Lia Aminuddin atau lebih dikenal sebagai Lia Eden (lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 21 Agustus 1947) adalah pemimpin kelompok kepercayaan bernama Kaum Eden yang kontroversial.
Ibunya bernama Zainab, dan bapaknya bernama Abdul Ghaffar Gustaman, seorang pedagang dan pengkhutbah Islam aliran Muhammadiyah.
Pada umur 19 tahun, Lia menikah dengan Aminuddin Day, seorang dosen di Universitas Indonesia dan dikaruniai empat orang anak.
Pada awalnya dia adalah seorang ibu rumah tangga yang menempuh pendidikan hanya sampai jenjang SMA dan sebelumnya mempunyai profesi sebagai perangkai bunga bahkan pernah mempunyai acara tampilan khusus mengenai merangkai bunga di TVRI.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Pengakuan bertemu dengan Malaikat Jibril
* 2 Pencetus agama baru
* 3 Sumber
* 4 Pranala luar
[sunting] Pengakuan bertemu dengan Malaikat Jibril
Menurut Lia, peristiwa ajaibnya yang pertama adalah sewaktu dia melihat sebuah bola bercahaya kuning berputar di udara dan lenyap sewaktu baru saja ada di atas kepalanya. Hal ini terjadi sewaktu dia sedang bersantai dengan kakak mertuanya di serambi rumahnya di Senen pada 1974.
Menurutnya lagi, peristiwa ajaib kedua yang telah megubah prinsip hidupnya berlaku pada malam 27 Oktober 1995 kala dia sedang sholat. Pada masa itu, dia telah merasakan kehadiran pemimpin rohaninya, Habib al-Huda yang mengaku dirinya sebagai Jibril pada waktu itu.
Setelah itu Lia Eden mengaku dia menerima bimbingan Malaikat Jibril secara terus menerus sejak 1997 hingga kini.
Selama dalam proses pembimbingan itu, ia mengatakan bahwa Malaikat Jibril menyucikan dan mendidik Lia Eden melalui ujian-ujian sehari-hari yang sangat berat, termasuk pengakuan-pengakuan kontroversial yang harus dinyatakannya kepada masyarakat atas perintah Jibril.
Proses penyucian itu menurut ia sangat berat dan tak pernah berhenti hingga kemudian Tuhan memberinya nama Lia Eden sebagai pengganti namanya yang lama.
Di dalam penyuciannya, ia mengatakan bawa Tuhan menyatakan Lia Eden sebagai pasangan Jibril sebagaimana ditulis di dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Dan ia mengatakan bahwa dialah yang dinyatakan Tuhan sebagai sosok surgawi-Nya di dunia.
[sunting] Pencetus agama baru
Selain menganggap dirinya sebagai menyebarkan wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril, dia juga menganggap dirinya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit. Dia juga telah mengarang lagu, syair dan juga buku sebanyak 232 halaman berjudul, "Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir" yang ditulis dalam waktu 29 hari.
Pada 1998, Lia menyebut dirinya Imam Mahdi yang muncul di dunia sebelum hari kiamat untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia. Selain itu, dia juga memanggil dirinya Bunda Maria, ibu dari Yesus Kristus. Lia juga mengatakan bahwa anaknya, Ahmad Mukti, adalah Yesus Kristus.
Agama yang dibawa oleh Lia ini berhasil mendapat kurang lebih 100 penganut pada awal diajarkannya. Penganut agama ini terdiri dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, drama dan juga pelajar. Mereka semua dibaptis sebagai pengikut agama Salamullah. Karena Lia merupakan seorang penulis dan pendakwah yang handal, maka ia bisa meyakinkan orang mengenai kebenaran dakwahnya.
Pada bulan Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang perkumpulan Salamullah ini karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran mengenai ajaran Islam. Kumpulan ini lalu membalas balik dengan mengeluarkan "Undang-undang Jibril" (Gabriel's edict) yang mengutuk MUI karena menganggap MUI berlaku tidak adil dan telah menghakimi mereka dengan sewenang-wenang.
Kumpulan Salamullah ini juga terkenal karena serangannya terhadap kepercayaan masyarakat Jawa, mengenai mitos Nyi Roro Kidul yang didewakan sebagai Ratu Laut Selatan. Pada tahun 2000, agama Salamullah ini diresmikan oleh pengikut-pengikutnya sebagai sebuah agama baru. Agama Salamullah mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir tetapi juga mempercayai bahwa pembawa kepercayaan yang lain seperti Buddha Gautama, Yesus Kristus, dan Kwan Im, dewi pembawa rahmat yang disembah orang Tionghoa, akan muncul kembali di dunia.
Sejak 2003, kumpulan Salamullah ini memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar adanya. Kumpulan yang diketuai Lia Eden ini kini dikenal sebagai Kaum Eden.
Tuesday, October 30, 2007
Kelompok Lia Eden Ancam Terjadinya Gempa
Lia Eden (GATRA/Edward Luhukay)Jakarta, 21 Juni 2006 15:28
Pengikut Lia Aminuddin alias Lia Eden, terdakwa kasus penodaan agama, mengancam akan kembali terjadi gempa bumi di Indonesia apabila ia tidak dibebaskan.
Ancaman tersebut disampaikan oleh para pengikut komunitas Tahta Suci Kerajaan Eden, kelompok spiritual yang dipimpin Lia, melalui spanduk yang bertuliskan "Jibril bebaskan Lia Eden atau gempa" yang diusung mereka di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu.
Pada sidang pekan sebelumnya, Lia juga pernah menyebarkan surat yang menyatakan bahwa bencana yang terjadi di Pulau Jawa seperti gempa Yogyakarta, Gunung Merapi, dan lumpur panas di Sidoarjo terjadi akibat persidangan atas dirinya.
Lia juga pernah mengatakan bahwa murka Tuhan akan turun karena persidangan terhadap dirinya terus berjalan, padahal ia telah menolak untuk disidangkan.
Agenda persidangan pada Rabu, seharusnya mendengarkan tuntutan dari tim Jaksa Penuntut Umum (JPU). Namun, karena JPU Edy Saputra mengatakan tuntutan belum siap, maka ketua majelis hakim Lief Sufidjullah menunda pembacaan tuntutan hingga Jumat, 23 Juni 2006.
Lia sendiri menolak untuk berkomentar ketika ditanya tentang ancamannya tersebut maupun tentang penundaan pembacaan tuntutannya.
Pada dakwaan primer, Lia dijerat pasal 156a KUHP jo pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP. Dalam pasal tersebut disebutkan barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia, dapat dipidana maksimal lima tahun penjara.
Lia yang sempat terkenal sebagai perangkai bunga kering pada era 1980-an itu mengaku sebagai malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan ajaran-ajaran baru.
Kegiatan komunitas tersebut berpusat di kediaman Lia di Jalan Mahoni 30, Bungur, Jakarta Pusat. Pada 28 Desember 2005, Lia dan 47 pengikutnya diangkut paksa oleh kepolisian Polda Metro Jaya karena penduduk sekitarnya protes dan merasa terganggu oleh kegiatan komunitas Eden.
Sejak saat itu, Lia meringkuk di tahanan Polda Metro Jaya dan kemudian dipindahkan ke Rutan khusus perempuan di Pondok Bambu, sedangkan para pengikutnya dibebaskan.
Selain mengaku sebagai Malaikat Jibril, Lia juga pernah mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi dan Bunda Maria. Lia bahkan mengatakan anaknya yang bernama Ahmad Mukti adalah Yesus Kristus.
Pada Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan karya-karya tulisan yang dihasilkan Lia sebagai produk aliran sesat karena menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. [TMA, Ant]
Pengikut Lia Aminuddin alias Lia Eden, terdakwa kasus penodaan agama, mengancam akan kembali terjadi gempa bumi di Indonesia apabila ia tidak dibebaskan.
Ancaman tersebut disampaikan oleh para pengikut komunitas Tahta Suci Kerajaan Eden, kelompok spiritual yang dipimpin Lia, melalui spanduk yang bertuliskan "Jibril bebaskan Lia Eden atau gempa" yang diusung mereka di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu.
Pada sidang pekan sebelumnya, Lia juga pernah menyebarkan surat yang menyatakan bahwa bencana yang terjadi di Pulau Jawa seperti gempa Yogyakarta, Gunung Merapi, dan lumpur panas di Sidoarjo terjadi akibat persidangan atas dirinya.
Lia juga pernah mengatakan bahwa murka Tuhan akan turun karena persidangan terhadap dirinya terus berjalan, padahal ia telah menolak untuk disidangkan.
Agenda persidangan pada Rabu, seharusnya mendengarkan tuntutan dari tim Jaksa Penuntut Umum (JPU). Namun, karena JPU Edy Saputra mengatakan tuntutan belum siap, maka ketua majelis hakim Lief Sufidjullah menunda pembacaan tuntutan hingga Jumat, 23 Juni 2006.
Lia sendiri menolak untuk berkomentar ketika ditanya tentang ancamannya tersebut maupun tentang penundaan pembacaan tuntutannya.
Pada dakwaan primer, Lia dijerat pasal 156a KUHP jo pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP. Dalam pasal tersebut disebutkan barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia, dapat dipidana maksimal lima tahun penjara.
Lia yang sempat terkenal sebagai perangkai bunga kering pada era 1980-an itu mengaku sebagai malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan ajaran-ajaran baru.
Kegiatan komunitas tersebut berpusat di kediaman Lia di Jalan Mahoni 30, Bungur, Jakarta Pusat. Pada 28 Desember 2005, Lia dan 47 pengikutnya diangkut paksa oleh kepolisian Polda Metro Jaya karena penduduk sekitarnya protes dan merasa terganggu oleh kegiatan komunitas Eden.
Sejak saat itu, Lia meringkuk di tahanan Polda Metro Jaya dan kemudian dipindahkan ke Rutan khusus perempuan di Pondok Bambu, sedangkan para pengikutnya dibebaskan.
Selain mengaku sebagai Malaikat Jibril, Lia juga pernah mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi dan Bunda Maria. Lia bahkan mengatakan anaknya yang bernama Ahmad Mukti adalah Yesus Kristus.
Pada Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan karya-karya tulisan yang dihasilkan Lia sebagai produk aliran sesat karena menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. [TMA, Ant]
Lia Aminuddin dan Komunitas Eden (1)
logo SUARA MERDEKA
Jumat, 30 Desember 2005
JADI TONTONAN: Rumah kediaman Lia Aminuddin di Jl Mahoni Bungur, Jakarta Pusat hingga kemarin jadi tontonan masyarakat. (30n) - SM/Sumardi
Lia Aminuddin menggegerkan masyarakat, terkait ajarannya yang dianggap menyesatkan. Bagaimana sebenarnya ajaran Lia Eden tersebut, berikut laporannya.
RUMAH dua tingkat yang terletak di Jalan Mahoni 30 Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat tersebut masih menjadi perhatian warga Ibu Kota. Walaupun seluruh penghuninya kemarin sudah diamankan ke Mapolda Metro Jaya. Berdasarkan pemantauan, dari dalam rumah terdengar suara beberapa anjing menyalak.
Warga yang berasal dari luar daerah tersebut, tampak mengerumuni seorang perempuan tua. Perempuan yang berwajah keturunan Arab itu terlihat mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan orang-orang yang datang di lokasi tersebut.
Ternyata wanita yang bernama Zaenabur tersebut adalah tetangga dekat Lia Aminuddin yang kini dikenal sebagai Lia Eden.
"Rumah saya persis di belakang rumah Bu Lia. Jadi dempetan tembok. Saya sudah bertetangga dengan Bu Lia selama dua puluh tahun," kata Zaenabur.
Sebagai tetangga dekat, dia mengaku, tahu sedikit banyak tentang keluarga Lia. Menurut pengamatannya, nyeleneh-nya Lia justru setelah menunaikan ibadah haji.
"Kalau dulu pas pulang haji tahun 90-an, nyeleneh-nya sih masih seperti orang Islam. Saya masih lihat dia shalat, memakai jilbab, dan ikut pengajian. Cuma, dia tiba-tiba sering teriak-teriak katanya dapat semacam petunjuk, begitu," paparnya.
Selain itu Lia juga tampak sering berwajah serius dan misterius serta berpakaian serba putih.
Walaupun begitu, dia tetap ngobrol atau bersosialisasi secara wajar dengan para tetangganya. Rumahnya juga terbuka saat Idul Fitri, begitu juga kesehariannya. Di rumah Lia juga berdiri wartel dan kios bunga.
"Dia orangnya baik. Suka memberi makanan atau oleh-oleh kepada tetangganya. Juga memberi uang buat orang nggak punya. Tapi ya karena gayanya mulai aneh-aneh ya kami merasa waswas juga," tuturnya.
Penampilan nyeleneh yang dimaksud adalah bila ditanya sedikit, maka Lia menjadi bersemangat menerangkan apa yang dirasakannya. Terutama yang berkaitan dengan Allah dan Jibril. Penjelasan Lia menjadi semakin lama dan banyak mengatakan hal-hal yang aneh, sehingga membingungkan para pendengarnya.
"Saya kalau disuruh menceritakan lagi malah sulit. Kalau pas denger ceritanya sih, kami merinding juga," jelasnya.
Di tengah perilaku nyeleneh-nya, Lia menurut Zaenabur juga mendapat kemampuan untuk mengobati orang sakit. Sebagai tetangga dekat, dia pun pernah merasakan kehebatan Lia.
"Saya dulu sakit macam-macam, penyakit dalam begitu. Lalu diobati Bu Lia, jadi sembuh kata dokter. Sudah begitu membayarnya terserah kita. Masukkan saja uang seikhlas kita ke dalam kotak," ucapnya.
Lama-lama perilaku Lia menjadi semakin aneh, sehingga membuat resah suami dan anak-anaknya. Sepengetahuan Zaenabur hanya satu anak Lia yang sepaham, sementara suami dan ketiga anaknya memilih berpisah. Yang menarik, di sisi lain pengikut Lia malah bertambah banyak. Mereka mengenakan pakaian serba putih seperti pakaian ihram.
Selain itu, Lia mengubah rumahnya dengan menulis God's Kingdom - Eden atau Kerajaan Tuhan - Eden di lantai dua rumahnya. Menurut Zaenabur, baru dua tahun ini Lia mulai mencampuradukkan agama. Ini terlihat dari dibangunnya bangunan semacam pura dirumahnya, serta perubahan atribut yang dipakainya.
"Saya lihat dia malah digundul rambutnya seperti bhiksu. Jadi nggak pernah pakai jilbab lagi, pengikutnya juga begitu. Dan itu selalu berubah-ubah, nggak jelas jadinya," paparnya.
Merekrut Orang, Hakim Tuhan
Sementara itu, menurut Kepala Dewan Kelurahan (Dekel) Bungur, Drs H A Sangir BSc, pihaknya semula sudah mendengar adanya kegiatan Lia yang nyeleneh. Tapi seiring dengan waktu berjalan masyarakat belum ada yang merasa terganggu, sehingga dia merasa tidak masalah bila membiarkannya.
"Terus ada laporan kalau dia mulai ngajak orang-orang. Mulai ngajak diskusi orang-orang, mulai dakwah begitu. Akhirnya kami ya datang ke rumahnya. Dia terbuka kepada kami. Ngomong tentang keyakinannya. Baru setelah itu kami tahu bagaimana anehnya dia, karena selama ini baru dari selebaran yang ditunjukkan warga sini," kata Sangir.
Selain itu, Lia juga sering mengajak pengikutnya berkeliling kampung membagi-bagikan selebaran yang aneh-aneh, serta melakukan pawai pertobatan yang menjunjung Wahyu Allah yang baru "diterima" Lia.
"Selebaran yang isinya aneh-aneh, dia mengaku sebagai Jibril, anaknya jadi Nabi Isa, babi halal, katanya dia hakim yang ditunjuk Allah. Juga pawai seperti itu yang membuat warga jadi resah dan bereaksi. Apalagi dia dan pengikutnya juga sering memberikan peringatan, katanya akan ada banjir melanda kampung ini. Kita telanjur takut, eh nggak tahunya tidak pernah terjadi apa-apa," ungkap Sangir.
Menurutnya, setelah masyarakat sekitar mulai bereaksi, terlihat Lia dan pengikutnya lebih tertutup. Segala sesuatunya mereka kerjakan sendiri. Termasuk saat pengerjaan bangunan mirip pura. Para pengikut Lia mengerjakannya sendiri, tanpa melepas baju kebesaran mereka yang serba putih. Ini menjadi pemandangan menarik bagi warga sekitar.
Yang menarik, menurut Sangir, tidak ada warga di sekitar rumah Lia yang mau bergabung di dalam Komunitas Eden. Menurut dugaan sementara, Lia mendapat pengikut setelah menunjukkan kelebihannya dalam menyembuhkan penyakit yang diderita mereka.
Sementara itu menurut Zaenabur, keengganan warga sekitar bergabung dalam Komunitas Eden karena mereka sudah mengetahui siapa sebenarnya Lia. Dan, perubahan yang begitu drastis terhadap diri Lia, membuat banyak orang yang sudah mengenalnya, menjadi ragu-ragu.
Tiba-tiba dari rumah Lia kemarin keluar seorang perempuan tua. Menurut Zaenabur, perempuan itu diminta Lia untuk merawat anjing-anjingnya yang tertinggal saat evakuasi. Menurut pengakuan warga sekitar ada 12 anjing yang dipelihara Lia berserta Komunitas Edennya. Menariknya anjing-anjing itu pun diberi pakaian serba putih. (Hartono Harimurti-41v)
Jumat, 30 Desember 2005
JADI TONTONAN: Rumah kediaman Lia Aminuddin di Jl Mahoni Bungur, Jakarta Pusat hingga kemarin jadi tontonan masyarakat. (30n) - SM/Sumardi
Lia Aminuddin menggegerkan masyarakat, terkait ajarannya yang dianggap menyesatkan. Bagaimana sebenarnya ajaran Lia Eden tersebut, berikut laporannya.
RUMAH dua tingkat yang terletak di Jalan Mahoni 30 Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat tersebut masih menjadi perhatian warga Ibu Kota. Walaupun seluruh penghuninya kemarin sudah diamankan ke Mapolda Metro Jaya. Berdasarkan pemantauan, dari dalam rumah terdengar suara beberapa anjing menyalak.
Warga yang berasal dari luar daerah tersebut, tampak mengerumuni seorang perempuan tua. Perempuan yang berwajah keturunan Arab itu terlihat mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan orang-orang yang datang di lokasi tersebut.
Ternyata wanita yang bernama Zaenabur tersebut adalah tetangga dekat Lia Aminuddin yang kini dikenal sebagai Lia Eden.
"Rumah saya persis di belakang rumah Bu Lia. Jadi dempetan tembok. Saya sudah bertetangga dengan Bu Lia selama dua puluh tahun," kata Zaenabur.
Sebagai tetangga dekat, dia mengaku, tahu sedikit banyak tentang keluarga Lia. Menurut pengamatannya, nyeleneh-nya Lia justru setelah menunaikan ibadah haji.
"Kalau dulu pas pulang haji tahun 90-an, nyeleneh-nya sih masih seperti orang Islam. Saya masih lihat dia shalat, memakai jilbab, dan ikut pengajian. Cuma, dia tiba-tiba sering teriak-teriak katanya dapat semacam petunjuk, begitu," paparnya.
Selain itu Lia juga tampak sering berwajah serius dan misterius serta berpakaian serba putih.
Walaupun begitu, dia tetap ngobrol atau bersosialisasi secara wajar dengan para tetangganya. Rumahnya juga terbuka saat Idul Fitri, begitu juga kesehariannya. Di rumah Lia juga berdiri wartel dan kios bunga.
"Dia orangnya baik. Suka memberi makanan atau oleh-oleh kepada tetangganya. Juga memberi uang buat orang nggak punya. Tapi ya karena gayanya mulai aneh-aneh ya kami merasa waswas juga," tuturnya.
Penampilan nyeleneh yang dimaksud adalah bila ditanya sedikit, maka Lia menjadi bersemangat menerangkan apa yang dirasakannya. Terutama yang berkaitan dengan Allah dan Jibril. Penjelasan Lia menjadi semakin lama dan banyak mengatakan hal-hal yang aneh, sehingga membingungkan para pendengarnya.
"Saya kalau disuruh menceritakan lagi malah sulit. Kalau pas denger ceritanya sih, kami merinding juga," jelasnya.
Di tengah perilaku nyeleneh-nya, Lia menurut Zaenabur juga mendapat kemampuan untuk mengobati orang sakit. Sebagai tetangga dekat, dia pun pernah merasakan kehebatan Lia.
"Saya dulu sakit macam-macam, penyakit dalam begitu. Lalu diobati Bu Lia, jadi sembuh kata dokter. Sudah begitu membayarnya terserah kita. Masukkan saja uang seikhlas kita ke dalam kotak," ucapnya.
Lama-lama perilaku Lia menjadi semakin aneh, sehingga membuat resah suami dan anak-anaknya. Sepengetahuan Zaenabur hanya satu anak Lia yang sepaham, sementara suami dan ketiga anaknya memilih berpisah. Yang menarik, di sisi lain pengikut Lia malah bertambah banyak. Mereka mengenakan pakaian serba putih seperti pakaian ihram.
Selain itu, Lia mengubah rumahnya dengan menulis God's Kingdom - Eden atau Kerajaan Tuhan - Eden di lantai dua rumahnya. Menurut Zaenabur, baru dua tahun ini Lia mulai mencampuradukkan agama. Ini terlihat dari dibangunnya bangunan semacam pura dirumahnya, serta perubahan atribut yang dipakainya.
"Saya lihat dia malah digundul rambutnya seperti bhiksu. Jadi nggak pernah pakai jilbab lagi, pengikutnya juga begitu. Dan itu selalu berubah-ubah, nggak jelas jadinya," paparnya.
Merekrut Orang, Hakim Tuhan
Sementara itu, menurut Kepala Dewan Kelurahan (Dekel) Bungur, Drs H A Sangir BSc, pihaknya semula sudah mendengar adanya kegiatan Lia yang nyeleneh. Tapi seiring dengan waktu berjalan masyarakat belum ada yang merasa terganggu, sehingga dia merasa tidak masalah bila membiarkannya.
"Terus ada laporan kalau dia mulai ngajak orang-orang. Mulai ngajak diskusi orang-orang, mulai dakwah begitu. Akhirnya kami ya datang ke rumahnya. Dia terbuka kepada kami. Ngomong tentang keyakinannya. Baru setelah itu kami tahu bagaimana anehnya dia, karena selama ini baru dari selebaran yang ditunjukkan warga sini," kata Sangir.
Selain itu, Lia juga sering mengajak pengikutnya berkeliling kampung membagi-bagikan selebaran yang aneh-aneh, serta melakukan pawai pertobatan yang menjunjung Wahyu Allah yang baru "diterima" Lia.
"Selebaran yang isinya aneh-aneh, dia mengaku sebagai Jibril, anaknya jadi Nabi Isa, babi halal, katanya dia hakim yang ditunjuk Allah. Juga pawai seperti itu yang membuat warga jadi resah dan bereaksi. Apalagi dia dan pengikutnya juga sering memberikan peringatan, katanya akan ada banjir melanda kampung ini. Kita telanjur takut, eh nggak tahunya tidak pernah terjadi apa-apa," ungkap Sangir.
Menurutnya, setelah masyarakat sekitar mulai bereaksi, terlihat Lia dan pengikutnya lebih tertutup. Segala sesuatunya mereka kerjakan sendiri. Termasuk saat pengerjaan bangunan mirip pura. Para pengikut Lia mengerjakannya sendiri, tanpa melepas baju kebesaran mereka yang serba putih. Ini menjadi pemandangan menarik bagi warga sekitar.
Yang menarik, menurut Sangir, tidak ada warga di sekitar rumah Lia yang mau bergabung di dalam Komunitas Eden. Menurut dugaan sementara, Lia mendapat pengikut setelah menunjukkan kelebihannya dalam menyembuhkan penyakit yang diderita mereka.
Sementara itu menurut Zaenabur, keengganan warga sekitar bergabung dalam Komunitas Eden karena mereka sudah mengetahui siapa sebenarnya Lia. Dan, perubahan yang begitu drastis terhadap diri Lia, membuat banyak orang yang sudah mengenalnya, menjadi ragu-ragu.
Tiba-tiba dari rumah Lia kemarin keluar seorang perempuan tua. Menurut Zaenabur, perempuan itu diminta Lia untuk merawat anjing-anjingnya yang tertinggal saat evakuasi. Menurut pengakuan warga sekitar ada 12 anjing yang dipelihara Lia berserta Komunitas Edennya. Menariknya anjing-anjing itu pun diberi pakaian serba putih. (Hartono Harimurti-41v)
39 Guru SD di Mijen Tertipu Rp 1,4 Miliar
SUARA MERDEKA
Rabu, 31 Oktober 2007
SEMARANG -Sebanyak 39 guru SD di kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Mijen menjadi korban penipuan. Perbuatan itu diduga dilakukan oknum bendaharawan gaji kantor tersebut. Nilai kerugian tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 1,4 miliar.
Selasa (30/10), kasus itu dibahas dalam rapat dengar pendapat di Komisi D DPRD Kota Semarang. Rapat yang dipimpin Ketua Komisi D Ahmadi itu, menghadirkan sejumlah pihak, mulai dari unsur Dinas Pendidikan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Mijen, Pasir Riyanto, sampai perwakilan korban.
Pada pertemuan itu terungkap, modus penipuan mirip kasus serupa yang terjadi di Kecamatan Semarang Tengah pertengahan 2006 lalu. Pasir Riyanto mengatakan, oknum yang dipercaya menjadi bendahawaran gaji itu memang bertanggung jawab penuh terhadap keuangan, termasuk pemotongan gaji para guru.
Tidak hanya potongan untuk koperasi, dia juga mengatur lalu lintas keuangan untuk angsuran utang para guru di bank. "Kasus itu terungkap setelah ada laporan dari KPRI dan PGRI bahwa setoran angsuran para guru terlambat. Itu terjadi pertengahan September lalu," katanya.
Berdasarkan laporan itu, Pasir berinisiatif memanggil oknum itu untuk klarifikasi. Di hadapannya, pelaku mengaku belum menyetorkan angsuran para guru karena digunakan untuk biaya berobat saudaranya. Ketika itu, pelaku berjanji segera melunasi tunggakan tersebut.
''Namun hingga 26 September, tidak ada tanda-tanda kalau pelaku akan melunasi setoran, sehingga saya mengirim staf untuk mengecek ke rumahnya. Ternyata, dia sudah pergi, dan hingga sekarang belum kembali," tuturnya.
Setelah kejadian itu, sejumlah guru mengeluhkan potongan gaji hingga jutaan rupiah serta mendapatkan surat tagihan dari sejumlah lembaga keuangan, antara lain dari Bank Jateng, BRI Cabang Mijen, BPR BKK Jambu Kabupaten Semarang, dan BPR Mandiri Abadi.
Dicek Validitasnya
Menanggapi persoalan itu, Ketua Komisi D Ahmadi meminta agar utang di lembaga keuangan itu dicek validitasnya. "Seperti di BPR BKK Jambu, apa betul ada pinjaman segitu banyak. Begitu juga di BPR Mandiri Abadi, harus dicek dulu," katanya.
Dinas Pendidikan Kota Semarang, kata dia, juga harus proaktif menghubungi pihak bank untuk mengklarifikasi, apakah semua prosedur sudah dipenuhi, sehingga uang begitu mudah keluar.
Dinas Pendidikan diminta melobi pihak bank agar menunda pembayaran. "Kalau tidak dibantu, kasihan para guru. Saya khawatir nanti proses kegiatan belajar bisa terganggu," ujarnya. (H9,H12-18)
Rabu, 31 Oktober 2007
SEMARANG -Sebanyak 39 guru SD di kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Mijen menjadi korban penipuan. Perbuatan itu diduga dilakukan oknum bendaharawan gaji kantor tersebut. Nilai kerugian tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 1,4 miliar.
Selasa (30/10), kasus itu dibahas dalam rapat dengar pendapat di Komisi D DPRD Kota Semarang. Rapat yang dipimpin Ketua Komisi D Ahmadi itu, menghadirkan sejumlah pihak, mulai dari unsur Dinas Pendidikan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Mijen, Pasir Riyanto, sampai perwakilan korban.
Pada pertemuan itu terungkap, modus penipuan mirip kasus serupa yang terjadi di Kecamatan Semarang Tengah pertengahan 2006 lalu. Pasir Riyanto mengatakan, oknum yang dipercaya menjadi bendahawaran gaji itu memang bertanggung jawab penuh terhadap keuangan, termasuk pemotongan gaji para guru.
Tidak hanya potongan untuk koperasi, dia juga mengatur lalu lintas keuangan untuk angsuran utang para guru di bank. "Kasus itu terungkap setelah ada laporan dari KPRI dan PGRI bahwa setoran angsuran para guru terlambat. Itu terjadi pertengahan September lalu," katanya.
Berdasarkan laporan itu, Pasir berinisiatif memanggil oknum itu untuk klarifikasi. Di hadapannya, pelaku mengaku belum menyetorkan angsuran para guru karena digunakan untuk biaya berobat saudaranya. Ketika itu, pelaku berjanji segera melunasi tunggakan tersebut.
''Namun hingga 26 September, tidak ada tanda-tanda kalau pelaku akan melunasi setoran, sehingga saya mengirim staf untuk mengecek ke rumahnya. Ternyata, dia sudah pergi, dan hingga sekarang belum kembali," tuturnya.
Setelah kejadian itu, sejumlah guru mengeluhkan potongan gaji hingga jutaan rupiah serta mendapatkan surat tagihan dari sejumlah lembaga keuangan, antara lain dari Bank Jateng, BRI Cabang Mijen, BPR BKK Jambu Kabupaten Semarang, dan BPR Mandiri Abadi.
Dicek Validitasnya
Menanggapi persoalan itu, Ketua Komisi D Ahmadi meminta agar utang di lembaga keuangan itu dicek validitasnya. "Seperti di BPR BKK Jambu, apa betul ada pinjaman segitu banyak. Begitu juga di BPR Mandiri Abadi, harus dicek dulu," katanya.
Dinas Pendidikan Kota Semarang, kata dia, juga harus proaktif menghubungi pihak bank untuk mengklarifikasi, apakah semua prosedur sudah dipenuhi, sehingga uang begitu mudah keluar.
Dinas Pendidikan diminta melobi pihak bank agar menunda pembayaran. "Kalau tidak dibantu, kasihan para guru. Saya khawatir nanti proses kegiatan belajar bisa terganggu," ujarnya. (H9,H12-18)
Nabi Al Qiyadah Serahkan Diri
SUARA MERDEKA
Rabu, 31 Oktober 2007
ROBOHKAN BANGUNAN: Warga yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) merobohkan bangunan milik pimpinan Al Qiyadah Al Islamiyah, Ahmad Moshaddeq di Kampung Cimudal, Desa Gunung Sari, Pamijahan, Bogor, Selasa (30/10). Inzet: Ahmad Mushaddeq. (57)
JAKARTA - Jumlah pengikut aliran Al Qiyadah Al Islamiyah mencapai 41.000 orang. Mereka tersebar di sembilan daerah, yakni Jakarta, Tegal, Cilacap, Yogyakarta, Surabaya, Padang, Lampung, Batam, dan Makassar.
Pemimpin tertinggi aliran itu, Ahmad Mushaddeq yang mengaku sebagai nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad, bersama enam orang pengikutnya telah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya. Mereka langsung dibawa di bagian keamanan negara Reskrimum Polda Metro Jaya untuk diperiksa.
Lima pengikut ajaran itu di Cilacap juga diamankan, Senin (29/10). Polres Cilacap menjemput kelimanya dari tempat pengajian mereka di Jl Bawean Cilacap.
''Alasan Mushaddeq menyerahkan diri karena mengetahui dicari petugas kepolisian dan mengetahuinya dari media,'' kata Kapolda Metro Jaya Irjen Adang Firman, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (30/10).
Ahmad Mushaddeq yang mempunyai nama asli H Abdussalam, menyerahkan diri Senin lalu pukul 19.00 bersama enam pengikutnya, empat di antaranya merupakan sahabat kepercayaan.
Mushaddeq yang memakai kemeja lengan panjang warna hitam dengan tangan terborgol di belakang, Selasa kemarin diperlihatkan kepada wartawan. Namun, tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Mengenai identitas Ahmad Mushaddeq, Firman menjelaskan, pada 1971, pria tersebut pernah menjadi pelatih bulutangkis. Adapun istrinya, Hj Dra Waginem, merupakan mantan Kepala Sekolah Al Azhar Kemang Jakarta Selatan.
''Dia mempelajari Alquran secara otodidak, sehingga mempunyai pemahaman dan keyakinan sendiri. Istrinya merupakan orang pertama yang menerima ajarannya itu,'' tambahnya.
Perihal kelahiran aliran tersebut, Firman mengatakan, menurut tim penyidik, pada 2001 bertempat di Gunung Bunder Bogor, Abdussalam mengaku mendapatkan petunjuk melalui mimpi sebanyak tiga kali. Setelah itu yang bersangkutan mengangkat dirinya sendiri menjadi nabi bagi ajaran yang dibawanya tersebut, dan mengubah namanya menjadi Ahmad Mushaddeq.
Pelajar dan Mahasiswa
Dikatakan, pengikut aliran Al Qiyadah Al Islamiyah saat ini mencapai 41 ribu orang, tersebar di sembilan daerah di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut 60 persen di antaranya berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa.
Firman menyebutkan, kesembilan daerah tersebut adalah Jakarta (dengan pengikut sebanyak 8.972 orang) dengan pemimpin yang belum diketahui, Tegal (511) dengan pemimpin Enjam Muhtadi, Cilacap (1.446) dipimpin David Fatonah, serta Yogyakarta (5.114) dipimpin Mushadik.
Selanjutnya di Surabaya (2.710) dipimpin Muzakir, Padang (1.306) dipimpin Malik Akbar, Lampung (1.467) dipimpin Muhyidin Al Muntazhar, Batam (2.320) dipimpin Yozwa Ibnu Khotib, dan Makassar (4.101) dipimpin Iwan Khowari.
''Di Jakarta sendiri, untuk menghindari tindak kekarasan yang dilakukan oleh masyarakat, sampai saat ini sudah 40 pengikut Al Qiyadah yang diamankan polisi,'' ujarnya.
Menurut Firman, dengan dikeluarkannya larangan terhadap aliran Al Qiyadah oleh Bakor Pakem DKI Jakarta, pihaknya dapat menerapkan Pasal 3 UU No 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Ajaran Agama dan Pasal 156 (a) KUHAP tentang penodaan agama dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Sementara untuk para jamaahnya, dia akan memberi imbauan untuk meninggalkan ajaran tersebut terlebih dahulu. Bila mereka tetap menjalankan ajaran tersebut, akan ditindak sesuai dengan perundangan.
Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri dan menyerahkan permasalahan tersebut kepada hukum. Adapun kepada penganut ajaran itu, hendaknya kembali ke jalan yang benar.
Di tempat terpisah, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejagung) Thomson Siagian tidak bisa memastikan apakah pengikut ajaran Al Qiyadah yang telah ditangkap, bisa dikenakan dakwaan penodaan agama.
Menurutnya, hal tersebut bergantung kegiatan yang dilakukan, apakah dalam pemeriksaan tersebut, mereka telah melanggar pasal-pasal di KUHAP. ''Misalnya dalam bertindak, mereka telah melanggar pasal-pasal di KUHAP, selain pasal 156 (a). Bisa saja kemudian diambil tindakan oleh penegak hukum,'' katanya.
Pengikut di Cilacap
Kapolres Cilacap AKBP W Wirawijaya mengatakan, penjemputan pada empat pengikut aliran Al Qiyadah dilakukan siang hari, sedangkan malamnya bertambah satu lagi dari tempat yang sama, yakni di Jl Bawean. ''Pengamanan dilakukan karena ada dugaan kuat mereka memang pengikut aliran tersebut,'' kata Kapolres Cilacap.
Kelimanya langsung menjalani pemeriksaan di Mapolres. Sejak Senin siang sampai malam kelima orang itu menjalani interogasi. Selasa paginya mereka dibawa ke bagian identifikasi untuk melengkapi data diri. Setelah itu diminta naik lagi ke lantai II Polres Cilacap, tepatnya Bagian Intelkam.
Kelima orang yang diamankan tersebut adalah Surip Maryono, warga Jl Wersud RW 2 Cilacap Selatan, Edi Sutarno warga Jl Penyu RW 14, Yudi bin Yugo warga Jl Blanak Cilacap Selatan, Tri Hardjono warga Jalan Bawean, dan Edi Winarto warga Jalan Penyu Cilacap Selatan.
Edi Winarto diamankan paling akhir, sedangkan yang lain lebih dulu.
Sumber Suara Merdeka di Polres Cilacap menyebutkan, dari interogasi, kelimanya diyakini sebagai anggota Al Qiyadah. Mereka mengakui penganut aliran tersebut. Bahkan Surip Maryono diyakini sebagai salah satu murid langsung pemimpin Al Qiyadah.
Kepada Suara Merdeka, Edi Sutarno menyatakan dirinya tidak merasa melakukan penyimpangan apa pun. Apa yang dilakukannya dalam kelompok tersebut adalah ikut pengajian dan diskusi keagamaan biasa, termasuk tafsir Alquran.
''Saya merasa, apa yang saya lakukan tidak ada masalah. Yang dilakukan cuma kumpul untuk pengajian dan diskusi,'' kata dia.
Dia juga mengatakan keterlibatannya dalam kegiatan kelompok tersebut karena ikut teman. Dia juga tidak bermaksud membuat semua orang gundah dengan apa yang dilakukan bersama teman-temannya.
Berdasarkan informasi, aliran ini masuk ke Cilacap sekitar 2006. Sebelum ini, pada 2007, Polsek Cilacap Selatan sempat menangkap orang-orang yang diyakini menjadi pelopor penyebaran paham tersebut. Namun karena saat itu kontroversi belum muncul dan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas aliran tersebut juga belum jelas, orang-orang tersebut dilepas kembali.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Depag), Nasaruddin Umar, menegaskan tidak akan memberi toleransi terhadap semua aliran yang menyimpang atau sesat seperti Al Qiyadah Al Islamiyah. Namun, Depag tetap melakukan penyadaran kepada para penganut aliran sesat itu, karena bisa saja mereka masuk lantaran ketidaktahuan.
''Sikap kami dalam masalah aliran sesat tegas, karena ada kepastian hukum. Untuk itu kepada pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, minta maaf dan melakukan syahadat ulang agar tidak terjerat pasal penistaan agama,'' kata Umar yang juga Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran ini.
Ketua MUI H Amidhan mengatakan, meskipun mendesak ditertibkannya aliran sesat, dia mengimbau kepada umat Islam agar tidak melakukan tindakan anarkis atau kekerasan kepada para pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah.
Ketua PBNU KH Said Aqil Siraj menengarai, munculnya sejumlah aliran sesat yang marak belakangan ini bukan murni persoalan agama atau perbedaan penafsiran. Melainkan ada indikasi ulah dan rekayasa intelijen asing.
''Saya curiga, kayaknya memang ada rekayasa besar dari negara-negara Barat untuk mengacaukan Indonesia,'' kata Said.
Sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz menganggap, banyaknya aliran sesat yang muncul belakangan ini disebabkan karena ulama semakin jauh dari umat. Padahal, ulama bertugas untuk memberikan pencerahan kepada umat agar tidak terombang-ambing.
Di Kendal, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi meminta Pemerintah tidak perlu ragu untuk menindak tegas oknum pelaku pelecehan terhadap agama.
''Pelaku pelecehan agama, dalam hal ini agama Islam harus segera ditindak tegas menurut hukum,'' tandas Hasyim Muzadi di sela-sela menghadiri silaturahmi PWNU, PCNU, dan MWCNU se-eks Karesidenan Semarang di GOR Bahurekso Kendal, kemarin sore. (J21, G21,di,H28,A20,G15, 48,49,62)
Rabu, 31 Oktober 2007
ROBOHKAN BANGUNAN: Warga yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) merobohkan bangunan milik pimpinan Al Qiyadah Al Islamiyah, Ahmad Moshaddeq di Kampung Cimudal, Desa Gunung Sari, Pamijahan, Bogor, Selasa (30/10). Inzet: Ahmad Mushaddeq. (57)
JAKARTA - Jumlah pengikut aliran Al Qiyadah Al Islamiyah mencapai 41.000 orang. Mereka tersebar di sembilan daerah, yakni Jakarta, Tegal, Cilacap, Yogyakarta, Surabaya, Padang, Lampung, Batam, dan Makassar.
Pemimpin tertinggi aliran itu, Ahmad Mushaddeq yang mengaku sebagai nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad, bersama enam orang pengikutnya telah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya. Mereka langsung dibawa di bagian keamanan negara Reskrimum Polda Metro Jaya untuk diperiksa.
Lima pengikut ajaran itu di Cilacap juga diamankan, Senin (29/10). Polres Cilacap menjemput kelimanya dari tempat pengajian mereka di Jl Bawean Cilacap.
''Alasan Mushaddeq menyerahkan diri karena mengetahui dicari petugas kepolisian dan mengetahuinya dari media,'' kata Kapolda Metro Jaya Irjen Adang Firman, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (30/10).
Ahmad Mushaddeq yang mempunyai nama asli H Abdussalam, menyerahkan diri Senin lalu pukul 19.00 bersama enam pengikutnya, empat di antaranya merupakan sahabat kepercayaan.
Mushaddeq yang memakai kemeja lengan panjang warna hitam dengan tangan terborgol di belakang, Selasa kemarin diperlihatkan kepada wartawan. Namun, tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Mengenai identitas Ahmad Mushaddeq, Firman menjelaskan, pada 1971, pria tersebut pernah menjadi pelatih bulutangkis. Adapun istrinya, Hj Dra Waginem, merupakan mantan Kepala Sekolah Al Azhar Kemang Jakarta Selatan.
''Dia mempelajari Alquran secara otodidak, sehingga mempunyai pemahaman dan keyakinan sendiri. Istrinya merupakan orang pertama yang menerima ajarannya itu,'' tambahnya.
Perihal kelahiran aliran tersebut, Firman mengatakan, menurut tim penyidik, pada 2001 bertempat di Gunung Bunder Bogor, Abdussalam mengaku mendapatkan petunjuk melalui mimpi sebanyak tiga kali. Setelah itu yang bersangkutan mengangkat dirinya sendiri menjadi nabi bagi ajaran yang dibawanya tersebut, dan mengubah namanya menjadi Ahmad Mushaddeq.
Pelajar dan Mahasiswa
Dikatakan, pengikut aliran Al Qiyadah Al Islamiyah saat ini mencapai 41 ribu orang, tersebar di sembilan daerah di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut 60 persen di antaranya berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa.
Firman menyebutkan, kesembilan daerah tersebut adalah Jakarta (dengan pengikut sebanyak 8.972 orang) dengan pemimpin yang belum diketahui, Tegal (511) dengan pemimpin Enjam Muhtadi, Cilacap (1.446) dipimpin David Fatonah, serta Yogyakarta (5.114) dipimpin Mushadik.
Selanjutnya di Surabaya (2.710) dipimpin Muzakir, Padang (1.306) dipimpin Malik Akbar, Lampung (1.467) dipimpin Muhyidin Al Muntazhar, Batam (2.320) dipimpin Yozwa Ibnu Khotib, dan Makassar (4.101) dipimpin Iwan Khowari.
''Di Jakarta sendiri, untuk menghindari tindak kekarasan yang dilakukan oleh masyarakat, sampai saat ini sudah 40 pengikut Al Qiyadah yang diamankan polisi,'' ujarnya.
Menurut Firman, dengan dikeluarkannya larangan terhadap aliran Al Qiyadah oleh Bakor Pakem DKI Jakarta, pihaknya dapat menerapkan Pasal 3 UU No 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Ajaran Agama dan Pasal 156 (a) KUHAP tentang penodaan agama dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
Sementara untuk para jamaahnya, dia akan memberi imbauan untuk meninggalkan ajaran tersebut terlebih dahulu. Bila mereka tetap menjalankan ajaran tersebut, akan ditindak sesuai dengan perundangan.
Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak main hakim sendiri dan menyerahkan permasalahan tersebut kepada hukum. Adapun kepada penganut ajaran itu, hendaknya kembali ke jalan yang benar.
Di tempat terpisah, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejagung) Thomson Siagian tidak bisa memastikan apakah pengikut ajaran Al Qiyadah yang telah ditangkap, bisa dikenakan dakwaan penodaan agama.
Menurutnya, hal tersebut bergantung kegiatan yang dilakukan, apakah dalam pemeriksaan tersebut, mereka telah melanggar pasal-pasal di KUHAP. ''Misalnya dalam bertindak, mereka telah melanggar pasal-pasal di KUHAP, selain pasal 156 (a). Bisa saja kemudian diambil tindakan oleh penegak hukum,'' katanya.
Pengikut di Cilacap
Kapolres Cilacap AKBP W Wirawijaya mengatakan, penjemputan pada empat pengikut aliran Al Qiyadah dilakukan siang hari, sedangkan malamnya bertambah satu lagi dari tempat yang sama, yakni di Jl Bawean. ''Pengamanan dilakukan karena ada dugaan kuat mereka memang pengikut aliran tersebut,'' kata Kapolres Cilacap.
Kelimanya langsung menjalani pemeriksaan di Mapolres. Sejak Senin siang sampai malam kelima orang itu menjalani interogasi. Selasa paginya mereka dibawa ke bagian identifikasi untuk melengkapi data diri. Setelah itu diminta naik lagi ke lantai II Polres Cilacap, tepatnya Bagian Intelkam.
Kelima orang yang diamankan tersebut adalah Surip Maryono, warga Jl Wersud RW 2 Cilacap Selatan, Edi Sutarno warga Jl Penyu RW 14, Yudi bin Yugo warga Jl Blanak Cilacap Selatan, Tri Hardjono warga Jalan Bawean, dan Edi Winarto warga Jalan Penyu Cilacap Selatan.
Edi Winarto diamankan paling akhir, sedangkan yang lain lebih dulu.
Sumber Suara Merdeka di Polres Cilacap menyebutkan, dari interogasi, kelimanya diyakini sebagai anggota Al Qiyadah. Mereka mengakui penganut aliran tersebut. Bahkan Surip Maryono diyakini sebagai salah satu murid langsung pemimpin Al Qiyadah.
Kepada Suara Merdeka, Edi Sutarno menyatakan dirinya tidak merasa melakukan penyimpangan apa pun. Apa yang dilakukannya dalam kelompok tersebut adalah ikut pengajian dan diskusi keagamaan biasa, termasuk tafsir Alquran.
''Saya merasa, apa yang saya lakukan tidak ada masalah. Yang dilakukan cuma kumpul untuk pengajian dan diskusi,'' kata dia.
Dia juga mengatakan keterlibatannya dalam kegiatan kelompok tersebut karena ikut teman. Dia juga tidak bermaksud membuat semua orang gundah dengan apa yang dilakukan bersama teman-temannya.
Berdasarkan informasi, aliran ini masuk ke Cilacap sekitar 2006. Sebelum ini, pada 2007, Polsek Cilacap Selatan sempat menangkap orang-orang yang diyakini menjadi pelopor penyebaran paham tersebut. Namun karena saat itu kontroversi belum muncul dan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas aliran tersebut juga belum jelas, orang-orang tersebut dilepas kembali.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Depag), Nasaruddin Umar, menegaskan tidak akan memberi toleransi terhadap semua aliran yang menyimpang atau sesat seperti Al Qiyadah Al Islamiyah. Namun, Depag tetap melakukan penyadaran kepada para penganut aliran sesat itu, karena bisa saja mereka masuk lantaran ketidaktahuan.
''Sikap kami dalam masalah aliran sesat tegas, karena ada kepastian hukum. Untuk itu kepada pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, minta maaf dan melakukan syahadat ulang agar tidak terjerat pasal penistaan agama,'' kata Umar yang juga Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran ini.
Ketua MUI H Amidhan mengatakan, meskipun mendesak ditertibkannya aliran sesat, dia mengimbau kepada umat Islam agar tidak melakukan tindakan anarkis atau kekerasan kepada para pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah.
Ketua PBNU KH Said Aqil Siraj menengarai, munculnya sejumlah aliran sesat yang marak belakangan ini bukan murni persoalan agama atau perbedaan penafsiran. Melainkan ada indikasi ulah dan rekayasa intelijen asing.
''Saya curiga, kayaknya memang ada rekayasa besar dari negara-negara Barat untuk mengacaukan Indonesia,'' kata Said.
Sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz menganggap, banyaknya aliran sesat yang muncul belakangan ini disebabkan karena ulama semakin jauh dari umat. Padahal, ulama bertugas untuk memberikan pencerahan kepada umat agar tidak terombang-ambing.
Di Kendal, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi meminta Pemerintah tidak perlu ragu untuk menindak tegas oknum pelaku pelecehan terhadap agama.
''Pelaku pelecehan agama, dalam hal ini agama Islam harus segera ditindak tegas menurut hukum,'' tandas Hasyim Muzadi di sela-sela menghadiri silaturahmi PWNU, PCNU, dan MWCNU se-eks Karesidenan Semarang di GOR Bahurekso Kendal, kemarin sore. (J21, G21,di,H28,A20,G15, 48,49,62)
Monday, October 29, 2007
SUARA MERDEKA
Selasa, 30 Oktober 2007
Tertekan, BP Jatuh Pingsan
PURWOKERTO-Tiga pimpinan partai, yakni Partai Demokrat, PPP dan PKS dalam keterangan persnya, kemarin petang menyatakan, meski batal, deklarasi pasangan Bambang Priyono-Tossy Ariyanto tetap akan dilakukan. Waktunya belum bisa ditentukan pasti. ''Kami belum bisa berandai-andai kapan akan dilakukan. Yang jelas tetap akan dideklarasikan. Tunggu perkembangan dalam beberapa hari ini,'' kata Ketua DPD PKS, Ibnu Salimi.
Ketua DPC Partai Demokrat, Widodo Dwi Prastowo menyatakan, sebenarnya yang menjadi titik krusial adalah calon R2. Untuk calon R1, partainya, PPP, PKS maupun PDI-P juga sama ingin mengusung BP, sehingga tetap ada kemungkinan untuk berkoalisi lebih lanjut.
Menangis
Menurutnya, cawabup Tossy juga sudah diterima di tiga partai ini. Karena itu, pasangan BP-Tossy diharapkan bisa diterima oleh PDI-P. Kebetulan Tossy juga mendaftar ke PDI-P. ''Kami tetap menunggu perkembangan. Yang jelas tiga partai ini juga menerima Tossy,'' kata Widodo.
Ketua DPC PPP, Gus Anam menerangkan, dirinya bersama pimpinan partai lain menemui BP di rumahnya petang kemarin. Dia sempat jatuh pingsan. Dia tampak tertekan atas kondisi tersebut. BP juga sulit berkomunikasi dengan lancar atas kondisi yang sedang menimpanya.
''Saat kami datang, dia sakit dan sempat pingsan. Kami sempat menangis melihat kondisinya,'' kata Gus Anam.
Saat pimpinan tiga partai tersebut dan panitia menyampaikan ke forum, lanjut Gus Anam, para peserta deklarasi juga terharu. (G22, In-55)
Selasa, 30 Oktober 2007
Tertekan, BP Jatuh Pingsan
PURWOKERTO-Tiga pimpinan partai, yakni Partai Demokrat, PPP dan PKS dalam keterangan persnya, kemarin petang menyatakan, meski batal, deklarasi pasangan Bambang Priyono-Tossy Ariyanto tetap akan dilakukan. Waktunya belum bisa ditentukan pasti. ''Kami belum bisa berandai-andai kapan akan dilakukan. Yang jelas tetap akan dideklarasikan. Tunggu perkembangan dalam beberapa hari ini,'' kata Ketua DPD PKS, Ibnu Salimi.
Ketua DPC Partai Demokrat, Widodo Dwi Prastowo menyatakan, sebenarnya yang menjadi titik krusial adalah calon R2. Untuk calon R1, partainya, PPP, PKS maupun PDI-P juga sama ingin mengusung BP, sehingga tetap ada kemungkinan untuk berkoalisi lebih lanjut.
Menangis
Menurutnya, cawabup Tossy juga sudah diterima di tiga partai ini. Karena itu, pasangan BP-Tossy diharapkan bisa diterima oleh PDI-P. Kebetulan Tossy juga mendaftar ke PDI-P. ''Kami tetap menunggu perkembangan. Yang jelas tiga partai ini juga menerima Tossy,'' kata Widodo.
Ketua DPC PPP, Gus Anam menerangkan, dirinya bersama pimpinan partai lain menemui BP di rumahnya petang kemarin. Dia sempat jatuh pingsan. Dia tampak tertekan atas kondisi tersebut. BP juga sulit berkomunikasi dengan lancar atas kondisi yang sedang menimpanya.
''Saat kami datang, dia sakit dan sempat pingsan. Kami sempat menangis melihat kondisinya,'' kata Gus Anam.
Saat pimpinan tiga partai tersebut dan panitia menyampaikan ke forum, lanjut Gus Anam, para peserta deklarasi juga terharu. (G22, In-55)
Saturday, October 27, 2007
span style="font-weight:bold;">Foreigners show less interest in Bahasa Indonesia
Veeramalla Anjaiah, The Jakarta Post, Jakarta
Indonesia's potential to become a global language is hampered by diminishing interest abroad and competition from other languages, foreign linguists say.
"During the last few years, the number of students who want to learn Bahasa Indonesia in North America and Australia have declined rapidly," Uri Tadmor, a linguistic expert on the Indonesian language from the U.S., told The Jakarta Post in Jakarta on Friday in connection with Youth Pledge Day, which falls on Oct. 28.
Seventy-nine years ago, Indonesian men and women pledged that there would be "one homeland (Indonesia), one nation and one language (Bahasa Indonesia)."
North America and Australia used to be the biggest centers for learning Indonesian outside Indonesia.
Tadmor said the decline could be related to Indonesia's global stature after the 1997 economic crisis and increasing interest in other Asian languages like Mandarin, Vietnamese and Thai.
He said that Indonesian had the potential to become an international language but this was highly unlikely to happen in the near future.
"Why not? The Indonesian language is spoken by a quarter billion people. It could become an international language or UN language. Indonesia should do something to lift its global stature," Tadmor said.
Interest in learning Bahasa Indonesia has declined in Europe as well, another linguist said.
"We have a similar situation in Europe, with the exception of Italy. The interest in the Indonesian language as well as Indonesian studies is declining among European students. In countries like France, Germany and Britain, the universities are struggling to get students," Antonia Soriente, an Italian who studied at the University of Indonesia and now works as a linguist in Jakarta, said.
Both Tadmor and Antonio, who have devoted their careers to learning about Indonesian languages and Indonesia, are currently working at the Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology's Linguistic Field Station in Jakarta.
As a consolation, Italian students are increasingly showing a special interest in Indonesia and its language.
"Last year, we had 35 students joining the Indonesian language course at the University of Naples 'L'Orientale'. This was a very big number. Currently, there are 70 students learning Bahasa Indonesia at all levels," said Antonia, who conducted research on the dying Kenyah languages in Kalimantan for her PhD.
But she said Indonesia needed to do more to encourage foreigners to learn the language.
"If you want to make the Indonesian language a global language, you must attract foreign students to study in Indonesia. Before, a large number of Malaysians used to study in Indonesia. Now it is the reverse. More and more Indonesians are going to Malaysia and Singapore to study," Antonia said.
But the Education Ministry says that foreigners are showing more interest in learning Indonesian.
"We have Indonesian language programs at 129 language schools or higher educational incitations throughout the world," Dendy Sugono, head of the language center at the Education Ministry, told the Investor Daily Indonesia on Wednesday.
Dendy said 500 students from 67 countries are currently studying the language in Indonesia.
Indonesia's potential to become a global language is hampered by diminishing interest abroad and competition from other languages, foreign linguists say.
"During the last few years, the number of students who want to learn Bahasa Indonesia in North America and Australia have declined rapidly," Uri Tadmor, a linguistic expert on the Indonesian language from the U.S., told The Jakarta Post in Jakarta on Friday in connection with Youth Pledge Day, which falls on Oct. 28.
Seventy-nine years ago, Indonesian men and women pledged that there would be "one homeland (Indonesia), one nation and one language (Bahasa Indonesia)."
North America and Australia used to be the biggest centers for learning Indonesian outside Indonesia.
Tadmor said the decline could be related to Indonesia's global stature after the 1997 economic crisis and increasing interest in other Asian languages like Mandarin, Vietnamese and Thai.
He said that Indonesian had the potential to become an international language but this was highly unlikely to happen in the near future.
"Why not? The Indonesian language is spoken by a quarter billion people. It could become an international language or UN language. Indonesia should do something to lift its global stature," Tadmor said.
Interest in learning Bahasa Indonesia has declined in Europe as well, another linguist said.
"We have a similar situation in Europe, with the exception of Italy. The interest in the Indonesian language as well as Indonesian studies is declining among European students. In countries like France, Germany and Britain, the universities are struggling to get students," Antonia Soriente, an Italian who studied at the University of Indonesia and now works as a linguist in Jakarta, said.
Both Tadmor and Antonio, who have devoted their careers to learning about Indonesian languages and Indonesia, are currently working at the Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology's Linguistic Field Station in Jakarta.
As a consolation, Italian students are increasingly showing a special interest in Indonesia and its language.
"Last year, we had 35 students joining the Indonesian language course at the University of Naples 'L'Orientale'. This was a very big number. Currently, there are 70 students learning Bahasa Indonesia at all levels," said Antonia, who conducted research on the dying Kenyah languages in Kalimantan for her PhD.
But she said Indonesia needed to do more to encourage foreigners to learn the language.
"If you want to make the Indonesian language a global language, you must attract foreign students to study in Indonesia. Before, a large number of Malaysians used to study in Indonesia. Now it is the reverse. More and more Indonesians are going to Malaysia and Singapore to study," Antonia said.
But the Education Ministry says that foreigners are showing more interest in learning Indonesian.
"We have Indonesian language programs at 129 language schools or higher educational incitations throughout the world," Dendy Sugono, head of the language center at the Education Ministry, told the Investor Daily Indonesia on Wednesday.
Dendy said 500 students from 67 countries are currently studying the language in Indonesia.
Bloggers make noise - and it's getting bigger all the time
Mustaqim Adamrah, The Jakarta Post, Jakarta
At least 358 bloggers plan to take part in the country's first national blog meeting on Saturday.
Speaking to The Jakarta Post on the development and prospects of blogs, particularly in Indonesia, Budi Putra of the Asia Blogging Network said Friday he invited anyone interested in blogging or "citizen journalism" to attend Pesta Blogger.
The Asia Blogging Network is a Jakarta-based world media network providing technology, sports, lifestyle, and entertainment-based postings in more than 70 blogs.
"We invite not only bloggers, but also those who do and will have connections with blogs to come to the gathering, which will take place on Saturday," Budi said.
The gathering will start at 10:30 a.m. at the country's biggest movie theater, the Blitz Megaplex in Grand Indonesia, Central Jakarta.
"We're also expecting representatives of Linux and Microsoft to come but still hoping it will be as casual as possible," said Budi, also a member of the event's organizing committee.
The initial response of the country's bloggers was so enthusiastic that the committee doubled the number of invites to 400.
"Many bloggers are so interested to come they... are willing to spend money on airplane tickets and hotel rooms," said Budi.
In addition, committee chairperson Enda Nasution said in a press statement: "We also have to move the location from the previous Hard Rock Cafe (in Plaza Indonesia, Central Jakarta) to Blitz Megaplex because of the huge number of potential participants."
According to Budi, not only will the gathering be a common ground for bloggers to meet on, but also a place for discussions on successful blogging.
"We'll set up discussions through which people will hopefully learn about the kinds of opportunities they can have in blogging," said the former Tempo journalist who is now a full-time blogger.
"Indonesia has so much potential to grow its blogs and make themglobally popular," he said.
Budi said that the blog industry in the country, which "supposedly can create business profits, is still silent although the number of active players is quite huge".
There are more than 150,000 Indonesian bloggers, at least 60 percent of whom are "active bloggers". That number doubles every six months, according to Budi.
He also says the Indonesian language ranks in the top 10 most active language used in blogs and that Jakartan bloggers rank second among the most active commentators in the world.
At least 358 bloggers plan to take part in the country's first national blog meeting on Saturday.
Speaking to The Jakarta Post on the development and prospects of blogs, particularly in Indonesia, Budi Putra of the Asia Blogging Network said Friday he invited anyone interested in blogging or "citizen journalism" to attend Pesta Blogger.
The Asia Blogging Network is a Jakarta-based world media network providing technology, sports, lifestyle, and entertainment-based postings in more than 70 blogs.
"We invite not only bloggers, but also those who do and will have connections with blogs to come to the gathering, which will take place on Saturday," Budi said.
The gathering will start at 10:30 a.m. at the country's biggest movie theater, the Blitz Megaplex in Grand Indonesia, Central Jakarta.
"We're also expecting representatives of Linux and Microsoft to come but still hoping it will be as casual as possible," said Budi, also a member of the event's organizing committee.
The initial response of the country's bloggers was so enthusiastic that the committee doubled the number of invites to 400.
"Many bloggers are so interested to come they... are willing to spend money on airplane tickets and hotel rooms," said Budi.
In addition, committee chairperson Enda Nasution said in a press statement: "We also have to move the location from the previous Hard Rock Cafe (in Plaza Indonesia, Central Jakarta) to Blitz Megaplex because of the huge number of potential participants."
According to Budi, not only will the gathering be a common ground for bloggers to meet on, but also a place for discussions on successful blogging.
"We'll set up discussions through which people will hopefully learn about the kinds of opportunities they can have in blogging," said the former Tempo journalist who is now a full-time blogger.
"Indonesia has so much potential to grow its blogs and make themglobally popular," he said.
Budi said that the blog industry in the country, which "supposedly can create business profits, is still silent although the number of active players is quite huge".
There are more than 150,000 Indonesian bloggers, at least 60 percent of whom are "active bloggers". That number doubles every six months, according to Budi.
He also says the Indonesian language ranks in the top 10 most active language used in blogs and that Jakartan bloggers rank second among the most active commentators in the world.
Abdul Mu'ti
SUARA MERDEKA
Minggu, 28 Oktober 2007 BINCANG BINCANG
ltas Tarbiyah IAIN Walisongo (Semarang) dan Direktur Eksekutif CCDC (Jakarta) Istri: Masmidah Anak: Aqil Aulia Wafda, Brilliant Dwi Izzulhaq, dan Melati Niswa Qanita Pendidikan: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang (1991), Master of Education (MEd) School of Education, the Flinders University Of South Australia (1997), Short Course on Governance and Shari'a, University of Birmingham, Inggris (2005), dan mahasiswa Program Doktor UIN Syarif Hidayatullah Ciputat.
Pengalaman Organisasi: Ketua II Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Semarang 1991-1993, Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah IMM Jawa Tengah 1993-1994, Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jateng 1998-2002, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng 2000-2002, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2002-2006 serta Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2010, Wakil Sekjen DPP ICMI 2005-2010, Wakil Sekretaris Tim Penanggulangan Terorisme Depag RI 2006-Sekarang, anggota Badan Akreditasi Nasional (BAN) Sekolah-Madrasah Depdiknas RI 2006-2010, anggota Majelis Pemuda Nasional DPP KNPI, 2002-2006,
Penasihat Bidang Islam dan Kepemudaan The British Council, Inggris 2006-sekarang, anggota Indonesia-United Kingdom Islamic Advisory Groups 2006-sekarang, Presiden Islamic Association The Flinders University of South Australia 1995-1997.
Pengalaman Internasional: Peserta Indonesia-New Zealand Young Muslim Leaders Exchange, anggota Delegasi Tim kampanye Diplomasi Publik Deplu RI ke AS, peserta Internasional Visitor Leadership Program ke AS, anggota Delegasi Indonesia Muslim Leaders Exchange, Iran, peserta Indonesia-Australia Young Muslim
Leaders Exchange Program, Australia.
Pembicara Internasional:
Dalam Political Islam and Peace, Helsinki, Islam and State, Bangkok, Radicalization of Islam in Southeast Asia Manila, Australia as a Neighbour Melbourne Australia, Alternative to Fundamentalism, Helsinki
Buku:
Deformalisasi Islam (2004) Pustaka Grafindo, Jakarta
Ia juga aktif menjadi kontributor dan editor berbagai buku terkait masalah pemikiran Islam, Muhammadiyah dan pendidikan (Hartono Harimurti-35)
Minggu, 28 Oktober 2007 BINCANG BINCANG
ltas Tarbiyah IAIN Walisongo (Semarang) dan Direktur Eksekutif CCDC (Jakarta) Istri: Masmidah Anak: Aqil Aulia Wafda, Brilliant Dwi Izzulhaq, dan Melati Niswa Qanita Pendidikan: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang (1991), Master of Education (MEd) School of Education, the Flinders University Of South Australia (1997), Short Course on Governance and Shari'a, University of Birmingham, Inggris (2005), dan mahasiswa Program Doktor UIN Syarif Hidayatullah Ciputat.
Pengalaman Organisasi: Ketua II Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Semarang 1991-1993, Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah IMM Jawa Tengah 1993-1994, Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jateng 1998-2002, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng 2000-2002, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2002-2006 serta Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2010, Wakil Sekjen DPP ICMI 2005-2010, Wakil Sekretaris Tim Penanggulangan Terorisme Depag RI 2006-Sekarang, anggota Badan Akreditasi Nasional (BAN) Sekolah-Madrasah Depdiknas RI 2006-2010, anggota Majelis Pemuda Nasional DPP KNPI, 2002-2006,
Penasihat Bidang Islam dan Kepemudaan The British Council, Inggris 2006-sekarang, anggota Indonesia-United Kingdom Islamic Advisory Groups 2006-sekarang, Presiden Islamic Association The Flinders University of South Australia 1995-1997.
Pengalaman Internasional: Peserta Indonesia-New Zealand Young Muslim Leaders Exchange, anggota Delegasi Tim kampanye Diplomasi Publik Deplu RI ke AS, peserta Internasional Visitor Leadership Program ke AS, anggota Delegasi Indonesia Muslim Leaders Exchange, Iran, peserta Indonesia-Australia Young Muslim
Leaders Exchange Program, Australia.
Pembicara Internasional:
Dalam Political Islam and Peace, Helsinki, Islam and State, Bangkok, Radicalization of Islam in Southeast Asia Manila, Australia as a Neighbour Melbourne Australia, Alternative to Fundamentalism, Helsinki
Buku:
Deformalisasi Islam (2004) Pustaka Grafindo, Jakarta
Ia juga aktif menjadi kontributor dan editor berbagai buku terkait masalah pemikiran Islam, Muhammadiyah dan pendidikan (Hartono Harimurti-35)
Abdul Mu'ti:
SUARA MERDEKA
Minggu, 28 Oktober 2007 BINCANG BINCANG
ABDUL Mu'ti adalah MEd Direktur Eksekutif Centre for Dialogue and Cooperation among Civillisations (CDCC), Jakarta.Tak banyak ''anak muda'' apalagi yang merintis karier di daerah memiliki peran menonjol di dunia kepemudaan dan pendidikan internasional. Apa pendapat Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2002-2006 ini terhadap keterpurukan pemuda Indonesia? Bagaimana menimbulkan pencerahan di tengah-tengah ketakberdayaan bangsa. Berikut perbincangan dengan Penasihat Bidang Islam dan Kepemudaan The British Council,Inggris 2006-sekarang ini di Jakarta, belum lama ini.
Pada masa pergerakan nasional, anak-anak muda semacam Soekarno atau Hatta mampu memimpin menggerakkan kesadaran dan perlawanan terhadap penjajah. Mengapa sekarang tidak muncul lagi anak-anak muda seperti itu?
Ada beberapa faktor yang harus kita lihat, mengapa peran pemuda pada zaman pergerakan nasional berbeda dari saat ini. Pertama, saat zaman pergerakan kita masih sebagai bangsa terjajah. Struktur pemerintahan Indonesia belum ada. Kondisi saat itu menyebabkan siapa saja bisa tampil dan menjadi pemimpin melalui organisasi masing-masing. Secara sistemik karena tidak ada antrian maka siapa saja bisa tampil.
Kedua, secara psikologis ketika seseorang hidup dalam zaman yang menghadirkan tantangan begitu berat, maka tingkat kematangannya akan bisa lebih cepat terbentuk sehingga para pemimpin kita saat itu bisa tampil pada usia muda. Belum lagi, juga disertai dengan begitu banyak hasrat dan semangat yang membara untuk merdeka.
Berbeda dari sekarang, situasi yang terjadi telah membuat kaum muda harus antre dari orang tua yang ingin mempertahankan posisi dan kemapanan. Belum lagi kini banyak anak muda yang menjadi generasi anak mama.
Kemakmuran ekonomi kadang membuat orang menjadi manja. Ketersediaan bermacam-macam fasilitas oleh keluarga juga sering membuat seseorang jadi enggan menghadapi tantangan. Mereka merasa kondisi seperti ini sudah enak dan berusaha mempertahankan. Itu saja. Jadi mereka tak punya tantangan untuk lebih mandiri dan berkarya. Padahal mereka sebenarnya punya kesempatan.
Sebenarnya apa saja titik lemah generasi muda kita saat ini? Mengapa banyak yang apatis terhadap perbaikan nasib masyarakat dan bangsa?
Banyak sikap generasi muda kita yang saya prihatinkan. Mereka tidak peka lagi terhadap aspek sosial masyarakat. Juga terhadap politik. Mereka jadi generasi cuek yang tidak merasa dekat dengan masyarakat. Mengenai mereka yang apatis terhadap politik, ini mungkin karena pertama, mereka menganggap politik sebagai sesuatu yang dianggap kotor.
Selain itu saat ini juga tidak ada figur atau tokoh politik yang bisa menjadi idola, karena penampilan politikus kita juga masih memprihatinkan. Faktor lain adalah pendidikan. Saat ini pendidikan politik juga tidak mereka dapatkan di sekolah. Mereka hanya mendapat pelajaran tentang kewarganegaraan yang lebih bersifat teoritis, karena memang sekolah harus steril dari politik.
Yang juga sangat memprihatinkan, generasi muda kita lemah dalam bidang kewiraswastaan. Mereka memang ingin bekerja, namun hanya sebagai pekerja, bukan orang yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Ini masalah yang sangat serius karena jumlah wiraswasta kita kan masih di bawah 1%. Padahal jika kita ingin menjadi bangsa yang secara ekonomi lebih cepat kemajuannya, maka jumlah wiraswasta sekurang-kurangnya 2% dari jumlah penduduk. Untuk menjadi wiraswasta yang tangguh seorang harus memulai sejak muda.
Memang kita sudah memiliki lembaga-lembaga seperti HIPMI dan sebagainya, namun ia belum efektif untuk mendorong kelahiran wiraswasta-wiraswasta muda yang benar-benar ingin memacu kreativitas dan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja.
Nah, jumlah kaum muda kita memang mayoritas, tetapi secara kualitas sangat jauh dari negara-negara maju. Kalau ini tidak segera dibenahi secara serius oleh pemerintah melalui jalur pendidikan, terutama yang menyangkut masalah kepemimpinan, ke-ormas-an dan jalur politik, maka masa depan kepemimpinan kita bisa sangat memprihatinkan.
Nasionalisme kaum muda telah luntur? Apa penyebabnya?
Ini juga akibat dampak negatif globalisasi yang luar biasa. Mereka memang tampil sebagai generasi slengekan. Kaum muda terlalu banyak guyon, berplesetan, dan berhura-hura saja. Akhirnya hal-hal yang serius sering diabaikan. Kalaupun dibahas ya diplesetkan seperti politik yang kini juga sering diplesetkan.
Karena pengaruh globalisasi yang kuat dan di sisi lain keterpurukan di berbagai bidang menyebabkan generasi muda kita tidak punya kebanggaan sebagai anak Indonesia. Bidang olahraga kita tidak bisa membanggakan diri lagi.
Kita memang sempat bangkit, yaitu saat penyelenggaraan final Piala Asia. Anak-anak muda kita bangkit dengan penuh semangat memberikan dukungan dan perhatian yang begitu hebat walaupun tim nasional hanya menang sekali. Dengan sekali menang saja sepertinya sudah mampu membangkitkan nasionalisme, kecintaan, dan kebanggan terhadap prestasi bangsa.
Dalam soal pemimpin pun, kita juga memiliki problem. Siapa sih pemimpin nasional yang kini bisa kita banggakan? Hampir saja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan hadiah Nobel terkait perdamaian di Aceh, tetapi itu pun pupus juga. Kita mungkin bisa berbangga dengan prestasi anak-anak kita yang tergabung dalam tim olimpiade fisika, juga biologi dan sebagainya. Akan tetapi mereka itu anak-anak hibrida. Yang perlu kita cermati adalah tidak sedikit dari anak-anak hibrida tersebut sudah diijon oleh perguruan tinggi ternama di luar negeri. Bila apresiasi di sana lebih baik, maka akan semakin sedikit dari mereka yang nanti pulang ke Indonesia. Saat ini mereka dapat hadiah yang nilainya tidak seberapa dibandngkan prestasi yang mereka raih. Ini tentu akan sangat bertolak belakang dari mereka yang ikut Indonesian Idol, AFI dan sebagainya. Dalam waktu yang relatif singkat mereka itu bahkan bisa menjadi miliader pada usia muda.
Bagaimana cara membangkitkan mereka? Juga apa tafsir baru untuk nasionalisme sehingga bisa merasuk ke generasi muda saat ini?
Berdasarkan penelitian, anak-anak muda lebih suka menonton televisi yang dipenuhi program tak mendidik. Terlalu banyak menonton televisi menyebabkan kemampuan menulis dan membaca lemah. Mereka menjadi orang yang pasif. Terlalu banyak tayangan yang isinya hanya pacaran anak-anak SMP dan SMA.
Aduh sangat sedih kita ini. Untuk menanggulangi berbagai masalah ini, perlu langkah bersama yang sistemik. Sekolah atau pendidikan bukan segalanya, karena tetap perlu dukungan dari orang tua dan masyarakat dalam pembenahan karakter kaum muda kita.
Cara yang lain adalah dengan memberi mereka pengalaman berharga, seperti pertukaran pemuda dengan negara lain, teruma negara maju. Saya yakin ini akan menumbuhkan nasionalisme. Saya beberapa waktu lalu ke Selandia Baru. Generasi muda Selandia Baru adalah orang keturunan Maori atau Fiji yang tetap mampu berbahasa asli mereka, mampu berbahasa Inggris sebagai bahasa negara, lalu mereka mengambil major bahasa Jepang dan siap mengikuti pertukaran pemuda ke negara mana pun juga.
Berinteraksi secara global perlu untuk menunjukkan jati diri. Saya sekarang sedih karena tidak bisa menyanyikan lagu Jawa. Hanya sedikit yang saya hafal. Padahal pada saat pertukaran pelajar atau pemuda, kita diharapkan mampu menghadirkannya. Mereka tidak mengharapkan kita menyanyikan lagu-lagu dunia, tapi mereka ingin dengar lagu kita, lagu daerah kita, juga pakaian khas kita. Saya justru bangga dan sering pakai batik akibat saya sering bergaul dengan pemuda-pemuda dari banyak negara. Untuk hal seperti ini kita perlu mencontoh Jepang. Mereka maju sedemikian rupa tanpa meninggalkan warisan sejarah dan budaya.
Bagaimana permasalahan yang menimpa generasi muda Islam Indonesia? Juga bagaimana solusinya?
Kita banyak mengalami ketertinggalan, misalnya dalam bidang keilmuan. Sebagian besar mereka yang berprestasi di tingkat internasional adalah anak-anak nonmuslim. Memang ada kecenderungan radikalisme dan eksklusivisme meningkat. Banyak yang lahir kembali sebagai pemuda muslim tapi menunjukkan sifat radikal yang bahkan justru tertarik terorisme.
Masalah pengangguran dan kemiskinan juga menimpa generasi muda muslim. Dan ini juga ikut menyuburkan bibit-bibit radikalisme. Ada pula persoalan kriminalitas dan narkoba. Menghadapi masalah yang seperti ini, maka pola pendidikan dan pembinaan generasi muda muslim tidak cukup dengan memperbanyak ceramah. (Hartono Harimurti-35)
Minggu, 28 Oktober 2007 BINCANG BINCANG
ABDUL Mu'ti adalah MEd Direktur Eksekutif Centre for Dialogue and Cooperation among Civillisations (CDCC), Jakarta.Tak banyak ''anak muda'' apalagi yang merintis karier di daerah memiliki peran menonjol di dunia kepemudaan dan pendidikan internasional. Apa pendapat Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2002-2006 ini terhadap keterpurukan pemuda Indonesia? Bagaimana menimbulkan pencerahan di tengah-tengah ketakberdayaan bangsa. Berikut perbincangan dengan Penasihat Bidang Islam dan Kepemudaan The British Council,Inggris 2006-sekarang ini di Jakarta, belum lama ini.
Pada masa pergerakan nasional, anak-anak muda semacam Soekarno atau Hatta mampu memimpin menggerakkan kesadaran dan perlawanan terhadap penjajah. Mengapa sekarang tidak muncul lagi anak-anak muda seperti itu?
Ada beberapa faktor yang harus kita lihat, mengapa peran pemuda pada zaman pergerakan nasional berbeda dari saat ini. Pertama, saat zaman pergerakan kita masih sebagai bangsa terjajah. Struktur pemerintahan Indonesia belum ada. Kondisi saat itu menyebabkan siapa saja bisa tampil dan menjadi pemimpin melalui organisasi masing-masing. Secara sistemik karena tidak ada antrian maka siapa saja bisa tampil.
Kedua, secara psikologis ketika seseorang hidup dalam zaman yang menghadirkan tantangan begitu berat, maka tingkat kematangannya akan bisa lebih cepat terbentuk sehingga para pemimpin kita saat itu bisa tampil pada usia muda. Belum lagi, juga disertai dengan begitu banyak hasrat dan semangat yang membara untuk merdeka.
Berbeda dari sekarang, situasi yang terjadi telah membuat kaum muda harus antre dari orang tua yang ingin mempertahankan posisi dan kemapanan. Belum lagi kini banyak anak muda yang menjadi generasi anak mama.
Kemakmuran ekonomi kadang membuat orang menjadi manja. Ketersediaan bermacam-macam fasilitas oleh keluarga juga sering membuat seseorang jadi enggan menghadapi tantangan. Mereka merasa kondisi seperti ini sudah enak dan berusaha mempertahankan. Itu saja. Jadi mereka tak punya tantangan untuk lebih mandiri dan berkarya. Padahal mereka sebenarnya punya kesempatan.
Sebenarnya apa saja titik lemah generasi muda kita saat ini? Mengapa banyak yang apatis terhadap perbaikan nasib masyarakat dan bangsa?
Banyak sikap generasi muda kita yang saya prihatinkan. Mereka tidak peka lagi terhadap aspek sosial masyarakat. Juga terhadap politik. Mereka jadi generasi cuek yang tidak merasa dekat dengan masyarakat. Mengenai mereka yang apatis terhadap politik, ini mungkin karena pertama, mereka menganggap politik sebagai sesuatu yang dianggap kotor.
Selain itu saat ini juga tidak ada figur atau tokoh politik yang bisa menjadi idola, karena penampilan politikus kita juga masih memprihatinkan. Faktor lain adalah pendidikan. Saat ini pendidikan politik juga tidak mereka dapatkan di sekolah. Mereka hanya mendapat pelajaran tentang kewarganegaraan yang lebih bersifat teoritis, karena memang sekolah harus steril dari politik.
Yang juga sangat memprihatinkan, generasi muda kita lemah dalam bidang kewiraswastaan. Mereka memang ingin bekerja, namun hanya sebagai pekerja, bukan orang yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Ini masalah yang sangat serius karena jumlah wiraswasta kita kan masih di bawah 1%. Padahal jika kita ingin menjadi bangsa yang secara ekonomi lebih cepat kemajuannya, maka jumlah wiraswasta sekurang-kurangnya 2% dari jumlah penduduk. Untuk menjadi wiraswasta yang tangguh seorang harus memulai sejak muda.
Memang kita sudah memiliki lembaga-lembaga seperti HIPMI dan sebagainya, namun ia belum efektif untuk mendorong kelahiran wiraswasta-wiraswasta muda yang benar-benar ingin memacu kreativitas dan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja.
Nah, jumlah kaum muda kita memang mayoritas, tetapi secara kualitas sangat jauh dari negara-negara maju. Kalau ini tidak segera dibenahi secara serius oleh pemerintah melalui jalur pendidikan, terutama yang menyangkut masalah kepemimpinan, ke-ormas-an dan jalur politik, maka masa depan kepemimpinan kita bisa sangat memprihatinkan.
Nasionalisme kaum muda telah luntur? Apa penyebabnya?
Ini juga akibat dampak negatif globalisasi yang luar biasa. Mereka memang tampil sebagai generasi slengekan. Kaum muda terlalu banyak guyon, berplesetan, dan berhura-hura saja. Akhirnya hal-hal yang serius sering diabaikan. Kalaupun dibahas ya diplesetkan seperti politik yang kini juga sering diplesetkan.
Karena pengaruh globalisasi yang kuat dan di sisi lain keterpurukan di berbagai bidang menyebabkan generasi muda kita tidak punya kebanggaan sebagai anak Indonesia. Bidang olahraga kita tidak bisa membanggakan diri lagi.
Kita memang sempat bangkit, yaitu saat penyelenggaraan final Piala Asia. Anak-anak muda kita bangkit dengan penuh semangat memberikan dukungan dan perhatian yang begitu hebat walaupun tim nasional hanya menang sekali. Dengan sekali menang saja sepertinya sudah mampu membangkitkan nasionalisme, kecintaan, dan kebanggan terhadap prestasi bangsa.
Dalam soal pemimpin pun, kita juga memiliki problem. Siapa sih pemimpin nasional yang kini bisa kita banggakan? Hampir saja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan hadiah Nobel terkait perdamaian di Aceh, tetapi itu pun pupus juga. Kita mungkin bisa berbangga dengan prestasi anak-anak kita yang tergabung dalam tim olimpiade fisika, juga biologi dan sebagainya. Akan tetapi mereka itu anak-anak hibrida. Yang perlu kita cermati adalah tidak sedikit dari anak-anak hibrida tersebut sudah diijon oleh perguruan tinggi ternama di luar negeri. Bila apresiasi di sana lebih baik, maka akan semakin sedikit dari mereka yang nanti pulang ke Indonesia. Saat ini mereka dapat hadiah yang nilainya tidak seberapa dibandngkan prestasi yang mereka raih. Ini tentu akan sangat bertolak belakang dari mereka yang ikut Indonesian Idol, AFI dan sebagainya. Dalam waktu yang relatif singkat mereka itu bahkan bisa menjadi miliader pada usia muda.
Bagaimana cara membangkitkan mereka? Juga apa tafsir baru untuk nasionalisme sehingga bisa merasuk ke generasi muda saat ini?
Berdasarkan penelitian, anak-anak muda lebih suka menonton televisi yang dipenuhi program tak mendidik. Terlalu banyak menonton televisi menyebabkan kemampuan menulis dan membaca lemah. Mereka menjadi orang yang pasif. Terlalu banyak tayangan yang isinya hanya pacaran anak-anak SMP dan SMA.
Aduh sangat sedih kita ini. Untuk menanggulangi berbagai masalah ini, perlu langkah bersama yang sistemik. Sekolah atau pendidikan bukan segalanya, karena tetap perlu dukungan dari orang tua dan masyarakat dalam pembenahan karakter kaum muda kita.
Cara yang lain adalah dengan memberi mereka pengalaman berharga, seperti pertukaran pemuda dengan negara lain, teruma negara maju. Saya yakin ini akan menumbuhkan nasionalisme. Saya beberapa waktu lalu ke Selandia Baru. Generasi muda Selandia Baru adalah orang keturunan Maori atau Fiji yang tetap mampu berbahasa asli mereka, mampu berbahasa Inggris sebagai bahasa negara, lalu mereka mengambil major bahasa Jepang dan siap mengikuti pertukaran pemuda ke negara mana pun juga.
Berinteraksi secara global perlu untuk menunjukkan jati diri. Saya sekarang sedih karena tidak bisa menyanyikan lagu Jawa. Hanya sedikit yang saya hafal. Padahal pada saat pertukaran pelajar atau pemuda, kita diharapkan mampu menghadirkannya. Mereka tidak mengharapkan kita menyanyikan lagu-lagu dunia, tapi mereka ingin dengar lagu kita, lagu daerah kita, juga pakaian khas kita. Saya justru bangga dan sering pakai batik akibat saya sering bergaul dengan pemuda-pemuda dari banyak negara. Untuk hal seperti ini kita perlu mencontoh Jepang. Mereka maju sedemikian rupa tanpa meninggalkan warisan sejarah dan budaya.
Bagaimana permasalahan yang menimpa generasi muda Islam Indonesia? Juga bagaimana solusinya?
Kita banyak mengalami ketertinggalan, misalnya dalam bidang keilmuan. Sebagian besar mereka yang berprestasi di tingkat internasional adalah anak-anak nonmuslim. Memang ada kecenderungan radikalisme dan eksklusivisme meningkat. Banyak yang lahir kembali sebagai pemuda muslim tapi menunjukkan sifat radikal yang bahkan justru tertarik terorisme.
Masalah pengangguran dan kemiskinan juga menimpa generasi muda muslim. Dan ini juga ikut menyuburkan bibit-bibit radikalisme. Ada pula persoalan kriminalitas dan narkoba. Menghadapi masalah yang seperti ini, maka pola pendidikan dan pembinaan generasi muda muslim tidak cukup dengan memperbanyak ceramah. (Hartono Harimurti-35)
Politisi Tua Dinilai Tidak Legawa
SUARA MERDEKA
Minggu, 28 Oktober 2007
* Dominasi Capres Pemilu 2009
JAKARTA- Kaum muda sudah saatnya mempersiapkan diri meraih kursi kepemimpinan bangsa. Sebab, mustahil jika harus menunggu kaum tua lengser, karena mereka tidak akan legawa. Untuk itu, momentum peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2007, dijadikan tonggak bagi kaum muda.
Demikian rangkuman pendapat Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI Prof Susanto Zuhdi, Sejarawan Anhar Gonggong, Sekjen DPP PKB Yenny Wahid, Ketua Umum PP GP Ansor Saifullah Yusuf, pakar Politik Universitas Paramadina Bima Arya secara terpisah di Jakarta, Sabtu (27/10).
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor Saifullah Yusuf, munculnya capres pada Pemilu 2009 yang didominasi oleh kalangan tua seperti Megawati Soekarnoputri, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sutiyoso, membuktikan kaum tua belum legawa. ''Mereka mesti rela dan legawa menyerahkan pada kalangan muda,'' ujarnya.
Saifullah Yusuf menyatakan momentum peringatan hari Sumpah Pemuda hendaknya digunakan untuk konsolidasi kalangan muda guna menghadapi pemilihan umum 2009. Dia berharap kalangan politisi tua legawa menyerahkan kepada generai penerus. Kalangan politisi tua atau sepuh harus legawa. ''Jangan terus maju menjadi pemimpin bangsa, namun harus menyerahkan pada kalangan muda yang menjadi penerusnya,'' ujar mantan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) itu.
Mantan Sekjen DPP PKB itu akan menggunakan momentum peringatan Sumpah Pemuda dengan mengumpulkan kekuatan kaum muda yang tersebar di mana-mana untuk memimpin bangsa ini. ''Kita akan coba mengumpulkan kaum muda dari berbagai profesi. Sudah saatnya kaum muda memimpin.''
Menurut Saiful, kalangan muda perlu melakukan konsolidasi sekaligus menyusun langkah yang terukur jika ingin melakukan perubahan. Selama ini, diakui ada wacana untuk menaikkan kalangan muda pada kepemimpinan nasional dan desakan agar kalangan politisi tua mundur.
Namun, kata dia, wacana hanya akan tinggal wacana jika tidak ada aksi nyata yang dilakukan. ''Kalangan tua tidak akan begitu saja menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada kalangan muda. Itu mustahil.'' Sebaiknya, lanjutnya, tokoh tua memang harus lengser. ''Tapi, kita tidak bisa hanya berharap pemberian. Kita, kalangan muda, harus bersatu, bekerja keras meraihnya,'' tandasnya.
Bukan Meminta
''Sejarah membuktikan, kepemimpinan kaum muda sangat berperan mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. Tapi, mereka merebut peluang untuk menjadi pemimpin dan bukan meminta-minta menjadi pemimpin,'' ujar Susanto Zuhdi.
Mantan Direktur Sejarah pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata itu mengatakan, partai dan institusi pendidikan seperti kampus dan sekolah harus menjadi tempat bagi penggodokan calon pemimpin. Mereka harus melahirkan pemimpin muda berkualitas. Oleh karena itu, menurut Zuhdi, dalam partai dan kampus harus ada proses regenerasi dan demokrasi sehingga muncul tokoh muda yang andal.
Selain menyarankan agar kaum muda merebut peluang untuk menjadi pemimpin, Zuhdi juga mengingatkan berbagai kalangan, agar memberi kesempatan bagi kaum muda untuk berkiprah dan memimpin. ''Sebaik apa pun kaum muda, kalu kesempatan ditutup rapat, mereka tak akan muncul,'' ucapnya.
Sejarawan Anhar Gonggong, mengatakan, apa yang dilakukan kaum muda pada tahun 1928, memperlihatkan, kaum muda telah menciptakan sebuah rumusan peneguhan diri sebagai bangsa baru.
''Pertanyaan kita, apakah rumusan peneguhan diri sebagai bangsa baru itu kini masih mampu kita pertahankan di tengah tantangan realitas lingkungan mondial yang bersifat multidimensi?''
Anhar mengingatkan, para pemuda yang berperan pada 1928 itu merupakan wakil-wakil dari ratusan etnik bangsa dan ini merupakan simbolis dalam proses pembentukan diri sebagai bangsa baru yang kemudian terwujud.
Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Yenny Wahid, menegaskan, tidak perlu ada dikotomi antara kaum muda dan kaum tua. Pernyataan ini mengomentari maraknya desakan kehadiran kaum muda sebagai calon alternatif pemimpin.
''Saya pesimistis kalau anak muda berkuasa kemudian sistem akan berubah. Buat saya yang paling penting bukan muda atau tuanya. Tapi, orang itu punya integritas, moral, etika politik, dan punya kesungguhan utuk mencapai sesuatu dalam bangsa ini,'' tuturnya. (di-48)
Minggu, 28 Oktober 2007
* Dominasi Capres Pemilu 2009
JAKARTA- Kaum muda sudah saatnya mempersiapkan diri meraih kursi kepemimpinan bangsa. Sebab, mustahil jika harus menunggu kaum tua lengser, karena mereka tidak akan legawa. Untuk itu, momentum peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2007, dijadikan tonggak bagi kaum muda.
Demikian rangkuman pendapat Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI Prof Susanto Zuhdi, Sejarawan Anhar Gonggong, Sekjen DPP PKB Yenny Wahid, Ketua Umum PP GP Ansor Saifullah Yusuf, pakar Politik Universitas Paramadina Bima Arya secara terpisah di Jakarta, Sabtu (27/10).
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor Saifullah Yusuf, munculnya capres pada Pemilu 2009 yang didominasi oleh kalangan tua seperti Megawati Soekarnoputri, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sutiyoso, membuktikan kaum tua belum legawa. ''Mereka mesti rela dan legawa menyerahkan pada kalangan muda,'' ujarnya.
Saifullah Yusuf menyatakan momentum peringatan hari Sumpah Pemuda hendaknya digunakan untuk konsolidasi kalangan muda guna menghadapi pemilihan umum 2009. Dia berharap kalangan politisi tua legawa menyerahkan kepada generai penerus. Kalangan politisi tua atau sepuh harus legawa. ''Jangan terus maju menjadi pemimpin bangsa, namun harus menyerahkan pada kalangan muda yang menjadi penerusnya,'' ujar mantan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) itu.
Mantan Sekjen DPP PKB itu akan menggunakan momentum peringatan Sumpah Pemuda dengan mengumpulkan kekuatan kaum muda yang tersebar di mana-mana untuk memimpin bangsa ini. ''Kita akan coba mengumpulkan kaum muda dari berbagai profesi. Sudah saatnya kaum muda memimpin.''
Menurut Saiful, kalangan muda perlu melakukan konsolidasi sekaligus menyusun langkah yang terukur jika ingin melakukan perubahan. Selama ini, diakui ada wacana untuk menaikkan kalangan muda pada kepemimpinan nasional dan desakan agar kalangan politisi tua mundur.
Namun, kata dia, wacana hanya akan tinggal wacana jika tidak ada aksi nyata yang dilakukan. ''Kalangan tua tidak akan begitu saja menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada kalangan muda. Itu mustahil.'' Sebaiknya, lanjutnya, tokoh tua memang harus lengser. ''Tapi, kita tidak bisa hanya berharap pemberian. Kita, kalangan muda, harus bersatu, bekerja keras meraihnya,'' tandasnya.
Bukan Meminta
''Sejarah membuktikan, kepemimpinan kaum muda sangat berperan mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. Tapi, mereka merebut peluang untuk menjadi pemimpin dan bukan meminta-minta menjadi pemimpin,'' ujar Susanto Zuhdi.
Mantan Direktur Sejarah pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata itu mengatakan, partai dan institusi pendidikan seperti kampus dan sekolah harus menjadi tempat bagi penggodokan calon pemimpin. Mereka harus melahirkan pemimpin muda berkualitas. Oleh karena itu, menurut Zuhdi, dalam partai dan kampus harus ada proses regenerasi dan demokrasi sehingga muncul tokoh muda yang andal.
Selain menyarankan agar kaum muda merebut peluang untuk menjadi pemimpin, Zuhdi juga mengingatkan berbagai kalangan, agar memberi kesempatan bagi kaum muda untuk berkiprah dan memimpin. ''Sebaik apa pun kaum muda, kalu kesempatan ditutup rapat, mereka tak akan muncul,'' ucapnya.
Sejarawan Anhar Gonggong, mengatakan, apa yang dilakukan kaum muda pada tahun 1928, memperlihatkan, kaum muda telah menciptakan sebuah rumusan peneguhan diri sebagai bangsa baru.
''Pertanyaan kita, apakah rumusan peneguhan diri sebagai bangsa baru itu kini masih mampu kita pertahankan di tengah tantangan realitas lingkungan mondial yang bersifat multidimensi?''
Anhar mengingatkan, para pemuda yang berperan pada 1928 itu merupakan wakil-wakil dari ratusan etnik bangsa dan ini merupakan simbolis dalam proses pembentukan diri sebagai bangsa baru yang kemudian terwujud.
Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Yenny Wahid, menegaskan, tidak perlu ada dikotomi antara kaum muda dan kaum tua. Pernyataan ini mengomentari maraknya desakan kehadiran kaum muda sebagai calon alternatif pemimpin.
''Saya pesimistis kalau anak muda berkuasa kemudian sistem akan berubah. Buat saya yang paling penting bukan muda atau tuanya. Tapi, orang itu punya integritas, moral, etika politik, dan punya kesungguhan utuk mencapai sesuatu dalam bangsa ini,'' tuturnya. (di-48)
Friday, October 26, 2007
Suci Sejak Lahir, Penganut Alquran Suci Tak Perlu Wudhu
Erna Mardiana - detikcom
Bandung, Wudhu alias mensucikan diri bagi umat Islam wajib hukumnya, terutama saat akan salat. Tapi tidak untuk ajaran Alquran Suci. Dianggap suci sejak lahir, penganut ajaran itu tidak perlu berwudhu.
"Kita boleh salat tanpa wudhu. Karena kita seorang muslim sejak lahir sudah suci, jadi tidak perlu lagi bersuci," ujar AM, salah seorang anggota tim TIAS FUUI yang sempat bertemu dengan salah seorang murobi --setingkat-- ustadz kelompok Alquran Suci, kepada wartawan di Bandung, Jumat (26/10/2007).
Nah, jika umat Islam pada umumnya meyakini Muhammad sebagai rasul, penganut aliran Alquran Suci malah menganggap imam tertinggi dalam kelompok tersebut sebagai rasul.
"Kita kan diperintahkan harus taat kepada Allah dan rasul. Menurut mereka, rasul di sini bukan Muhammad, karena dia sudah meninggal. Jadi rasulnya adalah imam mereka. Sunnah Muhammad sudah tidak berlaku. Tapi mereka menolak dikatakan ingkar sunah," jelas AM.
Untuk menjadi anggota, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, mereka harus dibaiat dam cuci otak. Bukan cuma itu, jamaah harus bersedia berkorban jiwa dan harta.
"Harta yang dimaksud adalah mereka harus membayar sejumlah uang untuk masuk kelompok itu. Katanya, selain untuk imam mereka juga untuk dana perjuangan," jelas AM.
Sementara itu Ketua TIAS FUUI Hedi Muhammad mengatakan proses penyelidikan kelompok Alquran Suci sudah mencapai 72 persen.
"Kesimpulan kami sementara, kelompok ini adalah gerakan liberasi Islam. Tapi menggunakan wajah klasik baiat, sistem doktrin, jamaah, dan memaksakan dalil," ujar Hedi. Tujuannya, kata dia, untuk memecah belah umat Islam.
Bandung, Wudhu alias mensucikan diri bagi umat Islam wajib hukumnya, terutama saat akan salat. Tapi tidak untuk ajaran Alquran Suci. Dianggap suci sejak lahir, penganut ajaran itu tidak perlu berwudhu.
"Kita boleh salat tanpa wudhu. Karena kita seorang muslim sejak lahir sudah suci, jadi tidak perlu lagi bersuci," ujar AM, salah seorang anggota tim TIAS FUUI yang sempat bertemu dengan salah seorang murobi --setingkat-- ustadz kelompok Alquran Suci, kepada wartawan di Bandung, Jumat (26/10/2007).
Nah, jika umat Islam pada umumnya meyakini Muhammad sebagai rasul, penganut aliran Alquran Suci malah menganggap imam tertinggi dalam kelompok tersebut sebagai rasul.
"Kita kan diperintahkan harus taat kepada Allah dan rasul. Menurut mereka, rasul di sini bukan Muhammad, karena dia sudah meninggal. Jadi rasulnya adalah imam mereka. Sunnah Muhammad sudah tidak berlaku. Tapi mereka menolak dikatakan ingkar sunah," jelas AM.
Untuk menjadi anggota, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, mereka harus dibaiat dam cuci otak. Bukan cuma itu, jamaah harus bersedia berkorban jiwa dan harta.
"Harta yang dimaksud adalah mereka harus membayar sejumlah uang untuk masuk kelompok itu. Katanya, selain untuk imam mereka juga untuk dana perjuangan," jelas AM.
Sementara itu Ketua TIAS FUUI Hedi Muhammad mengatakan proses penyelidikan kelompok Alquran Suci sudah mencapai 72 persen.
"Kesimpulan kami sementara, kelompok ini adalah gerakan liberasi Islam. Tapi menggunakan wajah klasik baiat, sistem doktrin, jamaah, dan memaksakan dalil," ujar Hedi. Tujuannya, kata dia, untuk memecah belah umat Islam.
Halal Berzinah dengan Ipar untuk Penganut Alquran Suci
Erna Mardiana - detikcom
Bandung, Ajaran aliran Alquran Suci sedikit demi sedikit mulai terkuak. Tim Investigasi Aliran Sesat (TIAS) FUUI menemukan jika ajaran ini menghalalkan bersetubuh dengan keluarga dekat meski tanpa ikatan pernikahan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua TIAS FUUI Hedi Muhammad kepada wartawan di kediamannya, di Bandung, Jumat (26/10/2007).
"Ini adalah hasil temuan tim kami sebelum mencuatnya kasus Yulvie. Dulu kami belum yakin. Tapi setelah ada kasus Yulvie, ternyata ada benang merah antara temuan kami dan kelompok aliran Alquran Suci," ujar Hedi.
Menurut Hedi, temuan tersebut diperoleh oleh salah satu anggota tim TIAS yang bertemu langsung dengan murobi atau ustad kelompok Alquran Suci. Dengan alasan keamanan, Hedi meminta nama anggota timnya itu disembunyikan.
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir anggota tim yang dimaksud Hedi, yaitu AM (35). Menurut AM pertemuan dengan salah seorang murobi Alquran Suci terjadi dua bulan lalu atau satu bulan sebelum kasus Yulvie mencuat.
"Kami bertemu di salah satu masjid di wilayah Bandung Timur. Kebetulan kami satu almamater saat kuliah. Namun dia satu tahun di atas saya," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, lanjutnya, orang yang disebut murobi itu menuturkan, beberapa ajaran kelompoknya memperbolehkannya bersetubuh dengan keluarga dekat seperti adik ipar atau kakak ipar. Alasannya, adik ipar atau kakak ipar tersebut telah menikah dengan salah satu anggota keluarga, sehingga halal bagi kita.
"Dia mengungkapkan hadis. Tapi saya lupa kalimat hadis itu," katanya. Ketika ditanya apakah halalnya bersetubuh tanpa ikatan perkawinan tersebut berlaku juga untuk kakak atau adik kandung, AM mengaku tidak tahu.
"Saat itu baru sampai ke halalnya berzinah dengan kakak ipar atau adik ipar kita," ujarnya.
AM menambahkan saat itu si murobi tidak menyebutkan nama Alquran Suci, namun hanya mengatakan kelompoknya dengan nama Qurani.
"Biasanya orang yang tergabung dalam kelompok tersebut tidak pernah menyebutkan nama kelompoknya. Nama kelompok biasanya dari pihak luar," ujar Hedi.
Bandung, Ajaran aliran Alquran Suci sedikit demi sedikit mulai terkuak. Tim Investigasi Aliran Sesat (TIAS) FUUI menemukan jika ajaran ini menghalalkan bersetubuh dengan keluarga dekat meski tanpa ikatan pernikahan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua TIAS FUUI Hedi Muhammad kepada wartawan di kediamannya, di Bandung, Jumat (26/10/2007).
"Ini adalah hasil temuan tim kami sebelum mencuatnya kasus Yulvie. Dulu kami belum yakin. Tapi setelah ada kasus Yulvie, ternyata ada benang merah antara temuan kami dan kelompok aliran Alquran Suci," ujar Hedi.
Menurut Hedi, temuan tersebut diperoleh oleh salah satu anggota tim TIAS yang bertemu langsung dengan murobi atau ustad kelompok Alquran Suci. Dengan alasan keamanan, Hedi meminta nama anggota timnya itu disembunyikan.
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir anggota tim yang dimaksud Hedi, yaitu AM (35). Menurut AM pertemuan dengan salah seorang murobi Alquran Suci terjadi dua bulan lalu atau satu bulan sebelum kasus Yulvie mencuat.
"Kami bertemu di salah satu masjid di wilayah Bandung Timur. Kebetulan kami satu almamater saat kuliah. Namun dia satu tahun di atas saya," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, lanjutnya, orang yang disebut murobi itu menuturkan, beberapa ajaran kelompoknya memperbolehkannya bersetubuh dengan keluarga dekat seperti adik ipar atau kakak ipar. Alasannya, adik ipar atau kakak ipar tersebut telah menikah dengan salah satu anggota keluarga, sehingga halal bagi kita.
"Dia mengungkapkan hadis. Tapi saya lupa kalimat hadis itu," katanya. Ketika ditanya apakah halalnya bersetubuh tanpa ikatan perkawinan tersebut berlaku juga untuk kakak atau adik kandung, AM mengaku tidak tahu.
"Saat itu baru sampai ke halalnya berzinah dengan kakak ipar atau adik ipar kita," ujarnya.
AM menambahkan saat itu si murobi tidak menyebutkan nama Alquran Suci, namun hanya mengatakan kelompoknya dengan nama Qurani.
"Biasanya orang yang tergabung dalam kelompok tersebut tidak pernah menyebutkan nama kelompoknya. Nama kelompok biasanya dari pihak luar," ujar Hedi.
Semua Cabup PDI-P Ikut Rakercabsus
SUARA MERDEKA
Sabtu, 27 Oktober 2007 BANYUMAS
PURWOKERTO-DPC PDI-P Banyumas kemarin mengeluarkan pernyataan semua calon bupati dan calon wakil bupati yang mendaftar ke tim seleksi akan diikutkan dalam Rakercabsus yang dijadwalkan antara tanggal 31 Oktober- 1 November.
"Jadi tidak ada istilah dicoret. Semua akan diikutkan. Yang berhak mencoret adalah DPP, bukan dari DPC maupun tim verifikasi," kata Sekretaris DPC, Juli Krisdiyanto, dalam keterangan persnya kemarin.
Keterangan pers tersebut sekaligus meluruskan polemik dan perbedaan sikap yang muncul di kalangan PAN maupun antarpengurus DPC.
"Hasil konsultasi kami dengan DPP, semua calon yang mendaftar diikutkan. Termasuk Caroko Wibowo. Namun berkas pendaftarannya baru disusulkan Kamis malam kemarin," lanjut Juli.
Calon bupati yang ikut mendaftar adalah Bambang Priyono (BP), John Prayitno, Aris Wahyudi, Warman Suharno, Sudjatmo dan Caroko Wibowo.
Toto Dirgantoro mengundurkan diri. Sedangkan Supriyadi mengambil formulir namun tidak mengembalikan. Untuk calon wakil bupati Ahmad Edy Susanto, Tossy Ariyanto, Agus Fathuddin Yusuf, Asruru Maula, Paulus Gunadi, Prasetyo dan Sinta Laila.
Seperti diberitakan, nama Caroko Wibowo awalnya tak ikut diteruskan karena pendaftarannya dinilai melecehkan partai dan institusi jabatan bupati dengan mendaftar memakai seragam ala pakaian SD.
Sinta namanya juga sempat dicoret dengan alasan demi kepentingan partai dan dirinya masih dibutuhkan di jajaran kepengurus DPC. Namun pencoretan awal itu kemudian mengundang sejumlah protes dari pendukung kedua calon itu.
"Karena keputusan coret mencoret ada di DPP, sekarang yang penting semua calon harus sama-sama menyukseskan jalannya Rakercabsus yang akan dipimpin oleh utusan DPP. Sebab yang berhak memberikan rekomendasi juga DPP, DPC hanya menfasilitasi saja," tambah Ketua DPC Suherman.
Sementara itu, kemarin para calon bupati juga diundang oleh DPC. Mereka yang datang secara hampir bersamaan adalah BP, John Prayitno dan Warman. Sedangkan Aris Wahyudi, sore harinya. Sedangkan calon wakil bupati pertemuannya malam harinya.
"Itu tujuannya untuk mengingatkan kembali komitmen mereka ke partai. Semua sepakat siapa pun yang akhirnya mendapat rekomendasi dari DPP harus didukung. Yang kalah juga harus ikut memenangkan," tambah Wakil Ketua DPC Bidang Politik dan Pemenang Pemilu, Subagio SPd. (G22-55)
Sabtu, 27 Oktober 2007 BANYUMAS
PURWOKERTO-DPC PDI-P Banyumas kemarin mengeluarkan pernyataan semua calon bupati dan calon wakil bupati yang mendaftar ke tim seleksi akan diikutkan dalam Rakercabsus yang dijadwalkan antara tanggal 31 Oktober- 1 November.
"Jadi tidak ada istilah dicoret. Semua akan diikutkan. Yang berhak mencoret adalah DPP, bukan dari DPC maupun tim verifikasi," kata Sekretaris DPC, Juli Krisdiyanto, dalam keterangan persnya kemarin.
Keterangan pers tersebut sekaligus meluruskan polemik dan perbedaan sikap yang muncul di kalangan PAN maupun antarpengurus DPC.
"Hasil konsultasi kami dengan DPP, semua calon yang mendaftar diikutkan. Termasuk Caroko Wibowo. Namun berkas pendaftarannya baru disusulkan Kamis malam kemarin," lanjut Juli.
Calon bupati yang ikut mendaftar adalah Bambang Priyono (BP), John Prayitno, Aris Wahyudi, Warman Suharno, Sudjatmo dan Caroko Wibowo.
Toto Dirgantoro mengundurkan diri. Sedangkan Supriyadi mengambil formulir namun tidak mengembalikan. Untuk calon wakil bupati Ahmad Edy Susanto, Tossy Ariyanto, Agus Fathuddin Yusuf, Asruru Maula, Paulus Gunadi, Prasetyo dan Sinta Laila.
Seperti diberitakan, nama Caroko Wibowo awalnya tak ikut diteruskan karena pendaftarannya dinilai melecehkan partai dan institusi jabatan bupati dengan mendaftar memakai seragam ala pakaian SD.
Sinta namanya juga sempat dicoret dengan alasan demi kepentingan partai dan dirinya masih dibutuhkan di jajaran kepengurus DPC. Namun pencoretan awal itu kemudian mengundang sejumlah protes dari pendukung kedua calon itu.
"Karena keputusan coret mencoret ada di DPP, sekarang yang penting semua calon harus sama-sama menyukseskan jalannya Rakercabsus yang akan dipimpin oleh utusan DPP. Sebab yang berhak memberikan rekomendasi juga DPP, DPC hanya menfasilitasi saja," tambah Ketua DPC Suherman.
Sementara itu, kemarin para calon bupati juga diundang oleh DPC. Mereka yang datang secara hampir bersamaan adalah BP, John Prayitno dan Warman. Sedangkan Aris Wahyudi, sore harinya. Sedangkan calon wakil bupati pertemuannya malam harinya.
"Itu tujuannya untuk mengingatkan kembali komitmen mereka ke partai. Semua sepakat siapa pun yang akhirnya mendapat rekomendasi dari DPP harus didukung. Yang kalah juga harus ikut memenangkan," tambah Wakil Ketua DPC Bidang Politik dan Pemenang Pemilu, Subagio SPd. (G22-55)
Thursday, October 25, 2007
Tokoh Lama Maju, Sumbat Regenerasi
Jumat, 26 Oktober 2007 NASIONAL
JAKARTA- Pemilu 2009 merupakan momentum yang sangat menentukan perjalanan bangsa Indonesia ke depan. Jika pemilihan presiden (Pilpres) 2009 masih didominasi oleh muka-muka lama yang pernah bersaing pada Pilpres 2004, dikhawatirkan akan menyumbat proses regenerasi kepemimpinan nasional.
''Kami tidak akan mendapatkan perubahan jika yang tampil dan terpilih masih tokoh-tokoh lama itu. Sebab masyarakat sudah mengetahui reputasi dan kapasitas mereka selama beberapa tahun ini,'' kata Direktur Eksekutif Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) Abdul Mu'ti menjawab Suara Merdeka di Jakarta kemarin.
Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu mengatakan, bangsa ini tidak akan banyak berubah jika capres yang maju pada pilpres dua tahun mendatang masih diisi muka-muka lama yang pernah meramaikan bursa Pilpres 2004.
Karena itu jika bangsa ini menghendaki perubahan, menurut Mu'ti, masyarakat terutama parpol harus berani menampilkan calon-calon pemimpin nasional dari generasi muda. ''Kalau tidak memanfaatkan Pemilu 2009 untuk menampilkan tokoh-tokoh muda, maka akan menutup peluang tumbuhnya calon-calon pemimpin yang tangguh untuk memimpin bangsa ini ke depan,'' tambahnya.
Menyinggung rencana sejumlah parpol besar membentuk Liga Nasional, ia menyayangkan karena hanya dijadikan sebagai alat politik untuk berebut dan berbagi kekuasaan. Apalagi jika sampai ada menteri yang bersikap mendua, di satu sisi ingin tetap mempertahankan jabatannya di pemerintah, di sisi lain bergabung dengan kelompok oposisi. (A20-49)
--------------------------------------------------------------------------------
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
JAKARTA- Pemilu 2009 merupakan momentum yang sangat menentukan perjalanan bangsa Indonesia ke depan. Jika pemilihan presiden (Pilpres) 2009 masih didominasi oleh muka-muka lama yang pernah bersaing pada Pilpres 2004, dikhawatirkan akan menyumbat proses regenerasi kepemimpinan nasional.
''Kami tidak akan mendapatkan perubahan jika yang tampil dan terpilih masih tokoh-tokoh lama itu. Sebab masyarakat sudah mengetahui reputasi dan kapasitas mereka selama beberapa tahun ini,'' kata Direktur Eksekutif Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) Abdul Mu'ti menjawab Suara Merdeka di Jakarta kemarin.
Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu mengatakan, bangsa ini tidak akan banyak berubah jika capres yang maju pada pilpres dua tahun mendatang masih diisi muka-muka lama yang pernah meramaikan bursa Pilpres 2004.
Karena itu jika bangsa ini menghendaki perubahan, menurut Mu'ti, masyarakat terutama parpol harus berani menampilkan calon-calon pemimpin nasional dari generasi muda. ''Kalau tidak memanfaatkan Pemilu 2009 untuk menampilkan tokoh-tokoh muda, maka akan menutup peluang tumbuhnya calon-calon pemimpin yang tangguh untuk memimpin bangsa ini ke depan,'' tambahnya.
Menyinggung rencana sejumlah parpol besar membentuk Liga Nasional, ia menyayangkan karena hanya dijadikan sebagai alat politik untuk berebut dan berbagi kekuasaan. Apalagi jika sampai ada menteri yang bersikap mendua, di satu sisi ingin tetap mempertahankan jabatannya di pemerintah, di sisi lain bergabung dengan kelompok oposisi. (A20-49)
--------------------------------------------------------------------------------
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
Wednesday, October 24, 2007
SUARA MERDEKA
Kamis, 25 Oktober 2007 NASIONAL
CATATAN KUNJUNCGAN ABBAS(2-Habis)
Israel Selalu Buyarkan Usaha Penyelesaian Konflik
SELAMA ini Israel selalu berusaha membuyarkan usaha-usaha penyelesaian konflik. Karena itu, mengherankan kalau perlawanan rakyat Palestina makin meningkat, disebabkan oleh sikap Palestina yang membuat penyele-saian masalah Palestina tidak jelas. Sikap Israel itu tidak jelas, bisa karena Israel benar-benar ingin merealisasikan cita-citanya untuk membentuk Israel Raya yang wilayahnya mencakup berbagai negara di sekitarnya atau, untuk mempertahankan kondisi perang dengan rakyat Palestina karena ancaman bangsa Arab.
Ada alasan pula bahwa Israel tidak akan menghentikan keadaan perang di Timur Tengah. Israel akan tetap berusaha memelihara ketegangan di kawasan itu. Sebab, kalau situasi di Timur Tengah tenang dan damai, maka Israel tak akan mendapat bantuan lagi yang jumlahnya bermiliar-miliar dolar setiap tahun.
Untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, keduanya perlu belajar dari sejarah. Jika sejarah selalu dijadikan acuan, mungkin konflik Israel-Palestina tidak akan terjadi. Mereka harus sadar bahwa masalah Timur Tengah tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan senjata. Masalah itu hanya bisa diselesaikan oleh kehendak baik dari kedua pihak yang bersengketa dengan para pendukungnya.
Meskipun Peta Jalan Damai sudah ditawarkan, kiranya Israel, tidak makin lunak sikapnya terhadap bangsa Palestina. Hal itu terjadi karena masih ada kendala klasik, yakni belum semua negara Arab mau meninggalkan sikap mau meniadakan Israel, seperti yang dikhawatirkan Israel selama ini.
Karena itu, Amerika Serikat tidak mungkin menarik dukungannya kepada Israel, baik secara material maupun militer apabila belum ada jaminan keamanan bagi Israel.
Damai
Sisi lain, kemerdekaan bangsa Palestina dari penjajahan Israel tak akan pernah terwujud tanpa persatuan internal terlebih dahulu. Diplomasi dalam bentuk apa pun sia-sia selama persatuan bangsa Palestina belum terwujud.
''Saya sampaikan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bahwa semua komponen di Palestina harus bersatu dulu. Setelah bersatu, baru akan ada potensi untuk merdeka. Kalau tidak, diplomasi apa pun tidak akan berhasil''ujar Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace.
Indonesia mempunyai pengalaman karena mengalami kolonialisme lebih lama, lima kali dari Palestina yang hanya 60 tahun. Baru setelah menjelang tahun 1945, ada potensi untuk merdeka karena seluruh agama dan berbagai elemen yang ada di Indonesia bersatu.
Itu yang juga juga diceritakan kepada Presiden Abbas akan pengalaman bangsa Indonesia dijajah selama 350 tahun. Selama itulah, Indonesia tak pernah merdeka karena masih terpecah-belah. Sekarang antara Hamas dan Fatah adalah dua kelompok di Palestina yang selama ini bertikai.
Yang terpenting penyelenggaraan konferensi internasional mengenai masalah Palestina-Israel yang digagas Amerika Serikat pada akhir bulan November atau awal Desember tahun ini konferensi tersebut harus menitikberatkan pada rekonsiliasi internal Palestina. Jika saja Palestina belum mencapai kemerdekaan, tetapi sudah bersatu, maka hal itu sudah cukup terhormat daripada sudah meloncat pada tujuan merdeka tetapi masih berada dalam keadaan tercabik-cabik.
Oelh karena dipertanyakan sikap Presiden Mahmoud Abbas yang lebih terbuka untuk berdialog dengan pihak Israel dibanding dengan kelompok Hamas. Kenapa mereka berunding lebih dulu dengan Israel. Kenapa tidak dengan Hammas padahal Hamas pemenang pemilu Palestina sebanyak 70 persen.
Muncul saran jalan terbaik untuk mendamaikan kedua kelompok yang bertikai di Palestina itu adalah dengan menaati kembali perjanjian Mekkah di mana Presiden Mahmoud melakukan perjanjian dengan Perdana Mentri Ismail Haniyah, karena ini adalah masalah internal Palestina.
Fatah bukanlah musuh Hammas, begitupun sebaliknya. Sehingga pertikaian keduanya harus diakhiri salah satunya dengan membuka pintu dialog. Mereka adalah bersaudara. Haram merampas harta menumpahkan darah dan menghinakan kehormatan saudaranya. Jika tidak diakhir, jalan terjal masih menghadang perdamaian Palestina-Isarel. (A Adib-77)
Kamis, 25 Oktober 2007 NASIONAL
CATATAN KUNJUNCGAN ABBAS(2-Habis)
Israel Selalu Buyarkan Usaha Penyelesaian Konflik
SELAMA ini Israel selalu berusaha membuyarkan usaha-usaha penyelesaian konflik. Karena itu, mengherankan kalau perlawanan rakyat Palestina makin meningkat, disebabkan oleh sikap Palestina yang membuat penyele-saian masalah Palestina tidak jelas. Sikap Israel itu tidak jelas, bisa karena Israel benar-benar ingin merealisasikan cita-citanya untuk membentuk Israel Raya yang wilayahnya mencakup berbagai negara di sekitarnya atau, untuk mempertahankan kondisi perang dengan rakyat Palestina karena ancaman bangsa Arab.
Ada alasan pula bahwa Israel tidak akan menghentikan keadaan perang di Timur Tengah. Israel akan tetap berusaha memelihara ketegangan di kawasan itu. Sebab, kalau situasi di Timur Tengah tenang dan damai, maka Israel tak akan mendapat bantuan lagi yang jumlahnya bermiliar-miliar dolar setiap tahun.
Untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, keduanya perlu belajar dari sejarah. Jika sejarah selalu dijadikan acuan, mungkin konflik Israel-Palestina tidak akan terjadi. Mereka harus sadar bahwa masalah Timur Tengah tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan senjata. Masalah itu hanya bisa diselesaikan oleh kehendak baik dari kedua pihak yang bersengketa dengan para pendukungnya.
Meskipun Peta Jalan Damai sudah ditawarkan, kiranya Israel, tidak makin lunak sikapnya terhadap bangsa Palestina. Hal itu terjadi karena masih ada kendala klasik, yakni belum semua negara Arab mau meninggalkan sikap mau meniadakan Israel, seperti yang dikhawatirkan Israel selama ini.
Karena itu, Amerika Serikat tidak mungkin menarik dukungannya kepada Israel, baik secara material maupun militer apabila belum ada jaminan keamanan bagi Israel.
Damai
Sisi lain, kemerdekaan bangsa Palestina dari penjajahan Israel tak akan pernah terwujud tanpa persatuan internal terlebih dahulu. Diplomasi dalam bentuk apa pun sia-sia selama persatuan bangsa Palestina belum terwujud.
''Saya sampaikan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bahwa semua komponen di Palestina harus bersatu dulu. Setelah bersatu, baru akan ada potensi untuk merdeka. Kalau tidak, diplomasi apa pun tidak akan berhasil''ujar Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace.
Indonesia mempunyai pengalaman karena mengalami kolonialisme lebih lama, lima kali dari Palestina yang hanya 60 tahun. Baru setelah menjelang tahun 1945, ada potensi untuk merdeka karena seluruh agama dan berbagai elemen yang ada di Indonesia bersatu.
Itu yang juga juga diceritakan kepada Presiden Abbas akan pengalaman bangsa Indonesia dijajah selama 350 tahun. Selama itulah, Indonesia tak pernah merdeka karena masih terpecah-belah. Sekarang antara Hamas dan Fatah adalah dua kelompok di Palestina yang selama ini bertikai.
Yang terpenting penyelenggaraan konferensi internasional mengenai masalah Palestina-Israel yang digagas Amerika Serikat pada akhir bulan November atau awal Desember tahun ini konferensi tersebut harus menitikberatkan pada rekonsiliasi internal Palestina. Jika saja Palestina belum mencapai kemerdekaan, tetapi sudah bersatu, maka hal itu sudah cukup terhormat daripada sudah meloncat pada tujuan merdeka tetapi masih berada dalam keadaan tercabik-cabik.
Oelh karena dipertanyakan sikap Presiden Mahmoud Abbas yang lebih terbuka untuk berdialog dengan pihak Israel dibanding dengan kelompok Hamas. Kenapa mereka berunding lebih dulu dengan Israel. Kenapa tidak dengan Hammas padahal Hamas pemenang pemilu Palestina sebanyak 70 persen.
Muncul saran jalan terbaik untuk mendamaikan kedua kelompok yang bertikai di Palestina itu adalah dengan menaati kembali perjanjian Mekkah di mana Presiden Mahmoud melakukan perjanjian dengan Perdana Mentri Ismail Haniyah, karena ini adalah masalah internal Palestina.
Fatah bukanlah musuh Hammas, begitupun sebaliknya. Sehingga pertikaian keduanya harus diakhiri salah satunya dengan membuka pintu dialog. Mereka adalah bersaudara. Haram merampas harta menumpahkan darah dan menghinakan kehormatan saudaranya. Jika tidak diakhir, jalan terjal masih menghadang perdamaian Palestina-Isarel. (A Adib-77)
CATATAN KHUSUS KUNJUNGAN ABBAS
SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007
Terjal, Perdamaian Palestina-Israel
KETIKA KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Presiden RI, sejumlah media massa Israel menyambut gembira, dengan menyebutnya sebagai "Israels Asian Friend". Menarik dicermati sambutan media Israel, karena sebelumnya Gus Dur melakukan lawatan ke Jerusalem, Israel akhir Juni 1994. Salah satu yang istimewa adalah keterlibatannya dalam proses perdamaian antara dua bangsa di Timur Tengah yang telah lama bertikai Palestina-Israel.
Di antara mantan Presiden Uni Sovyet dan Afrika Selatan Mikail Gorbachev dan FW De Klerk, mantan PM Israel dan Inggris Ehud Barak dan John Major, Gus Dur satu-satunya tokoh Asia yang diajak berperan membahas peluang dan prospek pascadisepakatinya peta jalan damai yang akan berdampak bukan saja pada stabilitas kawasan Timur Tengah, tapi juga internasional.
Perhatian Gus Dur terhadap perdamaian di daerah krisis paling alot di dunia memang telah lama. Di saat bangsa ini berantipati terhadap Israel, Gus Dur tahun 1994 beranjangsana ke negara mayoritas berpenduduk Yahudi itu.
Dan berselang kemudian didaulat menjadi salah satu anggota pendiri lembaga swadaya masyarakat pimpinan mantan PM Israel, Simon Peres, The Peres Center for Peace. Mestinya ada kebanggaan jika diakui sebagai sahabat sebuah negara, namun bagi Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim, hal itu dapat dianggap sebagai stigma. Stigma itulah yang kemudian digunakan sebagai salah satu senjata oleh lawan-lawan politik Gus Dur untuk melengserkan dari kursi kepresidenan. Itulah risiko.
Keberadaan Gus Dur sebagai salah satu tokoh Islam yang didengarkan lingkaran Yahudi ternyata bermanfaat bagi bangsa Palestina khususnya, dan Islam umumnya ditambah dampak positif bagi terciptanya perdamaian dunia.
Jalan Terjal
Peta perdamaian yang disusun secara internasional adalah untuk mengakhiri konflik di Timteng serta Israel-Palestina menuju pengakuan adanya negara Israel oleh dunia internasional (termasuk semua negara Arab) serta pembentukan negara Palestina yang merdeka penuh.
Rencana itu dirintis melalui konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aqaba dan di KTT AS-Arab di Kota Sarm Al Sheikh, Mesir. Rencana itu menuntut Israel menghentikan pembangunan permukiman Yahudi dan membongkar pos-pos terdepan yang selama ini dibiarkan oleh pemerintah, meskipun secara resmi dianggap ilegal. Di sisi lain, Palestina harus menghentikan semua perlawanan bersenjata terhadap Israel.
Banyak konsep disusun lembaga-lembaga internasional, pakar politik tentang masalah Timur Tengah, para diplomat yang dikirim PBB dan yang dikirim oleh negara-negara cinta damai, tetapi belum diketemukan cara yang paling tepat untuk mengatasinya. Konflik Israel-Palestina selalu muncul ke permukaan.
Meskipun Israel sebagai bangsa yang berkuasa di wilayah Palestina itu, namun kerisauannya tidak lebih kendur bila dibanding dengan kerisauan rakyat Palestina yang dikuasainya. Penduduk kedua bangsa itu terus-menerus dicekam oleh keadaan perang tak berujung.
Sebelum Perang Dunia I, wilayah Palestina di bawah kekuasaan Ottoman (Osmaniah). Setelah itu wilayah ini jatuh ke tangan Sekutu, yang diperkuat dalam perjanjian Sykes-Picot (1916) tentang pembagian wilayah antara Prancis dan Inggris.
Ketika orang-orang Arab berpihak kepada Sekutu untuk melawan Turki, Inggris justru menjanjikan kepada pihak Arab suatu negara Arab bersatu atas jazirah Arab.
Tetapi pada saat yang sama di tahun 1917, Inggris menjanjikan suatu national home bagi orang-orang Yahudi yang terkenal dengan Pernyataan Balfour.
Pernyataan itu kemudian dimanfaatkan oleh gerakan Zionis Internasional yang terus mengadakan imigrasi orang-orang Yahudi dari seantero dunia.
Pihak Zionis dengan tokoh-tokoh seperti Chaim Weizmann, Ben Guiron dan lain-lain bekerja sama dengan kolonial Inggris di Palestina. Keadaan itu menimbulkan amarah orang-orang Arab, yang sejak 1920 terus melakukan aksi-aksi protes dan perang bersenjata melawan orang Inggris dan Zionis.
Perlawanan orang-orang Arab Palestina berada di bawah pimpinan Haji Amin El Hussainy yang terus dikejar-kejar oleh penguasa kolonial Inggris dan gerakan Zionis, dengan organisasi-organisasi semacam Irgun Zwai Liumi, Stern Gang dan lain-lain.
Dua tahun setelah Perang Dunia kedua berakhir, PBB mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina ke dalam dua bagian. Satu bagian bagi kaum Zionis Yahudi (56%), dan lainnya (44%) untuk orang-orang Arab. Suara di PBB adalah 33 mendukung, 13 menentang dan 10 abstain.
Sejak saat itu gerakan Zionis memaksa orang-orang Arab keluar dari daerahnya serta wilayah tersebut dianeksasi.
Dalam perkembangannya, Mei 1948 orang-orang Yahudi memproklamasikan berdirinya negara Israel. Secara kontan didukung dan diakui beberapa menit saja, setelah proklamasi negara baru itu, oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Prancis.
Bangsa Arab mencoba mengusir bangsa Israel dengan kekuatan senjata, sehingga berkobarlah perang Arab-Israel mulai tahun 1948 sampai tahun 1973. Perang-perang itu telah membawa kerugian besar di kedua pihak, khususnya bangsa Arab.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman dari perang terbuka itu, tampaknya pihak yang terlibat sadar masalah Timur Tengah tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan senjata, tapi harus lewat perundingan.
Sayangnya negara-negara Arab yang kaya dan kuat, tetapi terkotak-kotak sehingga menggunakan cara dan jalan apapun akhirnya lemah juga. Kondisi itu memperjelas betapa lemahnya posisi negara-negara Arab dalam mendukung Palestina. (A Adib-77)
Rabu, 24 Oktober 2007
Terjal, Perdamaian Palestina-Israel
KETIKA KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Presiden RI, sejumlah media massa Israel menyambut gembira, dengan menyebutnya sebagai "Israels Asian Friend". Menarik dicermati sambutan media Israel, karena sebelumnya Gus Dur melakukan lawatan ke Jerusalem, Israel akhir Juni 1994. Salah satu yang istimewa adalah keterlibatannya dalam proses perdamaian antara dua bangsa di Timur Tengah yang telah lama bertikai Palestina-Israel.
Di antara mantan Presiden Uni Sovyet dan Afrika Selatan Mikail Gorbachev dan FW De Klerk, mantan PM Israel dan Inggris Ehud Barak dan John Major, Gus Dur satu-satunya tokoh Asia yang diajak berperan membahas peluang dan prospek pascadisepakatinya peta jalan damai yang akan berdampak bukan saja pada stabilitas kawasan Timur Tengah, tapi juga internasional.
Perhatian Gus Dur terhadap perdamaian di daerah krisis paling alot di dunia memang telah lama. Di saat bangsa ini berantipati terhadap Israel, Gus Dur tahun 1994 beranjangsana ke negara mayoritas berpenduduk Yahudi itu.
Dan berselang kemudian didaulat menjadi salah satu anggota pendiri lembaga swadaya masyarakat pimpinan mantan PM Israel, Simon Peres, The Peres Center for Peace. Mestinya ada kebanggaan jika diakui sebagai sahabat sebuah negara, namun bagi Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim, hal itu dapat dianggap sebagai stigma. Stigma itulah yang kemudian digunakan sebagai salah satu senjata oleh lawan-lawan politik Gus Dur untuk melengserkan dari kursi kepresidenan. Itulah risiko.
Keberadaan Gus Dur sebagai salah satu tokoh Islam yang didengarkan lingkaran Yahudi ternyata bermanfaat bagi bangsa Palestina khususnya, dan Islam umumnya ditambah dampak positif bagi terciptanya perdamaian dunia.
Jalan Terjal
Peta perdamaian yang disusun secara internasional adalah untuk mengakhiri konflik di Timteng serta Israel-Palestina menuju pengakuan adanya negara Israel oleh dunia internasional (termasuk semua negara Arab) serta pembentukan negara Palestina yang merdeka penuh.
Rencana itu dirintis melalui konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aqaba dan di KTT AS-Arab di Kota Sarm Al Sheikh, Mesir. Rencana itu menuntut Israel menghentikan pembangunan permukiman Yahudi dan membongkar pos-pos terdepan yang selama ini dibiarkan oleh pemerintah, meskipun secara resmi dianggap ilegal. Di sisi lain, Palestina harus menghentikan semua perlawanan bersenjata terhadap Israel.
Banyak konsep disusun lembaga-lembaga internasional, pakar politik tentang masalah Timur Tengah, para diplomat yang dikirim PBB dan yang dikirim oleh negara-negara cinta damai, tetapi belum diketemukan cara yang paling tepat untuk mengatasinya. Konflik Israel-Palestina selalu muncul ke permukaan.
Meskipun Israel sebagai bangsa yang berkuasa di wilayah Palestina itu, namun kerisauannya tidak lebih kendur bila dibanding dengan kerisauan rakyat Palestina yang dikuasainya. Penduduk kedua bangsa itu terus-menerus dicekam oleh keadaan perang tak berujung.
Sebelum Perang Dunia I, wilayah Palestina di bawah kekuasaan Ottoman (Osmaniah). Setelah itu wilayah ini jatuh ke tangan Sekutu, yang diperkuat dalam perjanjian Sykes-Picot (1916) tentang pembagian wilayah antara Prancis dan Inggris.
Ketika orang-orang Arab berpihak kepada Sekutu untuk melawan Turki, Inggris justru menjanjikan kepada pihak Arab suatu negara Arab bersatu atas jazirah Arab.
Tetapi pada saat yang sama di tahun 1917, Inggris menjanjikan suatu national home bagi orang-orang Yahudi yang terkenal dengan Pernyataan Balfour.
Pernyataan itu kemudian dimanfaatkan oleh gerakan Zionis Internasional yang terus mengadakan imigrasi orang-orang Yahudi dari seantero dunia.
Pihak Zionis dengan tokoh-tokoh seperti Chaim Weizmann, Ben Guiron dan lain-lain bekerja sama dengan kolonial Inggris di Palestina. Keadaan itu menimbulkan amarah orang-orang Arab, yang sejak 1920 terus melakukan aksi-aksi protes dan perang bersenjata melawan orang Inggris dan Zionis.
Perlawanan orang-orang Arab Palestina berada di bawah pimpinan Haji Amin El Hussainy yang terus dikejar-kejar oleh penguasa kolonial Inggris dan gerakan Zionis, dengan organisasi-organisasi semacam Irgun Zwai Liumi, Stern Gang dan lain-lain.
Dua tahun setelah Perang Dunia kedua berakhir, PBB mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina ke dalam dua bagian. Satu bagian bagi kaum Zionis Yahudi (56%), dan lainnya (44%) untuk orang-orang Arab. Suara di PBB adalah 33 mendukung, 13 menentang dan 10 abstain.
Sejak saat itu gerakan Zionis memaksa orang-orang Arab keluar dari daerahnya serta wilayah tersebut dianeksasi.
Dalam perkembangannya, Mei 1948 orang-orang Yahudi memproklamasikan berdirinya negara Israel. Secara kontan didukung dan diakui beberapa menit saja, setelah proklamasi negara baru itu, oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Prancis.
Bangsa Arab mencoba mengusir bangsa Israel dengan kekuatan senjata, sehingga berkobarlah perang Arab-Israel mulai tahun 1948 sampai tahun 1973. Perang-perang itu telah membawa kerugian besar di kedua pihak, khususnya bangsa Arab.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman dari perang terbuka itu, tampaknya pihak yang terlibat sadar masalah Timur Tengah tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan senjata, tapi harus lewat perundingan.
Sayangnya negara-negara Arab yang kaya dan kuat, tetapi terkotak-kotak sehingga menggunakan cara dan jalan apapun akhirnya lemah juga. Kondisi itu memperjelas betapa lemahnya posisi negara-negara Arab dalam mendukung Palestina. (A Adib-77)
Bambang Priyono Mengaku Belum Dikabari
SUARA MERDEKA
Kamis, 25 Oktober 2007 BANYUMAS
* Rencana Deklarasi Pasangannya
PURWOKERTO-Calon Bupati Bambang Priyono (BP) mengaku hingga kemarin belum dikabari oleh Tim 15 maupun komponen partai (Partai Demokrat, PKS, PPP dan partai nonparlemen) soal rencana deklrasi pasangan calon wakil bupati yang akan dipasangkan dengan dirinya. BP juga salah satu calon terkuat dari PDI-P yang Rakercabsusnya direncanakan antara tanggal 31 Oktober- 1 November.
"Sejauh ini saya belum dikabari. Saya masih di Jakarta untuk menghadiri temu alumni teman-teman dari Banyumas sampai besok (hari ini-Red)," kata BP saat dihubungi lewat telepon selulernya kemarin.
Dia menyatakan, adanya inisiatif dari partai-partai pengusung dirinya maupun komponen masyarakat untuk segera mendeklarasikan pasangan, itu sebuah kehormatan. Dia juga akan segera berkomunikasi.
Pasalnya, setelah pimpinan partai dan tim relawan memberikan masukan plus-minus calon wakil yang melamar dirinya harus mengambil keputusan pilihan satu orang.
"Ini sebuah kehormatan bagi saya dan saya menganggap jabatan itu benar-benar amanah yang nantinya harus saya jalankan dengan baik kalau kami terpilih," ujarnya.
Karena sebagai amanah, menurutnya, kalau akhirnya dia dan pasangannya terpilih berjanji tidak akan menyombongkan jabatan tersebut. Bahkan akan berbuat terbaik untuk masyarakat Banyumas.
"Kalau sekadar mengejar jabatan saya sudah stres dari dulu. Buktinya sejak tahun 2003 lalu (Pilkada-Red) sampai sekarang saya juga tidak merasa stres dan tetap santai maupun rileks," tandasnya.
BP juga menegaskan, kalau rakyat akhirnya memilih dia sanggup untuk tidak korupsi dan masyarakat minta mengawasinya. Karena itu,dia membantah soal tudingan bahwa dirinya telah membuat komitmen akan memberikan fee 10 persen dari APBD kepada partai-partai penyusung maupun komponen pendukungnya.
"Saya itu sudah lama di birokrasi mulai Bappeda hingga Sekda dan tak mungkin melakukan hal sebodoh itu. Berapa APBD Banyumas? Saya juga tidak pernah menyatakan hal itu dan sejuah ini belum membuat komitmen," ujarnya.Menurutnya, mereka yang menyebarkan SMS atau informasi tersebut tidak mengetahui aturan dan kondisi masyarakat Banyumas.
"Itu imposible dan merupakan pembunuhan karakter saya. Yang menyebarkan pasti dari lawan politik. Termasuk kalau saya jadi maju mau dibongkar soal korupsinya," tandasnya.
Dia menyatakan, sejak menjadi PNS dan pejabat setiap tahunnya selalu melaporkan ke KPK termasuk laporan tugas dan jabatannya.
"Kalau saya disudutkan seperti itu tidak apa-apa. Tapi saya takutnya yang marah justru grassroot saya," akunya. (G22-55)
Kamis, 25 Oktober 2007 BANYUMAS
* Rencana Deklarasi Pasangannya
PURWOKERTO-Calon Bupati Bambang Priyono (BP) mengaku hingga kemarin belum dikabari oleh Tim 15 maupun komponen partai (Partai Demokrat, PKS, PPP dan partai nonparlemen) soal rencana deklrasi pasangan calon wakil bupati yang akan dipasangkan dengan dirinya. BP juga salah satu calon terkuat dari PDI-P yang Rakercabsusnya direncanakan antara tanggal 31 Oktober- 1 November.
"Sejauh ini saya belum dikabari. Saya masih di Jakarta untuk menghadiri temu alumni teman-teman dari Banyumas sampai besok (hari ini-Red)," kata BP saat dihubungi lewat telepon selulernya kemarin.
Dia menyatakan, adanya inisiatif dari partai-partai pengusung dirinya maupun komponen masyarakat untuk segera mendeklarasikan pasangan, itu sebuah kehormatan. Dia juga akan segera berkomunikasi.
Pasalnya, setelah pimpinan partai dan tim relawan memberikan masukan plus-minus calon wakil yang melamar dirinya harus mengambil keputusan pilihan satu orang.
"Ini sebuah kehormatan bagi saya dan saya menganggap jabatan itu benar-benar amanah yang nantinya harus saya jalankan dengan baik kalau kami terpilih," ujarnya.
Karena sebagai amanah, menurutnya, kalau akhirnya dia dan pasangannya terpilih berjanji tidak akan menyombongkan jabatan tersebut. Bahkan akan berbuat terbaik untuk masyarakat Banyumas.
"Kalau sekadar mengejar jabatan saya sudah stres dari dulu. Buktinya sejak tahun 2003 lalu (Pilkada-Red) sampai sekarang saya juga tidak merasa stres dan tetap santai maupun rileks," tandasnya.
BP juga menegaskan, kalau rakyat akhirnya memilih dia sanggup untuk tidak korupsi dan masyarakat minta mengawasinya. Karena itu,dia membantah soal tudingan bahwa dirinya telah membuat komitmen akan memberikan fee 10 persen dari APBD kepada partai-partai penyusung maupun komponen pendukungnya.
"Saya itu sudah lama di birokrasi mulai Bappeda hingga Sekda dan tak mungkin melakukan hal sebodoh itu. Berapa APBD Banyumas? Saya juga tidak pernah menyatakan hal itu dan sejuah ini belum membuat komitmen," ujarnya.Menurutnya, mereka yang menyebarkan SMS atau informasi tersebut tidak mengetahui aturan dan kondisi masyarakat Banyumas.
"Itu imposible dan merupakan pembunuhan karakter saya. Yang menyebarkan pasti dari lawan politik. Termasuk kalau saya jadi maju mau dibongkar soal korupsinya," tandasnya.
Dia menyatakan, sejak menjadi PNS dan pejabat setiap tahunnya selalu melaporkan ke KPK termasuk laporan tugas dan jabatannya.
"Kalau saya disudutkan seperti itu tidak apa-apa. Tapi saya takutnya yang marah justru grassroot saya," akunya. (G22-55)
Tuesday, October 23, 2007
Ingin Tahu Islam, 3 Universitas Australia Dirikan Pusat Studi
24/10/2007 02:24
Jakarta, Dibayang-bayangi terorisme yang identik dengan Islam membuat warga Australia mencari tahu tentang Islam. Pusat Studi Islam Nasional pun diluncurkan 3 universitas negeri di Australia.
"Pusat studi ini akan mempunyai peran kunci menghasilkan lulusan yang kompeten dan seimbang dalam konteks Australia dan Islam, yang bisa menjembatani 2 dunia itu. Ini akan berkontribusi terhadap debat publik dan sumber pemikiran wacana tentang Islam," ujar perwakilan Universitas Melbourne Profesor Glyn Davis saat meresmikan pusat studi di kampusnya, dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa 23 Oktober 2007.
Pusat studi ini, lanjutnya, akan berkelas internasional dengan pengajaran dan penelitian multidisiplin ilmu. Pusat studi ini menawarkan program pendidikan S1 maupun S2 dalam studi Islam.
Selain Universitas Melbourne, yang tergabung dalam konsorsium pusat studi ini adalah Universitas Griffith, Queensland, dan Universitas Western Sidney di New South Wales. Kendati demikian, pusat studi ini terbuka bagi mahasiswa di luar universitas itu maupun untuk umum.
Turut hadir dalam peluncuran itu adalah Menteri Pendidikan Lanjutan dan Kejuruan Andrew Robb, Imam Australia Sheiks Fehmi Naji El-Imam dan Direktur Pusat Studi Islam Prof Abdullah Saeed.
Jakarta, Dibayang-bayangi terorisme yang identik dengan Islam membuat warga Australia mencari tahu tentang Islam. Pusat Studi Islam Nasional pun diluncurkan 3 universitas negeri di Australia.
"Pusat studi ini akan mempunyai peran kunci menghasilkan lulusan yang kompeten dan seimbang dalam konteks Australia dan Islam, yang bisa menjembatani 2 dunia itu. Ini akan berkontribusi terhadap debat publik dan sumber pemikiran wacana tentang Islam," ujar perwakilan Universitas Melbourne Profesor Glyn Davis saat meresmikan pusat studi di kampusnya, dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa 23 Oktober 2007.
Pusat studi ini, lanjutnya, akan berkelas internasional dengan pengajaran dan penelitian multidisiplin ilmu. Pusat studi ini menawarkan program pendidikan S1 maupun S2 dalam studi Islam.
Selain Universitas Melbourne, yang tergabung dalam konsorsium pusat studi ini adalah Universitas Griffith, Queensland, dan Universitas Western Sidney di New South Wales. Kendati demikian, pusat studi ini terbuka bagi mahasiswa di luar universitas itu maupun untuk umum.
Turut hadir dalam peluncuran itu adalah Menteri Pendidikan Lanjutan dan Kejuruan Andrew Robb, Imam Australia Sheiks Fehmi Naji El-Imam dan Direktur Pusat Studi Islam Prof Abdullah Saeed.
Paling Terkesan Berbuka Puasa di Ruang Angkasa
SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007 NASIONAL
* Sheikh Muszaphar Shukor
Astronaut Malaysia Dr Sheikh Muszaphar Shukor Sheikh Mustapha bersama dua astronaut lainnya telah menyelesaikan misi mereka selama 11 hari di antariksa. Dia menceritakan pengalaman yang menegangkan sekaligus mengesankan selama menjalani misi tersebut.
SALAH satu pengalaman yang mengesankan adalah berpuasa di antariksa. Yang menarik, dia harus menjalani ibadah puasa itu selama berada di roket Soyuz TMA-10. Sebab, roket itu membutuhkan waktu dua hari sebelum berhasil merapat ke stasiun antariksa internasional (International Space Station - ISS). Pengalaman dua hari yang menegangkan ini tak dapat dia lupakan.
''Kami melayang selama dua hari di dalam Soyuz. Untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, kami cukup mendorong kaki ke benda terdekat. Sungguh luar biasa. Saat kembali ke bumi, saya merasa tangan saya sangat berat. Bayangkan, bagaimana rasanya para astronaut yang tinggal di ISS selama enam bulan,'' tuturnya.
Roket Soyuz mendarat di bumi pada 21 Oktober. Ketiga astronautnya selamat, meskipun pendaratan itu melenceng sekitar 335 kilometer dari lokasi semula akibat kesalahan teknis komputer.
Dalam wawancara dengan Bernama, Shukor juga menceritakan kekagumannya pada panorama dan keindahan bumi yang dia lihat dari ISS. Stasiun antariksa itu terletak sekitar 350 kilometer dari bumi. ''Ketika saya memandang bumi dari antariksa, jantung saya seakan berhenti berdegup. Mata saya sama sekali tidak berkedip. Sungguh pemandangan luar biasa,'' kata Shukor.
Tak Terlupakan
''Saya tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menceritakan apa yang saya lihat dari luar angkasa. Namun saya telah menulis dalam catatan harian mengenai kebesaran Tuhan,'' kata ahli bedah ortopedi berusia 35 tahun itu. Berpuasa di antariksa adalah pengalaman menarik baginya. Shukor menjalani misi di antariksa selama 11 hari, mulai tanggal 10 sampai 21 Oktober lalu.
''Saya tidak akan melupakan pengalaman yang unik itu. Saya sangat terkesan ketika berbuka puasa di antariksa. Saya berpuasa di luar angkasa selama dua hari. Mengenai waktu sahur dan berbuka, saya mengikuti waktu Kazakhstan,'' ujarnya.
Dia mengaku tidak merasa gugup atau takut saat pertama kali memasuki Soyuz. Sebaliknya, dia sangat tenang. ''Selama peluncuran 10 Oktober lalu, saya berdoa memohon bantuan Allah. Saya sama sekali tidak khawatir atau gugup,'' ujarnya.
Namun, dia terkejut ketika mulai memasuki wilayah gravitasi nol. ''Pena dan buku-buku saya mulai mengambang di sekitar badan saya. Saya merasa seperti berada di dunia mimpi,'' ujarnya.
Saat ini, Shukor masih dikarantina di Pusat Pelatihan Kosmonaut Gagarin di Star City, Rusia, setelah dia menyelesaikan misi antariksa. Direktur Program Astronaut Kolonel Dr Zulkeffeli Mat Jusoh mengatakan, seorang astronaut baru dibolehkan kembali ke lingkungan masyarakat sekitar 10 sampai dua minggu setelah pendaratan.
''Bukan hanya faktor kesehatan si astronaut, tetapi juga komitmennya mengenai riset yang telah kami setujui dengan badan antariksa Eropa. Riset itu mengharuskan Dr Shukor menjalani tes setiap hari. Karena itu pula, dia harus tinggal lebih lama di Star City,'' kata Zulkeffeli.(rtr-ben-25)
Rabu, 24 Oktober 2007 NASIONAL
* Sheikh Muszaphar Shukor
Astronaut Malaysia Dr Sheikh Muszaphar Shukor Sheikh Mustapha bersama dua astronaut lainnya telah menyelesaikan misi mereka selama 11 hari di antariksa. Dia menceritakan pengalaman yang menegangkan sekaligus mengesankan selama menjalani misi tersebut.
SALAH satu pengalaman yang mengesankan adalah berpuasa di antariksa. Yang menarik, dia harus menjalani ibadah puasa itu selama berada di roket Soyuz TMA-10. Sebab, roket itu membutuhkan waktu dua hari sebelum berhasil merapat ke stasiun antariksa internasional (International Space Station - ISS). Pengalaman dua hari yang menegangkan ini tak dapat dia lupakan.
''Kami melayang selama dua hari di dalam Soyuz. Untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, kami cukup mendorong kaki ke benda terdekat. Sungguh luar biasa. Saat kembali ke bumi, saya merasa tangan saya sangat berat. Bayangkan, bagaimana rasanya para astronaut yang tinggal di ISS selama enam bulan,'' tuturnya.
Roket Soyuz mendarat di bumi pada 21 Oktober. Ketiga astronautnya selamat, meskipun pendaratan itu melenceng sekitar 335 kilometer dari lokasi semula akibat kesalahan teknis komputer.
Dalam wawancara dengan Bernama, Shukor juga menceritakan kekagumannya pada panorama dan keindahan bumi yang dia lihat dari ISS. Stasiun antariksa itu terletak sekitar 350 kilometer dari bumi. ''Ketika saya memandang bumi dari antariksa, jantung saya seakan berhenti berdegup. Mata saya sama sekali tidak berkedip. Sungguh pemandangan luar biasa,'' kata Shukor.
Tak Terlupakan
''Saya tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menceritakan apa yang saya lihat dari luar angkasa. Namun saya telah menulis dalam catatan harian mengenai kebesaran Tuhan,'' kata ahli bedah ortopedi berusia 35 tahun itu. Berpuasa di antariksa adalah pengalaman menarik baginya. Shukor menjalani misi di antariksa selama 11 hari, mulai tanggal 10 sampai 21 Oktober lalu.
''Saya tidak akan melupakan pengalaman yang unik itu. Saya sangat terkesan ketika berbuka puasa di antariksa. Saya berpuasa di luar angkasa selama dua hari. Mengenai waktu sahur dan berbuka, saya mengikuti waktu Kazakhstan,'' ujarnya.
Dia mengaku tidak merasa gugup atau takut saat pertama kali memasuki Soyuz. Sebaliknya, dia sangat tenang. ''Selama peluncuran 10 Oktober lalu, saya berdoa memohon bantuan Allah. Saya sama sekali tidak khawatir atau gugup,'' ujarnya.
Namun, dia terkejut ketika mulai memasuki wilayah gravitasi nol. ''Pena dan buku-buku saya mulai mengambang di sekitar badan saya. Saya merasa seperti berada di dunia mimpi,'' ujarnya.
Saat ini, Shukor masih dikarantina di Pusat Pelatihan Kosmonaut Gagarin di Star City, Rusia, setelah dia menyelesaikan misi antariksa. Direktur Program Astronaut Kolonel Dr Zulkeffeli Mat Jusoh mengatakan, seorang astronaut baru dibolehkan kembali ke lingkungan masyarakat sekitar 10 sampai dua minggu setelah pendaratan.
''Bukan hanya faktor kesehatan si astronaut, tetapi juga komitmennya mengenai riset yang telah kami setujui dengan badan antariksa Eropa. Riset itu mengharuskan Dr Shukor menjalani tes setiap hari. Karena itu pula, dia harus tinggal lebih lama di Star City,'' kata Zulkeffeli.(rtr-ben-25)
UU Sisdiknas Dinilai Rugikan Guru/Dosen
SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007 NASIONAL
JAKARTA- Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) khususnya Pasal 49 Ayat (1) dinilai merugikan guru dan dosen. Pasal itu mengatur dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD.
"Untuk itu, kami menganggap UU Sisdiknas bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat," kata Elza Syarif, kuasa hukum pemohon dalam sidang uji materi UU Sisdiknas di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (23/10).
Dia mewakili pemohon Rahmatiah Abbas yang berprofesi sebagai guru dan Prof Badryah Rivai yang berprofesi sebagai dosen. Dikatakan, UU Sisdiknas Pasal 49 ayat (1) dinilai bertentangan dengan Pasal 28 A, C ayat (1), D ayat (2), I ayat (2), Pasal 31 ayat (3) dan ayat (4). Pemohon juga meminta agar MK memutuskan UU Nomor 18/2006 tentang APBN yang terkait Pasal 49 ayat (1) juga bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. Sementara itu, anggota Panel Hakim Konstitusi Soedarsono meminta para pemohon memperjelas permohonan. Sebab, terdapat istilah yang berbeda dalam UU dan UUD.
Dalam UU menggunakan kata dana pendidikan, dan dalam UUD menggunakan kata Anggaran Pendidikan. "Apakah ada perbedaan makna dalam istilah yang berbeda tersebut. Ini harus diperdalam oleh pemohon," katanya. Usai sidang, Elza mengatakan akan memperbaiki permohonan. "Mengenai materi yang akan diperbaiki tolong sabar terlebih dahulu," ujarnya.(J13-49)
Rabu, 24 Oktober 2007 NASIONAL
JAKARTA- Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) khususnya Pasal 49 Ayat (1) dinilai merugikan guru dan dosen. Pasal itu mengatur dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD.
"Untuk itu, kami menganggap UU Sisdiknas bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat," kata Elza Syarif, kuasa hukum pemohon dalam sidang uji materi UU Sisdiknas di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (23/10).
Dia mewakili pemohon Rahmatiah Abbas yang berprofesi sebagai guru dan Prof Badryah Rivai yang berprofesi sebagai dosen. Dikatakan, UU Sisdiknas Pasal 49 ayat (1) dinilai bertentangan dengan Pasal 28 A, C ayat (1), D ayat (2), I ayat (2), Pasal 31 ayat (3) dan ayat (4). Pemohon juga meminta agar MK memutuskan UU Nomor 18/2006 tentang APBN yang terkait Pasal 49 ayat (1) juga bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. Sementara itu, anggota Panel Hakim Konstitusi Soedarsono meminta para pemohon memperjelas permohonan. Sebab, terdapat istilah yang berbeda dalam UU dan UUD.
Dalam UU menggunakan kata dana pendidikan, dan dalam UUD menggunakan kata Anggaran Pendidikan. "Apakah ada perbedaan makna dalam istilah yang berbeda tersebut. Ini harus diperdalam oleh pemohon," katanya. Usai sidang, Elza mengatakan akan memperbaiki permohonan. "Mengenai materi yang akan diperbaiki tolong sabar terlebih dahulu," ujarnya.(J13-49)
Pemkab Kirim Utusan Pemkab Banumas ke KPU Pusat
SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007
PURWOKERTO-akan mengirim utusan ke KPU Pusat untuk menanyakan status anggota KPU Banyumas terkait dengan kasus korupsi. Bupati HM Aris Setiono mengatakan utusan itu akan menanyakan kepada Ketua KPU Pusat soal dua surat yang dikirim sebelumnya.
Inti surat tersebut adalah menanyakan kejelasan status anggota KPU Banyumas, apakah dipertahankan atau diganti. ''Dua kali surat kami belum dibalas. Kami akan mengutus Kepala Bakesbanglinmas ke Jakarta,'' kata Bupati usai menghadiri halalbihalal DPRD, kemarin.
Langkah itu diambil sebagai bentuk keproaktifan pemkab menyikapi masalah. Kalau KPU Pusat setuju usulan pergantian, perlu seleksi lebih cepat. Jika tak setuju, harus ada kepastian segera. ''Kami butuh kejelasan statusnya dulu. Kalau dipertahankan karena alasan waktu, kami akan melaksanakan. Namun kalau tidak diakui, ya harus ada keputusan, '' tandas Aris.
Untuk memilih anggota KPU baru, menurut Bupati, sekarang tidak mungkin,karena waktunya mepet dan sudah memasuki tahapan persiapan pelaksanaan pemilihan bupati (Februari 2008-Red).
''Secara lisan masalahitu juga sudah saya sampaikan kepada Mendagri. Katanya, dalam waktu dekat dikoordinasikan dengan KPU Pusat. Mendagri baru konsentrasi pelantikan anggota baru KPU Pusat,'' jelasnya.
Status empat anggota KPU Banyumas, yakni Ismianto Heru Permana, Budi Santosa, Indra Purnomo, dan Khanif Fauzi (masih menjalani sisa masa hukuman) pernah disampaikan ke KPU Provinsi.
Jawabannya, kata Aris, diserahkan ke KPU Pusat. Masalah itu juga pernah dibahas bersama unsur musyawarah pimpinan daerah dan ditindaklanjuti dengan surat ke KPU Pusat. ''Dulu ada wacana tugasnya dirangkap oleh KPU provinsi. Namun itu tidak mungkin karena KPU provinsi juga tengah menyiapkan pemilihan gubernur,'' ujarnya. (G22-)
Rabu, 24 Oktober 2007
PURWOKERTO-akan mengirim utusan ke KPU Pusat untuk menanyakan status anggota KPU Banyumas terkait dengan kasus korupsi. Bupati HM Aris Setiono mengatakan utusan itu akan menanyakan kepada Ketua KPU Pusat soal dua surat yang dikirim sebelumnya.
Inti surat tersebut adalah menanyakan kejelasan status anggota KPU Banyumas, apakah dipertahankan atau diganti. ''Dua kali surat kami belum dibalas. Kami akan mengutus Kepala Bakesbanglinmas ke Jakarta,'' kata Bupati usai menghadiri halalbihalal DPRD, kemarin.
Langkah itu diambil sebagai bentuk keproaktifan pemkab menyikapi masalah. Kalau KPU Pusat setuju usulan pergantian, perlu seleksi lebih cepat. Jika tak setuju, harus ada kepastian segera. ''Kami butuh kejelasan statusnya dulu. Kalau dipertahankan karena alasan waktu, kami akan melaksanakan. Namun kalau tidak diakui, ya harus ada keputusan, '' tandas Aris.
Untuk memilih anggota KPU baru, menurut Bupati, sekarang tidak mungkin,karena waktunya mepet dan sudah memasuki tahapan persiapan pelaksanaan pemilihan bupati (Februari 2008-Red).
''Secara lisan masalahitu juga sudah saya sampaikan kepada Mendagri. Katanya, dalam waktu dekat dikoordinasikan dengan KPU Pusat. Mendagri baru konsentrasi pelantikan anggota baru KPU Pusat,'' jelasnya.
Status empat anggota KPU Banyumas, yakni Ismianto Heru Permana, Budi Santosa, Indra Purnomo, dan Khanif Fauzi (masih menjalani sisa masa hukuman) pernah disampaikan ke KPU Provinsi.
Jawabannya, kata Aris, diserahkan ke KPU Pusat. Masalah itu juga pernah dibahas bersama unsur musyawarah pimpinan daerah dan ditindaklanjuti dengan surat ke KPU Pusat. ''Dulu ada wacana tugasnya dirangkap oleh KPU provinsi. Namun itu tidak mungkin karena KPU provinsi juga tengah menyiapkan pemilihan gubernur,'' ujarnya. (G22-)
Calon dari NU Tak Boleh Bawa Nama Lembaga
SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007
PURWOKERTO-Puluhan kiai sepuh (kultural) dan kiai karismatik di Banyumas, Sabtu lalu melakukan silahturahmi bersama. Kegiatan itu membahas perkembangan politik menjelang Pilbup Banyumas, 10 Pebruari 2008 yang terus menghangat. Pertemuan dilakukan di kediaman KH Ahmad Musalim Ridho, Desa Mangunjaya, Kecamatan Purwokerto Timur.
Sekitar 60-an kiai dan tokoh-tokoh agama hadir dalam pertemuan itu. Di antaranya sejumlah pengurus partai seperti PKB (Kiai Muhail), PPP (Gus Anam) dan Golkar ( H Hadromi). Sedangkan yang tak terikat partai di antaranya KH Musalim, Mustafa dan KH Ibnu Mukti.
Namun saat bertemu, mereka tidak membawa nama partai maupun organisasi NU (kelembagaan). Hal itu hanya pertemuan informal para kiai kultural yang merasa perlu menyikapi peta perpolitikan menjelang Pilbup. Pasalnya, dengan munculnya sejumlah tokoh dan kader NU yang mencalonkan sebagai calon bupati dan wakil bupati, membuat situasi tidak kondusif di jajaran warga nahdiyyin.
''Mereka yang maju itu atasnama pribadi. Tidak boleh membawa-bawa nama lembaga NU atau badan otonom seperti Muslimat, Anshor dan sebagainya. Kalau itu terjadi tidak dibenarkan dan bisa dikenai sanksi'' kata Mustafa, kepada wartawan.
Alasannya, lanjut Mustafa, hal itu bisa merendahkan lembaga NU karena kejebak dalam kepentingan pragmatis. NU sejak awal juga bersikap netral. Dalam AD/ART NU maupun badan otonom masing-masing juga tidak dibenarkan.
Kalau ada kiai yang sudah menyatakan dukungan, kata Mustafa, hal itu murni dukungan pribadi. Tidak bisa membawa-bawa lembaganya. Karena itu dalam pertemuan tersebut, peserta mengingatkan agar para kiai dan tokoh-tokoh agama tidak terjebak dalam politik praktis.
Masukan
Pertemuan itu juga memberikan masukan tentang kriteria calon yang bisa dipilih warga NU maupun masyarakat Banyumas pada umumnya. Di antaranya harus jujur, profesional, bisa mengayomi semua golongan dan mengedepankan kepentingan rakyat serta mampu membawa perubahan dan kemajuan Banyumas. Kreteria itu bukan berarti diarahkan ke calon tertentu. Pilihan tetap bebas sesuai dengan hati nuraninya. ''Urusan Pilkada itu tidak sekadar memilih pemimpin saja. Namun menentukan nasib Banyu-mas ke depan,'' tandasnya.
Tokoh-tokoh NU yang muncul untuk mencalonkan, paling santer yang maju untuk calon wakil bupati. Ada nama Laily Manshur (ketua Muslimat NU) yang berpasangan dengan Singgih Wiranto.
Kemudian ada Agus Fathuddin Yusuf, wakil Sekretaris PWNU Jateng warga Kedungbanteng. Ahmad Edy Susanto, tokoh GP Anshor Jatim warga Wangon, Asroru Maula, wartawan dan litbang Kompas, putra mantan ketua Muslimat NU (dua periode) dan mantan Ketua DPD Golkar Banyumas, Nurkamilah, asal Cilongok. Tiga nama terakhir ini mendaftar ke PDI-P. (G22-55)
Rabu, 24 Oktober 2007
PURWOKERTO-Puluhan kiai sepuh (kultural) dan kiai karismatik di Banyumas, Sabtu lalu melakukan silahturahmi bersama. Kegiatan itu membahas perkembangan politik menjelang Pilbup Banyumas, 10 Pebruari 2008 yang terus menghangat. Pertemuan dilakukan di kediaman KH Ahmad Musalim Ridho, Desa Mangunjaya, Kecamatan Purwokerto Timur.
Sekitar 60-an kiai dan tokoh-tokoh agama hadir dalam pertemuan itu. Di antaranya sejumlah pengurus partai seperti PKB (Kiai Muhail), PPP (Gus Anam) dan Golkar ( H Hadromi). Sedangkan yang tak terikat partai di antaranya KH Musalim, Mustafa dan KH Ibnu Mukti.
Namun saat bertemu, mereka tidak membawa nama partai maupun organisasi NU (kelembagaan). Hal itu hanya pertemuan informal para kiai kultural yang merasa perlu menyikapi peta perpolitikan menjelang Pilbup. Pasalnya, dengan munculnya sejumlah tokoh dan kader NU yang mencalonkan sebagai calon bupati dan wakil bupati, membuat situasi tidak kondusif di jajaran warga nahdiyyin.
''Mereka yang maju itu atasnama pribadi. Tidak boleh membawa-bawa nama lembaga NU atau badan otonom seperti Muslimat, Anshor dan sebagainya. Kalau itu terjadi tidak dibenarkan dan bisa dikenai sanksi'' kata Mustafa, kepada wartawan.
Alasannya, lanjut Mustafa, hal itu bisa merendahkan lembaga NU karena kejebak dalam kepentingan pragmatis. NU sejak awal juga bersikap netral. Dalam AD/ART NU maupun badan otonom masing-masing juga tidak dibenarkan.
Kalau ada kiai yang sudah menyatakan dukungan, kata Mustafa, hal itu murni dukungan pribadi. Tidak bisa membawa-bawa lembaganya. Karena itu dalam pertemuan tersebut, peserta mengingatkan agar para kiai dan tokoh-tokoh agama tidak terjebak dalam politik praktis.
Masukan
Pertemuan itu juga memberikan masukan tentang kriteria calon yang bisa dipilih warga NU maupun masyarakat Banyumas pada umumnya. Di antaranya harus jujur, profesional, bisa mengayomi semua golongan dan mengedepankan kepentingan rakyat serta mampu membawa perubahan dan kemajuan Banyumas. Kreteria itu bukan berarti diarahkan ke calon tertentu. Pilihan tetap bebas sesuai dengan hati nuraninya. ''Urusan Pilkada itu tidak sekadar memilih pemimpin saja. Namun menentukan nasib Banyu-mas ke depan,'' tandasnya.
Tokoh-tokoh NU yang muncul untuk mencalonkan, paling santer yang maju untuk calon wakil bupati. Ada nama Laily Manshur (ketua Muslimat NU) yang berpasangan dengan Singgih Wiranto.
Kemudian ada Agus Fathuddin Yusuf, wakil Sekretaris PWNU Jateng warga Kedungbanteng. Ahmad Edy Susanto, tokoh GP Anshor Jatim warga Wangon, Asroru Maula, wartawan dan litbang Kompas, putra mantan ketua Muslimat NU (dua periode) dan mantan Ketua DPD Golkar Banyumas, Nurkamilah, asal Cilongok. Tiga nama terakhir ini mendaftar ke PDI-P. (G22-55)
Pasangan BP Diumumkan Hari Minggu
logo SUARA MERDEKA
Rabu, 24 Oktober 2007 BANYUMAS
PURWOKERTO-Calon bupati Partai Demokrat, PKS, PPP, dan partai nonparlemen akan dideklrasikan di Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jalan Gerilya, Minggu 28 Oktober. Pada kegiatan itu sekaligus diumumkan calon wakil bupati yang akan dipasangkan dengan calon bupati Bambang Priyono (BP) yang telah dideklarasikan lebih awal oleh ketiga partai.
Tim 15 juga merancang tim sukses bersama mulai kabupaten, kecamatan, hingga desa-desa. Tim terdiri atas 3 orang wakil partai, 3 orang relawan BP, dan 3 orang utusan partai nonparlemen.
Juru bicara tim Agus Wijayanto mengatakan pekan ini pemimpin partai dan relawan BP menggodok nama-nama calon wakil bupati yang mendaftar. ''Mereka akan dinilai plus-minusnya. Hasilnya kemudian diserahkan ke BP untuk menentukan siapa yang dianggap cocok,'' ujar Sekretaris DPD Partai Demokrat itu. Nama calon wakil bupati yang muncul adalah Tossy Ariyanto, Asroru Maula, Ahmad Edy Susanto, dan Agus Fathuddin Yusuf. Keempatnya juga mendaftar ke PDI-P.
Ada kabar yang menyebutkan Imam Durori, Wakil Bupati Banyumas, dan Aris Wahyudi akan melamar posisi calon wakil bupati. Dua orang itu semula melamar posisi calon bupati ke beberapa partai. Agus mengatakan tim sukses akan dideklarasikan setelah deklarasi pasangan calon bupati-wakil bupati. Tim kini mempersiapkan format tim sukses bersama.
''Kalau ada kabar bahwa koalisi kami akan pecah lagi karena ada yang mau ngebom dengan uang, Insya Allah tidak benar. Ini menyangkut komitmen dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dan masyarakat,'' tandasnya.
Solid
Koalisi kini tambah solid karena beberapa partai nonparlemen bergabung. Di antaranya yang sudah pasti Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Bulan Bintang (PBB), PNI Marhaenis, Partai Pelopor, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), Partai Damai Sejahtera (PDS), dan Partai Bintang Reformasi (PBR).
''Kami punya bukti ketua dan sekretaris PDS sudah tanda tangan mendukung. DPW PBR juga menyatakan ikut kami. Kalau mereka disebutkan bergabung pada calon lain, itu hanya klaim karena kami punya data,'' tuturnya.
Ia menegaskan pihaknya tidak mencampuri agenda partai lain meski calon bupati dan wakil bupati yang akan diusung cenderung sama dengan PDI-P. Mereka sepakat saling menghormati.
''Kalau saling menunggu, tidak baik. Agenda kami harus jalan. Kalau nanti ketemu untuk koalisi, itu proses selanjutnya,'' ujarnya. (G22-27)
Rabu, 24 Oktober 2007 BANYUMAS
PURWOKERTO-Calon bupati Partai Demokrat, PKS, PPP, dan partai nonparlemen akan dideklrasikan di Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jalan Gerilya, Minggu 28 Oktober. Pada kegiatan itu sekaligus diumumkan calon wakil bupati yang akan dipasangkan dengan calon bupati Bambang Priyono (BP) yang telah dideklarasikan lebih awal oleh ketiga partai.
Tim 15 juga merancang tim sukses bersama mulai kabupaten, kecamatan, hingga desa-desa. Tim terdiri atas 3 orang wakil partai, 3 orang relawan BP, dan 3 orang utusan partai nonparlemen.
Juru bicara tim Agus Wijayanto mengatakan pekan ini pemimpin partai dan relawan BP menggodok nama-nama calon wakil bupati yang mendaftar. ''Mereka akan dinilai plus-minusnya. Hasilnya kemudian diserahkan ke BP untuk menentukan siapa yang dianggap cocok,'' ujar Sekretaris DPD Partai Demokrat itu. Nama calon wakil bupati yang muncul adalah Tossy Ariyanto, Asroru Maula, Ahmad Edy Susanto, dan Agus Fathuddin Yusuf. Keempatnya juga mendaftar ke PDI-P.
Ada kabar yang menyebutkan Imam Durori, Wakil Bupati Banyumas, dan Aris Wahyudi akan melamar posisi calon wakil bupati. Dua orang itu semula melamar posisi calon bupati ke beberapa partai. Agus mengatakan tim sukses akan dideklarasikan setelah deklarasi pasangan calon bupati-wakil bupati. Tim kini mempersiapkan format tim sukses bersama.
''Kalau ada kabar bahwa koalisi kami akan pecah lagi karena ada yang mau ngebom dengan uang, Insya Allah tidak benar. Ini menyangkut komitmen dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dan masyarakat,'' tandasnya.
Solid
Koalisi kini tambah solid karena beberapa partai nonparlemen bergabung. Di antaranya yang sudah pasti Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Bulan Bintang (PBB), PNI Marhaenis, Partai Pelopor, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), Partai Damai Sejahtera (PDS), dan Partai Bintang Reformasi (PBR).
''Kami punya bukti ketua dan sekretaris PDS sudah tanda tangan mendukung. DPW PBR juga menyatakan ikut kami. Kalau mereka disebutkan bergabung pada calon lain, itu hanya klaim karena kami punya data,'' tuturnya.
Ia menegaskan pihaknya tidak mencampuri agenda partai lain meski calon bupati dan wakil bupati yang akan diusung cenderung sama dengan PDI-P. Mereka sepakat saling menghormati.
''Kalau saling menunggu, tidak baik. Agenda kami harus jalan. Kalau nanti ketemu untuk koalisi, itu proses selanjutnya,'' ujarnya. (G22-27)
Monday, October 22, 2007
Empat Cawabup Melamar ke PDI-P
Selasa, 23 Oktober 2007
* Siapkan Dana Rp 1 M -Rp 2 M
PURWOKERTO-( SM )Dari enam nama calon wakil bupati yang melamar dan lolos verifikasi administrasi di PDI-P Banyumas, ada empat nama yang belakangan ini menguat, bersaing secara ketat.
Yakni Ahmad Edy Susanto, Asroru Maula, Tossy Ariyanto dan Agus Fathuddin Yusuf. Kang Edy (panggilan Ahmad Edy) dan Agus berangkat dari keluarga NU, begitu pula Aroru. Tossy berangkat dari keluarga Demokrat dan diusung Partai Demokrat. Nama yang tak santer disebut dalam percaturan internal partai tersebut maupun partai-partai lain yang akan berkoalisi, yakni Paulus Gunadi dan Prasetyo. Mereka berdua selaku pengacara.
Informasi yang dihimpun, Ahamd Edy yang juga pengusaha terus menjalin komunikasi dengan jajaran PAC, ranting dan sejumlah pengurus DPC. Asroru dikabarkan memiliki ling kuat ke Taufik Kiemas karena lama di Jakarta. Lewat ibunya, Nurkamiliah juga intensif melakukan lobi-lobi dan pendekatan dengan pengurus DPC. Terakhir, beberapa hari lalu, sempat melakukan pertemuan dengan sekitar 800 warga di Cilongok. Hadir juga Cabup Bambang Priyono, Ketua DPC PDI-P, Suherman dan Ahmad Edy.
Berkoalisi
Agus Fathuddin, juga terus melakukan pendekatan dengan jajaran internal DPC dan melalui jaringan kultural NU dan dinilai memilik kedekatan dengan Ketua DPD Jateng Murdoko. Sedangkan Tossy selaku pengusaha, membangun kedekatan lewat jalur Partai Demokrat yang kemungkinan berkoalsi dengan PDI-P, kalau akhirnya PDI-P memilih Bambang selaku calon bupati yang diusung.
Ahmad Edy menyatakan, berkas persyaratan sudah lengkap dan sudah diserahkan ke DPC. Dia juga siap membesarkan PDI-P dan NU secara kultural kalau akhirnya bisa dipasangkan dengan calon PDI-P. "Secara finansial saya juga siap, tapi riilnya ya harus melihat peta selanjutnya," ujarnya.
Informasi yang berkembang, sejak awal dia sudah menyiapkan dana segar antara Rp 1-2 miliar. Kalau sudah pasti memiliki kendaraan (diusung) juga sudah disiapkan tambahan sekitar Rp 7 miliar, termasuk rencana untuk investasi membuka pabrik kompos di Banyumas ke depan.
Agus mengatakan, kendati persaingan berat dan ketat, dia tetap optimis karena prosesnya masih panjang. Saat ini semuanya masih belum pasti. Dari segi pendanaan juga merasa siap, kendati secara riil belum bisa diuangkapkan ke publik. Menunggu waktu yang tepat.
Asroru dan Tossy hingga kemarin belum bisa dimintai keterangan. Dari informasi yang berkembang, keduanya juga siap modal untuk operasional pencalonan. Tossy dikabarkan sudah menyiapkan sekitar Rp 2 miliar dan Asroru antara Rp 2-3 miliar.
Secara terpisah, calon wakil bupati yang namanya tercoret di PDI-P, Sinta Laila menyatakan, dia merasa tidak diperalat oleh kelompok-kelompok yang berencana melakukan protes saat Rakercabsus PDI-P. (G22-55)
* Siapkan Dana Rp 1 M -Rp 2 M
PURWOKERTO-( SM )Dari enam nama calon wakil bupati yang melamar dan lolos verifikasi administrasi di PDI-P Banyumas, ada empat nama yang belakangan ini menguat, bersaing secara ketat.
Yakni Ahmad Edy Susanto, Asroru Maula, Tossy Ariyanto dan Agus Fathuddin Yusuf. Kang Edy (panggilan Ahmad Edy) dan Agus berangkat dari keluarga NU, begitu pula Aroru. Tossy berangkat dari keluarga Demokrat dan diusung Partai Demokrat. Nama yang tak santer disebut dalam percaturan internal partai tersebut maupun partai-partai lain yang akan berkoalisi, yakni Paulus Gunadi dan Prasetyo. Mereka berdua selaku pengacara.
Informasi yang dihimpun, Ahamd Edy yang juga pengusaha terus menjalin komunikasi dengan jajaran PAC, ranting dan sejumlah pengurus DPC. Asroru dikabarkan memiliki ling kuat ke Taufik Kiemas karena lama di Jakarta. Lewat ibunya, Nurkamiliah juga intensif melakukan lobi-lobi dan pendekatan dengan pengurus DPC. Terakhir, beberapa hari lalu, sempat melakukan pertemuan dengan sekitar 800 warga di Cilongok. Hadir juga Cabup Bambang Priyono, Ketua DPC PDI-P, Suherman dan Ahmad Edy.
Berkoalisi
Agus Fathuddin, juga terus melakukan pendekatan dengan jajaran internal DPC dan melalui jaringan kultural NU dan dinilai memilik kedekatan dengan Ketua DPD Jateng Murdoko. Sedangkan Tossy selaku pengusaha, membangun kedekatan lewat jalur Partai Demokrat yang kemungkinan berkoalsi dengan PDI-P, kalau akhirnya PDI-P memilih Bambang selaku calon bupati yang diusung.
Ahmad Edy menyatakan, berkas persyaratan sudah lengkap dan sudah diserahkan ke DPC. Dia juga siap membesarkan PDI-P dan NU secara kultural kalau akhirnya bisa dipasangkan dengan calon PDI-P. "Secara finansial saya juga siap, tapi riilnya ya harus melihat peta selanjutnya," ujarnya.
Informasi yang berkembang, sejak awal dia sudah menyiapkan dana segar antara Rp 1-2 miliar. Kalau sudah pasti memiliki kendaraan (diusung) juga sudah disiapkan tambahan sekitar Rp 7 miliar, termasuk rencana untuk investasi membuka pabrik kompos di Banyumas ke depan.
Agus mengatakan, kendati persaingan berat dan ketat, dia tetap optimis karena prosesnya masih panjang. Saat ini semuanya masih belum pasti. Dari segi pendanaan juga merasa siap, kendati secara riil belum bisa diuangkapkan ke publik. Menunggu waktu yang tepat.
Asroru dan Tossy hingga kemarin belum bisa dimintai keterangan. Dari informasi yang berkembang, keduanya juga siap modal untuk operasional pencalonan. Tossy dikabarkan sudah menyiapkan sekitar Rp 2 miliar dan Asroru antara Rp 2-3 miliar.
Secara terpisah, calon wakil bupati yang namanya tercoret di PDI-P, Sinta Laila menyatakan, dia merasa tidak diperalat oleh kelompok-kelompok yang berencana melakukan protes saat Rakercabsus PDI-P. (G22-55)
Mengembalikan Kerukunan Umat Beragama
oleh: Budhy Munawar-Rachman
(Staf Pengajar Universitas Paramadina Mulya Jakarta)
Dalam tahun-tahun belakangan ini semakin banyak didiskusikan mengenai kerukunan hidup beragama. Diskusi-diskusi ini sangat penting, bersamaan dengan berkembangnya sentimen-sentimen keagamaan, yang setidak-tidaknya telah menantang pemikiran teologi kerukunan hidup beragama itu sendiri, khususnya untuk membangun masa depan hubungan antaragama yang lebih baik--lebih terbuka, adil dan demokratis.
Kita semua tahu, bahwa masalah hubungan antaragama di Indonesia belakangan ini memang sangat kompleks. Banyak kepentingan ekonomi, sosial dan politik yang mewarnai ketegangan tersebut. Belum lagi agama sering dijadikan alat pemecah belah atau disintegrasi, karena adanya konflik-konflik di tingkat elite dan militer.
Tulisan ini tidak akan membahas latar-belakang ekonomi, sosial, dan politik dari kehidupan antaragama di Indonesia belakangan ini--yang memang sudah banyak dianalisis--tetapi justru ingin kembali ke pertanyaan dasar: Adakah dasar teologis yang diperlukan untuk suatu basis kerukunan hidup beragama?
Pertanyaan ini penting, karena selama ini teologi dianggap sebagai ilmu dogmatis, karena menyangkut masalah akidah, sehingga itu tidaklah perlu dibicarakan--apalagi dalam hal antaragama. Sehingga terkesan teologi sebagai ilmu yang tertutup, dan menghasilkan masyarakat beragama yang tertutup. Padahal iklim masyarakat global dan pascamodern dewasa ini lebih bersifat terbuka dan pluralistis.
Eksklusif atau Pluralis?
Memang, dalam sejarah telah lama berkembang doktrin mengenai eksklusivitas agama sendiri: Bahwa agama sayalah yang paling benar, agama lain sesat dan menyesatkan. Pandangan semacam ini masih sangat kental, bahkan sampai sekarang, seperti termuat dalam tidak hanya buku-buku polemis, tetapi juga buku ilmiah.
Rumusan dari Ajith Fernando, teolog kontemporer misalnya masih menarik untuk diungkapkan di sini. Katanya "Other religions are false paths, that mislead their followers" (Agama lain adalah jalan sesat, dan menyesatkan pengikutnya). Ungkapan Ajith Fernando ini memang sangat keras dan langsung tergambar segi keesklusivitasannya. Dan yang menjadikan kita kaget adalah Kitab Suci ternyata dianggapnya membenarkan hal tersebut.
Pandangan eksklusif seperti itu memang bisa dilegitimasikan--atau tepatnya dicarikan legitimasinya--lewat Kitab Suci. Tetapi itu bukan satu-satunya kemungkinan. Sebagai contoh, dalam tradisi Katolik, sejak Konsili Vatikan II (1965), sudah jelaslah bahwa pandangan menjadi sangat terbuka ke arah adanya kebenaran dan keselamatan dalam agama-agama non-Kristiani.
Karl Rahner, teolog besar yang menafsirkan Konsili Vatikan II, merumuskan teologi inklusifnya yang begitu terbuka, kira-kira dengan mengatakan. "Other religions are implicit forms of our own religion" (Agama lain adalah bentuk-bentuk implisit dari agama kita). Tulisan Karl Rahner mengenai ini dibahas dalam bab "Christianity and the Non-Chrisitian Religions" dan "Observations on the Problem of the 'anonymous Christian'," dalam bukunya Theological Investigations, vol. 5 dan 14.
Dalam pemikiran Islam, masalah ini juga terjadi secara ekspresif. Walaupun dalam Islam sejak awal sudah ada konsep "Ahl al-Kitab" (Ahli Kitab) yang memberi kedudukan kurang lebih setara pada kelompok non-muslim, dan ini dibenarkan oleh Alquran sendiri, tetapi selalu saja ada interpretation away--yaitu suatu cara penafsiran yang pada akhirnya menafsirkan sesuatu yang tidak sesuai lagi dengan bunyi tekstual Kitab Suci, sehingga ayat yang inklusif misalnya malah dibaca secara eksklusif.
Perspektif Baru
Kembali pada teologi eksklusif di atas, begitulah, kita baik kaum Muslim maupun umat Kristen telah mewarisi begitu mendalam teologi eksklusif yang rumusan inti ajarannya adalah--seperti ditulis oleh filsuf agama terkemuka Alvin Plantiga--"the tenets of one religions are in fact true; any propositions that are incompatible with these tenets are false" atau John Hick, "The exclusivivits think that their description of God is the true description and the others are mistaken insofar they differ from it."
Karena pandangan tersebut, maka mereka menganggap bahwa hanya ada satu jalan keselamatan: yaitu agama mereka sendiri. Pandangan ini jelas mempunyai kecenderungan fanatik, dogmatis, dan otoriter!!!
Oleh karena itulah diperlukan suatu perspektif baru dalam melihat "Apa yang dipikirkan oleh suatu agama, mengenai agama lain dibandingkan dengan agama sendiri" Perspektif ini akan menentukan apakah seorang beragama itu menganut suatu paham keberagamaan yang eksklusif, inklusif atau pluralis. Apakah ia seorang yang terbuka atau otoriter?
Menganut suatu teologi eksklusif dalam beragama bukan hal yang sulit. Karena secara umum, sepanjang sejarah sebenarnya kebanyakan orang beragama secara eksklusif. Kalau ukurannya adalah Konsili Vatikal II, maka baru sejak 1965 lah secara resmi ada usaha-usaha global untuk memulai perkembangan teologi ke arah yang inklusif.
Dan baru belakangan ini saja berkembang teologi yang lebih pluralis--yang lebih merentangkan inklusivitas ke arah pluralis dengan menekankan lebih luas sisi yang disebut paralelisme dalam agama-agama--yang digali lewat kajian teologi agama-agama.
Teologi pluralis melihat agama-agama lain dibanding dengan agama-agama sendiri, dalam rumusan: Other religions are equally valid ways to the same truth (John Hick); Other religions speak of different but equally valid truths (John B Cobb Jr); Each religion expresses an important part of the truth (Raimundo Panikkar); atau setiap agama sebenarnya mengekspresikan adanya The One in the many (Sayyed Hossein Nasr). Di sini jelas teologi pluralis menolak paham eksklusivisme, sebab dalam eksklusivisme itu ada kecenderungan opresif terhadap agama lain.
Teologi Agama-Agama
Di antara perkembangan baru mengenai teologi pluralis ini, sekarang berkembang suatu cabang ilmu yang disebut teologi agama-agama (theology of religions). Kita perlu memperhatikan perkembangan baru ini, karena dalam teologi ini termuat suatu pijakan modern dalam membangun kerukunan hidup beragama: Suatu pijakan yang berangkat dari kesadaran pentingnya memperhatikan pluralitas dari dalam teologi itu sendiri.
Dewasa ini penerimaan atas pluralisme tidak bisa hanya didasarkan atas kesadaran bahwa kita ini adalah bangsa yang majemuk dari segala segi SARA-nya, sebab kalau ini pijakannya, maka kita sebenarnya berangkat dari kenyataan sosial yang terfragmentasi (terpecah-pecah)--yang karena itu diperlukan pluralisme sebagai cara untuk menghindari kefanatikan, jadi fungsinya hanya sebagai a negative good.
Padahal kebutuhan sekarang bukan hanya karena fakta sosiologis saja, tapi bisakah paham pluralisme itu dibangun karena begitulah faktanya mengenai Kebenaran Agama, bukan hanya karena fakta sosialnya! Pluralisme adalah bagian dari--seperti sering dikatakan Prof Dr Nurcholish Madjid--"pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).
Nah, persis sejalan dengan kebutuhan itu, teologi agama-agama bisa menjelaskan alasan teologisnya mengapa suatu agama perlu masuk dalam dialog antar-agama, yang didalamnya akan didalami bersama partner dialog, "a new depths of understanding of God's saving ways". Di sini teologi agama-agama akan mempersiapkan komunitas beragama dalam kepemimpinan teologis dalam memasuki dialog antaragama itu.
Ini penting sebab sekarang diyakini diktum: Those who know only their own religion, know mone. Those who are not decisively committed to one faith, know no others. To be religious today is to be interreligious! Jika diktum ini sudah diterima, akan lebih mudahlah memasuki dialog antaragama dan selanjutnya segi teologisnya, yang dari sini pemerkayaan iman akan sangat dimungkinkan. Usaha-usaha besar pencarian "Etika Global" dari agama-agama yang populer sejak Sidang Parlemen Agama-agama (1993), menurut saya akan jauh lebih mendasar jika berangkat dari dialog teologis, yang meneguhkan sikap paralelisme itu--yang mengekspresikan kesadaran "Satu Tuhan, dalam banyak jalan".
Saya ingin menutup artikel ini dengan kutipan dari ajaran Sufi. Para sufi tidak saja menegaskan kesatuan wahyu, tetapi juga menganggap diri mereka sendiri sebagai pelindung Islam dan pelindung agama-agama lain. Pemimpin Sufi seperti Jalal al-Din Rumi, misalnya melukiskan pandangan pluralisnya dengan menggunakan gambaran berikut.
"Meskipun ada bermacam-macam agama, tujuannya adalah satu. Apakah Anda tidak tahu bahwa ada banyak jalan menuju ka'bah?...OLeh karena itu apabila yang Anda pertimbangkan adalah jalannya maka sangat beraneka ragam dan sangat tidak terbatas jumlahnya; tetapi apabila yang Anda perimbangkan adalah tujuannya, maka semuanya terarah hanya pada satu tujuan."
Akhirnya dalam spirit kesatuan inilah, kita menghargai keberbedaan. Perbedaan agama-agama ini harus dikenal dan diolah lebih lanjut, karena perbedaan ini secara potensial bernilai dan penting bagi setiap orang beragama dalam pemerkayaan imannya.
Date: Wed, 28 Jun 2000 14:28:53 +0700
From: Mohamad Zaki Hussein
To: is-lam@isnet.org
(Staf Pengajar Universitas Paramadina Mulya Jakarta)
Dalam tahun-tahun belakangan ini semakin banyak didiskusikan mengenai kerukunan hidup beragama. Diskusi-diskusi ini sangat penting, bersamaan dengan berkembangnya sentimen-sentimen keagamaan, yang setidak-tidaknya telah menantang pemikiran teologi kerukunan hidup beragama itu sendiri, khususnya untuk membangun masa depan hubungan antaragama yang lebih baik--lebih terbuka, adil dan demokratis.
Kita semua tahu, bahwa masalah hubungan antaragama di Indonesia belakangan ini memang sangat kompleks. Banyak kepentingan ekonomi, sosial dan politik yang mewarnai ketegangan tersebut. Belum lagi agama sering dijadikan alat pemecah belah atau disintegrasi, karena adanya konflik-konflik di tingkat elite dan militer.
Tulisan ini tidak akan membahas latar-belakang ekonomi, sosial, dan politik dari kehidupan antaragama di Indonesia belakangan ini--yang memang sudah banyak dianalisis--tetapi justru ingin kembali ke pertanyaan dasar: Adakah dasar teologis yang diperlukan untuk suatu basis kerukunan hidup beragama?
Pertanyaan ini penting, karena selama ini teologi dianggap sebagai ilmu dogmatis, karena menyangkut masalah akidah, sehingga itu tidaklah perlu dibicarakan--apalagi dalam hal antaragama. Sehingga terkesan teologi sebagai ilmu yang tertutup, dan menghasilkan masyarakat beragama yang tertutup. Padahal iklim masyarakat global dan pascamodern dewasa ini lebih bersifat terbuka dan pluralistis.
Eksklusif atau Pluralis?
Memang, dalam sejarah telah lama berkembang doktrin mengenai eksklusivitas agama sendiri: Bahwa agama sayalah yang paling benar, agama lain sesat dan menyesatkan. Pandangan semacam ini masih sangat kental, bahkan sampai sekarang, seperti termuat dalam tidak hanya buku-buku polemis, tetapi juga buku ilmiah.
Rumusan dari Ajith Fernando, teolog kontemporer misalnya masih menarik untuk diungkapkan di sini. Katanya "Other religions are false paths, that mislead their followers" (Agama lain adalah jalan sesat, dan menyesatkan pengikutnya). Ungkapan Ajith Fernando ini memang sangat keras dan langsung tergambar segi keesklusivitasannya. Dan yang menjadikan kita kaget adalah Kitab Suci ternyata dianggapnya membenarkan hal tersebut.
Pandangan eksklusif seperti itu memang bisa dilegitimasikan--atau tepatnya dicarikan legitimasinya--lewat Kitab Suci. Tetapi itu bukan satu-satunya kemungkinan. Sebagai contoh, dalam tradisi Katolik, sejak Konsili Vatikan II (1965), sudah jelaslah bahwa pandangan menjadi sangat terbuka ke arah adanya kebenaran dan keselamatan dalam agama-agama non-Kristiani.
Karl Rahner, teolog besar yang menafsirkan Konsili Vatikan II, merumuskan teologi inklusifnya yang begitu terbuka, kira-kira dengan mengatakan. "Other religions are implicit forms of our own religion" (Agama lain adalah bentuk-bentuk implisit dari agama kita). Tulisan Karl Rahner mengenai ini dibahas dalam bab "Christianity and the Non-Chrisitian Religions" dan "Observations on the Problem of the 'anonymous Christian'," dalam bukunya Theological Investigations, vol. 5 dan 14.
Dalam pemikiran Islam, masalah ini juga terjadi secara ekspresif. Walaupun dalam Islam sejak awal sudah ada konsep "Ahl al-Kitab" (Ahli Kitab) yang memberi kedudukan kurang lebih setara pada kelompok non-muslim, dan ini dibenarkan oleh Alquran sendiri, tetapi selalu saja ada interpretation away--yaitu suatu cara penafsiran yang pada akhirnya menafsirkan sesuatu yang tidak sesuai lagi dengan bunyi tekstual Kitab Suci, sehingga ayat yang inklusif misalnya malah dibaca secara eksklusif.
Perspektif Baru
Kembali pada teologi eksklusif di atas, begitulah, kita baik kaum Muslim maupun umat Kristen telah mewarisi begitu mendalam teologi eksklusif yang rumusan inti ajarannya adalah--seperti ditulis oleh filsuf agama terkemuka Alvin Plantiga--"the tenets of one religions are in fact true; any propositions that are incompatible with these tenets are false" atau John Hick, "The exclusivivits think that their description of God is the true description and the others are mistaken insofar they differ from it."
Karena pandangan tersebut, maka mereka menganggap bahwa hanya ada satu jalan keselamatan: yaitu agama mereka sendiri. Pandangan ini jelas mempunyai kecenderungan fanatik, dogmatis, dan otoriter!!!
Oleh karena itulah diperlukan suatu perspektif baru dalam melihat "Apa yang dipikirkan oleh suatu agama, mengenai agama lain dibandingkan dengan agama sendiri" Perspektif ini akan menentukan apakah seorang beragama itu menganut suatu paham keberagamaan yang eksklusif, inklusif atau pluralis. Apakah ia seorang yang terbuka atau otoriter?
Menganut suatu teologi eksklusif dalam beragama bukan hal yang sulit. Karena secara umum, sepanjang sejarah sebenarnya kebanyakan orang beragama secara eksklusif. Kalau ukurannya adalah Konsili Vatikal II, maka baru sejak 1965 lah secara resmi ada usaha-usaha global untuk memulai perkembangan teologi ke arah yang inklusif.
Dan baru belakangan ini saja berkembang teologi yang lebih pluralis--yang lebih merentangkan inklusivitas ke arah pluralis dengan menekankan lebih luas sisi yang disebut paralelisme dalam agama-agama--yang digali lewat kajian teologi agama-agama.
Teologi pluralis melihat agama-agama lain dibanding dengan agama-agama sendiri, dalam rumusan: Other religions are equally valid ways to the same truth (John Hick); Other religions speak of different but equally valid truths (John B Cobb Jr); Each religion expresses an important part of the truth (Raimundo Panikkar); atau setiap agama sebenarnya mengekspresikan adanya The One in the many (Sayyed Hossein Nasr). Di sini jelas teologi pluralis menolak paham eksklusivisme, sebab dalam eksklusivisme itu ada kecenderungan opresif terhadap agama lain.
Teologi Agama-Agama
Di antara perkembangan baru mengenai teologi pluralis ini, sekarang berkembang suatu cabang ilmu yang disebut teologi agama-agama (theology of religions). Kita perlu memperhatikan perkembangan baru ini, karena dalam teologi ini termuat suatu pijakan modern dalam membangun kerukunan hidup beragama: Suatu pijakan yang berangkat dari kesadaran pentingnya memperhatikan pluralitas dari dalam teologi itu sendiri.
Dewasa ini penerimaan atas pluralisme tidak bisa hanya didasarkan atas kesadaran bahwa kita ini adalah bangsa yang majemuk dari segala segi SARA-nya, sebab kalau ini pijakannya, maka kita sebenarnya berangkat dari kenyataan sosial yang terfragmentasi (terpecah-pecah)--yang karena itu diperlukan pluralisme sebagai cara untuk menghindari kefanatikan, jadi fungsinya hanya sebagai a negative good.
Padahal kebutuhan sekarang bukan hanya karena fakta sosiologis saja, tapi bisakah paham pluralisme itu dibangun karena begitulah faktanya mengenai Kebenaran Agama, bukan hanya karena fakta sosialnya! Pluralisme adalah bagian dari--seperti sering dikatakan Prof Dr Nurcholish Madjid--"pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).
Nah, persis sejalan dengan kebutuhan itu, teologi agama-agama bisa menjelaskan alasan teologisnya mengapa suatu agama perlu masuk dalam dialog antar-agama, yang didalamnya akan didalami bersama partner dialog, "a new depths of understanding of God's saving ways". Di sini teologi agama-agama akan mempersiapkan komunitas beragama dalam kepemimpinan teologis dalam memasuki dialog antaragama itu.
Ini penting sebab sekarang diyakini diktum: Those who know only their own religion, know mone. Those who are not decisively committed to one faith, know no others. To be religious today is to be interreligious! Jika diktum ini sudah diterima, akan lebih mudahlah memasuki dialog antaragama dan selanjutnya segi teologisnya, yang dari sini pemerkayaan iman akan sangat dimungkinkan. Usaha-usaha besar pencarian "Etika Global" dari agama-agama yang populer sejak Sidang Parlemen Agama-agama (1993), menurut saya akan jauh lebih mendasar jika berangkat dari dialog teologis, yang meneguhkan sikap paralelisme itu--yang mengekspresikan kesadaran "Satu Tuhan, dalam banyak jalan".
Saya ingin menutup artikel ini dengan kutipan dari ajaran Sufi. Para sufi tidak saja menegaskan kesatuan wahyu, tetapi juga menganggap diri mereka sendiri sebagai pelindung Islam dan pelindung agama-agama lain. Pemimpin Sufi seperti Jalal al-Din Rumi, misalnya melukiskan pandangan pluralisnya dengan menggunakan gambaran berikut.
"Meskipun ada bermacam-macam agama, tujuannya adalah satu. Apakah Anda tidak tahu bahwa ada banyak jalan menuju ka'bah?...OLeh karena itu apabila yang Anda pertimbangkan adalah jalannya maka sangat beraneka ragam dan sangat tidak terbatas jumlahnya; tetapi apabila yang Anda perimbangkan adalah tujuannya, maka semuanya terarah hanya pada satu tujuan."
Akhirnya dalam spirit kesatuan inilah, kita menghargai keberbedaan. Perbedaan agama-agama ini harus dikenal dan diolah lebih lanjut, karena perbedaan ini secara potensial bernilai dan penting bagi setiap orang beragama dalam pemerkayaan imannya.
Date: Wed, 28 Jun 2000 14:28:53 +0700
From: Mohamad Zaki Hussein
To: is-lam@isnet.org
Sunday, October 21, 2007
Mengungkap Ajaran Siti Jenar
Jumat, 18 Mei 2007,
Sosok Syekh Siti Jenar yang banyak dimitoskan pelan-pelan terkuak. Beberapa penelitian menyingkap sosok dan ajarannya. Benarkah dia sosok yang murtad dari sudut pandang agama? Selasa lalu (15/5) Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) berbincang-bincang dengan Agus Sunyoto, penulis 7 jilid buku fiksi sejarah tentang tokoh kontroversial tersebut.
-----------
Seperti apa riwayat ketertarikan Anda meneliti sosok Syekh Siti Jenar?
Kakek saya dari pihak ibu adalah orang Jombang. Dia mengaku mengamalkan ajaran Syekh Siti Jenar. Ketika saya tanya dari mana memperoleh pengetahuan itu, dia jawab, "Lho, saya kan santri Tebu Ireng angkatan pertama!"
Dia meninggal 1995 dalam usia 105 tahun. Satu-satunya guru yang dia ikuti ajarannya sampai saat itu adalah almarhum KH Hasyim Asyari. "Berarti Mbah Hasyim mengajarkan soal ini, dong?" tanya saya. "Lha, iya!" katanya.
Saya berpikir, dari mana dia dapat itu kalau bukan dari Mbah Hasyim langsung. Tapi saya masih ragu: masak Mbah Hasyim mengajarkan itu?! Dari beberapa sumber lain, saya mendapat jawaban yang sama. Jadi, saya berkesimpulan benar bahwa Mbah Hasyim mengajarkan itu.
Apakah ajaran Siti Jenar masih berjejak dalam masyarakat Jawa saat ini?
Ada. Itu terlihat dari adanya guru-guru tarekat atau kebatinan dari kalangan pribumi. Sebelum Siti Jenar, masyarakat pribumi tidak boleh menjadi guru (tarekat). Setelah itu, baru boleh.
Unsur-unsur apa dari ajaran Siti Jenar yang masih tampak dalam tarekat yang mengklaim tersambung dengan dirinya?
Egalitarianisme. Mereka egaliter sekali. Tarekat mereka tidak mengenal mursyid-mursyid yang diagungkan. Kalau mereka berdiskusi soal-soal teologis, maka kedudukan guru tidak ada sama sekali. Semua orang adalah lawan bicara. Jadi, tidak ada kultus mursyid.
Adakah ciri lainnya?
Ada. Cara mereka menuju Tuhan sangat individualistik. Toh, Nabi Muhammad ketemu Tuhan dengan cara sendirian di Gua Hira. Mereka tidak rame-rame. Kalau dilakukan rame-rame, itu namanya demonstrasi, bukan mencari Tuhan. Ketiga, masing-masing pengikut tarekat ini tidak saling kenal, dan ajaran-ajarannya disampaikan secara rahasia.
Doktrin apa yang tampak paling mencolok dari tarekat mereka?
Yang utama soal tauhid. Pemahaman tentang ini agak beda dengan pemahaman awam. Tuhan bagi mereka adalah sesuatu yang tidak terdefinisikan. Laitsa kamitslihi syai’un atau Dia adalah yang tidak bisa digambarkan. Siti Jenar juga mengatakan bahwa ke-99 sifat Tuhan di dalam asma’ul husna itu juga ada potensi-potensinya dalam diri semua manusia.
Manusia punya sifat sabar karena Allah punya sifat as-Shabûr (Mahasabar). Manusia sombong karena memang ada sifat al-mutakabbir (Mahasombong) pada Allah.
Ada juga sifat ad-Dhâr, Yang Maha membuat bahaya. Lah, manusia itu kan sering melakukan hal yang membahayakan orang lain maupun dirinya. Jadi, bagi Siti Jenar, tanpa adanya manusia, tidak ada asma’ul husna, karena dia juga mengejawantah di dalam diri manusia.
Pandangan teologis Siti Jenar itu qadariyah, jabariyah, atau apa?
Tidak itu semua. Bagi dia, orang yang mengamalkan ajarannya haruslah hidup dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari situ dapat dibuktikan bagaimana citra insan kamil (manusia sempurna) itu mengejawantahkan sifat-sifat Tuhan. Artinya, manusia adalah cerminan Tuhan.
Karena itu, manusia harus mengamalkan watak as-Shabûr, al-`Âdil, al-Hakîm, dan watak-watak Tuhan lainnya.
Siti Jenar punya struktur berpikir yang sederhana. Misalnya, dia bicara soal al-khâliq, Mahapencipta atau Sang Pencipta. Kata ini terdiri atas tiga huruf: kha’, lam, qaf. Dari kata khâliq itu justru ada ciptaan atau al-khalq. Jadi, ada pencipta dan ada ciptaan.
Karena itu, munculnya khalq atau ciptaan berasal dari kha-la-qa dan al-khâliq. Hurufnya masih sama: kha’, lam, dan qaf. Nah, bagaimana cara si khalq menuju khâliq?
Jadi?
Ada perantara bernama khuluq, budi pekerti. Khuluq-nya siapa? Khuluq yang karim (budi pekerti yang mulia). Semakin seseorang tak bisa mengejawantahkan khuluq itu, makin jauh dia dari Tuhan. Kalau khuluq-nya jelek, ya mesti jauh dari khâliq. Kalau mau dekat, ya harus mencerminkan perilaku sang khâliq.
Apa standar khuluq-nya di situ?
Ya, perbutan sehari-hari. Ritual salat misalnya, (yang penting) efeknya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tanhâ `anil fahsyâ’i wal munkar (menjauhkan dari perbuatan keji dan munkar, Red). Khuluq itu ada dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, orang tidak boleh mengasingkan diri dari kehidupan dan masyarakat. Khairun nas anfa`uhum lin nas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, Red). Makin banyak manfaatnya akan makin bagus; makin mulia. Makin banyak mudaratnya, makin jelek orangnya.
Lalu fungsi ritual agama seperti apa?
Kalau kembali ke syariat, satu-satunya agama yang mensyaratkan uji empiris adalah Islam. Semuanya empiris, dan yang tidak empiris tidak diakui. Orang yang beriman harus jelas: diyakini di dalam hati, lalu diucapkan dengan lisan.
Pengujinya apa? Perbutan! Kalau ucapanmu tak sesuai dengan tindakanmu, maka stempelmu adalah munafik. Itu empiris! Jadi, dasar pertama adalah uji empiris. Sampai menyangkut soal salat. Untuk menandai kamu Islam, ya salat. As-salâtu `imadud dîn, salat itu tiang agama. Jadi, ujinya empiris.
Di mana titik polemis antara Siti Jenar dan para wali lainnya?
Tidak ada (dalam soal itu). Tapi, Siti Jenar juga mengajarkan unsur tarekat yang di dalamnya terkandung pengetahuan-pengetahuan spiritual. Yang namanya spiritualitas itu kan tidak bisa dibuktikan secara empiris. Sementara, bagi ulama yang berpikiran feqih atau syariat-sentris, pengalaman spiritual itu bersifat sangat pribadi. Bagaimana membuktikannya?!
Kalau sudah fana ketemu Tuhan, apa tandanya? Karena itu, susah memahami ungkapan sosok seperti al-Hallaj, wamâ fî jubbatî illalLâh, tidak ada lain dalam jubahku kecuali Allah. Atau ungkapan anal haq! (akulah Sang Kebenaran) dan ungkapan lainnya.
Semua itu tidak bisa dibuktikan secara empiris. Makanya, itu dianggap salah. Karena standar ujinya empirisisme.
Apa beda teori penciptaan Siti Jenar dengan teori pancaran atau emanasi dari Ibu Sina?
Dalam pandangan Siti Jenar, munculnya segala makhluk berasal dari itu tadi: khâliq menjadi khalq. Kemudian, ada juga istilah ma`bûd (sembahan) dengan `âbid (penyembah). Hurufnya sama.
Bagi Siti Jenar, ada tuan dan ada hamba. Di antara keduanya ada yang bernama `ibâd (kawula). Dari sini juga muncul kata ibadah. Jadi, hubungannya lurus; harus lurus. Kalau hubungan `ibâd dengan ma`bûd makin tidak lurus, itulah yang dinamakan bid’ah.
Jadi, bid’ah tak dimaknai sebagai sesuatu yang ditambah-tambahi dalam agama. Standarnya tidak fikih. Kalau sesuatu menyimpang dari tauhid, itu baru bid’ah.
Kalau orang melakukan ibadah, misalnya, sedekah, untuk pamer-pamer, bukan untuk ma`bûd-nya, itu bid’ah, pamer! Ayo tivi, shooting saya yang nyantuni anak yatim! Itu bid’ah namanya. Itulah pemaknaan Siti Jenar.
Untuk memperantarai hubungan khâliq dengan khalq, ada konsep nur muhammad. Anda memaknainya sebagai "cahaya yang terpuji", bukan cahaya Nabi Muhammad. Mengapa?
Itu pemaknaan Siti Jenar. Nama Muhammad itu kan terhitung baru. Sebelum Islam, tak ada orang Arab bernama Muhammad. Dan yang menyampaikan konsep nur muhammad juga bukan Nabi Muhammad. Ini konsep perantara untuk penciptaan awal.
Nur muhammad inilah yang oleh Siti Jenar dianggap sebagai cara pemunculan hakikat muhammadiyah.
Ceritanya begini. Taruhlah nur muhammad itu biji nangka yang sudah ada konsep buah, daun, batang, dan lainnya. Itu sudah ada. Tapi dia dibungkus dalam biji nangka. Nah, hakikat muhammadiyah baru ada kalau buah itu ditanam, tumbuh, dan betul-betul menunjukkan ada konsep daun, batang, akar, dan lain sebagainya.
Jadi, konsep nur muhammad itu tidak bermakna eksklusif bahwa penciptaan harus lewat jalur Nabi Muhammad. Menurut Siti Jenar, seluruh makhluk, apa pun agama dan jenisnya, berasal dari konsep nur muhammad itu.
Bagaimana sikap Siti Jenar terhadap keragaman budaya lokal di Jawa?
Dia justru mengakomodasi itu semua. Karena itu, terhadap agama Kapitayan, agama tauhid pra-Hindu, dia langsung ambil-alih. Bagi dia, untuk menyebarkan Islam, ini sama saja. Tapi dia juga memodifikasi. Kalau untuk menyembah Tuhan, bagi dia tak usah pakai istilah salat. Sebab, agama Kapitayan sudah pakai istilah sembah Hyang. Kata itu lalu dipakai. Hyang itu dalam bahasa Kawi artinya dewa. (moh guntur romli)
Agus Sunyoto
<
Sosok Syekh Siti Jenar yang banyak dimitoskan pelan-pelan terkuak. Beberapa penelitian menyingkap sosok dan ajarannya. Benarkah dia sosok yang murtad dari sudut pandang agama? Selasa lalu (15/5) Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) berbincang-bincang dengan Agus Sunyoto, penulis 7 jilid buku fiksi sejarah tentang tokoh kontroversial tersebut.
-----------
Seperti apa riwayat ketertarikan Anda meneliti sosok Syekh Siti Jenar?
Kakek saya dari pihak ibu adalah orang Jombang. Dia mengaku mengamalkan ajaran Syekh Siti Jenar. Ketika saya tanya dari mana memperoleh pengetahuan itu, dia jawab, "Lho, saya kan santri Tebu Ireng angkatan pertama!"
Dia meninggal 1995 dalam usia 105 tahun. Satu-satunya guru yang dia ikuti ajarannya sampai saat itu adalah almarhum KH Hasyim Asyari. "Berarti Mbah Hasyim mengajarkan soal ini, dong?" tanya saya. "Lha, iya!" katanya.
Saya berpikir, dari mana dia dapat itu kalau bukan dari Mbah Hasyim langsung. Tapi saya masih ragu: masak Mbah Hasyim mengajarkan itu?! Dari beberapa sumber lain, saya mendapat jawaban yang sama. Jadi, saya berkesimpulan benar bahwa Mbah Hasyim mengajarkan itu.
Apakah ajaran Siti Jenar masih berjejak dalam masyarakat Jawa saat ini?
Ada. Itu terlihat dari adanya guru-guru tarekat atau kebatinan dari kalangan pribumi. Sebelum Siti Jenar, masyarakat pribumi tidak boleh menjadi guru (tarekat). Setelah itu, baru boleh.
Unsur-unsur apa dari ajaran Siti Jenar yang masih tampak dalam tarekat yang mengklaim tersambung dengan dirinya?
Egalitarianisme. Mereka egaliter sekali. Tarekat mereka tidak mengenal mursyid-mursyid yang diagungkan. Kalau mereka berdiskusi soal-soal teologis, maka kedudukan guru tidak ada sama sekali. Semua orang adalah lawan bicara. Jadi, tidak ada kultus mursyid.
Adakah ciri lainnya?
Ada. Cara mereka menuju Tuhan sangat individualistik. Toh, Nabi Muhammad ketemu Tuhan dengan cara sendirian di Gua Hira. Mereka tidak rame-rame. Kalau dilakukan rame-rame, itu namanya demonstrasi, bukan mencari Tuhan. Ketiga, masing-masing pengikut tarekat ini tidak saling kenal, dan ajaran-ajarannya disampaikan secara rahasia.
Doktrin apa yang tampak paling mencolok dari tarekat mereka?
Yang utama soal tauhid. Pemahaman tentang ini agak beda dengan pemahaman awam. Tuhan bagi mereka adalah sesuatu yang tidak terdefinisikan. Laitsa kamitslihi syai’un atau Dia adalah yang tidak bisa digambarkan. Siti Jenar juga mengatakan bahwa ke-99 sifat Tuhan di dalam asma’ul husna itu juga ada potensi-potensinya dalam diri semua manusia.
Manusia punya sifat sabar karena Allah punya sifat as-Shabûr (Mahasabar). Manusia sombong karena memang ada sifat al-mutakabbir (Mahasombong) pada Allah.
Ada juga sifat ad-Dhâr, Yang Maha membuat bahaya. Lah, manusia itu kan sering melakukan hal yang membahayakan orang lain maupun dirinya. Jadi, bagi Siti Jenar, tanpa adanya manusia, tidak ada asma’ul husna, karena dia juga mengejawantah di dalam diri manusia.
Pandangan teologis Siti Jenar itu qadariyah, jabariyah, atau apa?
Tidak itu semua. Bagi dia, orang yang mengamalkan ajarannya haruslah hidup dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari situ dapat dibuktikan bagaimana citra insan kamil (manusia sempurna) itu mengejawantahkan sifat-sifat Tuhan. Artinya, manusia adalah cerminan Tuhan.
Karena itu, manusia harus mengamalkan watak as-Shabûr, al-`Âdil, al-Hakîm, dan watak-watak Tuhan lainnya.
Siti Jenar punya struktur berpikir yang sederhana. Misalnya, dia bicara soal al-khâliq, Mahapencipta atau Sang Pencipta. Kata ini terdiri atas tiga huruf: kha’, lam, qaf. Dari kata khâliq itu justru ada ciptaan atau al-khalq. Jadi, ada pencipta dan ada ciptaan.
Karena itu, munculnya khalq atau ciptaan berasal dari kha-la-qa dan al-khâliq. Hurufnya masih sama: kha’, lam, dan qaf. Nah, bagaimana cara si khalq menuju khâliq?
Jadi?
Ada perantara bernama khuluq, budi pekerti. Khuluq-nya siapa? Khuluq yang karim (budi pekerti yang mulia). Semakin seseorang tak bisa mengejawantahkan khuluq itu, makin jauh dia dari Tuhan. Kalau khuluq-nya jelek, ya mesti jauh dari khâliq. Kalau mau dekat, ya harus mencerminkan perilaku sang khâliq.
Apa standar khuluq-nya di situ?
Ya, perbutan sehari-hari. Ritual salat misalnya, (yang penting) efeknya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tanhâ `anil fahsyâ’i wal munkar (menjauhkan dari perbuatan keji dan munkar, Red). Khuluq itu ada dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, orang tidak boleh mengasingkan diri dari kehidupan dan masyarakat. Khairun nas anfa`uhum lin nas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, Red). Makin banyak manfaatnya akan makin bagus; makin mulia. Makin banyak mudaratnya, makin jelek orangnya.
Lalu fungsi ritual agama seperti apa?
Kalau kembali ke syariat, satu-satunya agama yang mensyaratkan uji empiris adalah Islam. Semuanya empiris, dan yang tidak empiris tidak diakui. Orang yang beriman harus jelas: diyakini di dalam hati, lalu diucapkan dengan lisan.
Pengujinya apa? Perbutan! Kalau ucapanmu tak sesuai dengan tindakanmu, maka stempelmu adalah munafik. Itu empiris! Jadi, dasar pertama adalah uji empiris. Sampai menyangkut soal salat. Untuk menandai kamu Islam, ya salat. As-salâtu `imadud dîn, salat itu tiang agama. Jadi, ujinya empiris.
Di mana titik polemis antara Siti Jenar dan para wali lainnya?
Tidak ada (dalam soal itu). Tapi, Siti Jenar juga mengajarkan unsur tarekat yang di dalamnya terkandung pengetahuan-pengetahuan spiritual. Yang namanya spiritualitas itu kan tidak bisa dibuktikan secara empiris. Sementara, bagi ulama yang berpikiran feqih atau syariat-sentris, pengalaman spiritual itu bersifat sangat pribadi. Bagaimana membuktikannya?!
Kalau sudah fana ketemu Tuhan, apa tandanya? Karena itu, susah memahami ungkapan sosok seperti al-Hallaj, wamâ fî jubbatî illalLâh, tidak ada lain dalam jubahku kecuali Allah. Atau ungkapan anal haq! (akulah Sang Kebenaran) dan ungkapan lainnya.
Semua itu tidak bisa dibuktikan secara empiris. Makanya, itu dianggap salah. Karena standar ujinya empirisisme.
Apa beda teori penciptaan Siti Jenar dengan teori pancaran atau emanasi dari Ibu Sina?
Dalam pandangan Siti Jenar, munculnya segala makhluk berasal dari itu tadi: khâliq menjadi khalq. Kemudian, ada juga istilah ma`bûd (sembahan) dengan `âbid (penyembah). Hurufnya sama.
Bagi Siti Jenar, ada tuan dan ada hamba. Di antara keduanya ada yang bernama `ibâd (kawula). Dari sini juga muncul kata ibadah. Jadi, hubungannya lurus; harus lurus. Kalau hubungan `ibâd dengan ma`bûd makin tidak lurus, itulah yang dinamakan bid’ah.
Jadi, bid’ah tak dimaknai sebagai sesuatu yang ditambah-tambahi dalam agama. Standarnya tidak fikih. Kalau sesuatu menyimpang dari tauhid, itu baru bid’ah.
Kalau orang melakukan ibadah, misalnya, sedekah, untuk pamer-pamer, bukan untuk ma`bûd-nya, itu bid’ah, pamer! Ayo tivi, shooting saya yang nyantuni anak yatim! Itu bid’ah namanya. Itulah pemaknaan Siti Jenar.
Untuk memperantarai hubungan khâliq dengan khalq, ada konsep nur muhammad. Anda memaknainya sebagai "cahaya yang terpuji", bukan cahaya Nabi Muhammad. Mengapa?
Itu pemaknaan Siti Jenar. Nama Muhammad itu kan terhitung baru. Sebelum Islam, tak ada orang Arab bernama Muhammad. Dan yang menyampaikan konsep nur muhammad juga bukan Nabi Muhammad. Ini konsep perantara untuk penciptaan awal.
Nur muhammad inilah yang oleh Siti Jenar dianggap sebagai cara pemunculan hakikat muhammadiyah.
Ceritanya begini. Taruhlah nur muhammad itu biji nangka yang sudah ada konsep buah, daun, batang, dan lainnya. Itu sudah ada. Tapi dia dibungkus dalam biji nangka. Nah, hakikat muhammadiyah baru ada kalau buah itu ditanam, tumbuh, dan betul-betul menunjukkan ada konsep daun, batang, akar, dan lain sebagainya.
Jadi, konsep nur muhammad itu tidak bermakna eksklusif bahwa penciptaan harus lewat jalur Nabi Muhammad. Menurut Siti Jenar, seluruh makhluk, apa pun agama dan jenisnya, berasal dari konsep nur muhammad itu.
Bagaimana sikap Siti Jenar terhadap keragaman budaya lokal di Jawa?
Dia justru mengakomodasi itu semua. Karena itu, terhadap agama Kapitayan, agama tauhid pra-Hindu, dia langsung ambil-alih. Bagi dia, untuk menyebarkan Islam, ini sama saja. Tapi dia juga memodifikasi. Kalau untuk menyembah Tuhan, bagi dia tak usah pakai istilah salat. Sebab, agama Kapitayan sudah pakai istilah sembah Hyang. Kata itu lalu dipakai. Hyang itu dalam bahasa Kawi artinya dewa. (moh guntur romli)
Agus Sunyoto
<
Subscribe to:
Posts (Atom)