYAMSIAH.

, ,,,Mungkin ini " HIKMAH RUKYAH " yakni agar kita semua UMAT ISLAM cakrawala nya BEDA dengan UMAT MASEHI yang menganut tahun syamsiah karena umat Islam mempunyai garis ufuk sendiri yang tidak sama dg ufuk nya umat lain.
Kita berpakaian mirip saja di larang apalagi sama. misal laki memakai baju wanita. Jadi logis lah kalau cakrawala umat Islam / Hijrah lain dengan umat Masehi.

Itulah mungkin salah satu HIKMAH RUKYAH....... supaya kita ber cakrawala beda.

Janganlah kita meng illat kan hadis rukyat sehingga hadis itu batal. karena kita bisa terjebak meninggalkan / mengingkari sunah.
Kalau dengan illat2 makin banyak hukum2 agama yang di tinggalkan maka suatu ketika wajah islam bisa saja berubah.
Kita harus selalu beragama sebagaimana yang dicontohkan nabi. Seandainya tidak cocok dengan keinginan kita artinya kita yang belum tahu mengapa aturan nya begitu. Bukan aturannya yang di salahkan lalu diganti.

HISAB bisa sangat mem BANTU untuk melakukan RUKYAT tapi HISAB tetapTIDAK BISA menghapus RUKYAT sebagaimana ketetapan hadisnya yang diakui ke shohehannya., ,,,

Umat NABI saat itu memang ummi dalam hal keduniawian tapi dalam hal ibadah nabi adalah TOP2 nya pakar.

Mari kita cari HIKMAH2 RUKYAH dan kegunaan serta kesempurnaan hisab dalam mendukung pelaksanaan rukyat.

Mari kita berani ber CAKRAWALA BEDA .....

Semoga ini menjadi pemikiran kita semua. , ,,,
Itulah ijtihad saya mohon kritik dan saran.
,,,,
Wassalamu 'alaikum wr.wb
,, 3 syawal 1428 h
,indosas@gmail.com

#######################################################

3.
HAL HAL PENTING
(lanjutan IDUL FITRI dan SATU SYAWAL)

Mengapa Muhammadiyah menggunakan garis cakrawala terbenamnya matahari untuk menetapkan bulan baru qomariyah?
Apa alasannya. Mengapa menentukan tanggal qomariyah dengan menggunakan cakrawala samsyiah??

Sadarkah anda bahwa sebenarnya ada garis cakrawala terbitnya bulan?

Sadarkah anda bahwa pada garis cakrawala tenggelamnya matahari.. bulan belum terbit sebagaimana pada garis cakrawala terbitnya bulan.. matahari belum terbenam??

Kenapa anda menggunakan cakrawala matahari untuk bulan? Tetapi pasti tidak mau menggunakan cakrawala bulan untuk matahari??

Karenanya marilah kita menggunakan cakarwala matahari untuk tenggelamnya matahari dan cakrawala bulan untuk terbitnya bulan.

Semoga Allah selalu memberi petunjuk yang jernih dan benar kepada kita sekalian melalui Qur'an dan hadits2 nya.

DEFINISI :
CAKRAWALA adalah batas pandang mata manusia / nilai ambang pandang.

CAKRAWALA MATAHARI
adalah garis batas pandang dimana matahari tidak terlihat. Karena tertutup materi bumi. Merupakan kesepakatan manusia. Diambil dari gampangnya saja karena nampak mata. Bisa dipahami orang tanpa ilmu . Relatif. tidak mutlak.
CAKRAWALA BULAN
adalah garis batas pandang dimana bulan mulai terlihat. Karena sebelumnya tertutup materi cahaya matahari. Dasarnya hadis nabi. Berupa garis abstrak. Hanya bisa dipahami orang berilmu. Relatif. tidak mutlak. Tingginya bisa ditentukan oleh badan HISAB NASIONAL yang terdiri unsur ahli falak dan wakil2 ormas Islam dengan melakukan rukyat setiap bulan baru.

HIKMAH RUKYAT antara lain untuk apa??
Supaya cakrawala orang MUSLIM beda dengan orang MASEHI. Supaya orang muslim punya identitas sendiri tidak menyerupai kaum masehi dalam hal ber cakrawala. Jangan di sama2 kan karena kalau anda pelajari betul keduanya berbeda dalam segala hal.

Penulis sampai tahun 2006 ahli hisab. setelah ijtihad 2007 jadi ahli rukyat Insyaallah mantab. Background Muhammadiyah sampai sekarang.

Wassalam.wr.wb..
indosas@gmail.com

#######################################################

Gb bulan muda

melihat mengjntip


< <
................................................1...................................................
<<<<<< ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
<<<<<<<<< ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
<<<<<<<<<<<< """"" """""""" """""""
<<<<<<<<<<<<< """ """""<"""" """""
========================0==========