Thursday, February 7, 2008

Tertangkapnya Penculik Aidil (1)

logo SUARA MERDEKA
Line
Jumat, 08 Februari 2008 NASIONAL
Line


Saat akan merayakan ultah ke-9 di sekolahnya, Senin (4/2), Aidil Mohammad Fiqar diculik oleh Hadi Sukaryo, rekan ayah korban. Bagaimana liku-liku penangkapan pelaku, berikut laporannya.

UNTUK anak seusianya, Aidil Mohammad Fiqar (9) boleh dikata sebagai bocah pemberani. Bayangkan selama dibawa orang yang menculiknya, siswa kelas 3A SDN I Padamara, Purbalingga itu tak menampakkan rona wajah ketakutan.

Saat terjadi aksi kejar-kejaran mobil bak film-film laga, Aidil tak meronta, merengek, atau menangis. Bahkan saat polisi melepaskan tembakan untuk menghentikan mobil yang ditumpanginya bersama Hadi Sukaryo (39), tersangka penculik, Aidil tenang-tenang saja.

Barangkali, dia belum paham benar peristiwa yang menimpanya. Makanya, ketika dipertemukan dengan ayahnya, Junjung (37) di Mapolda Jateng, Rabu (6/2) sore, Aidil biasa-biasa saja.

"Saya tidak takut kok. Saya dibelikan makanan dan pakaian sama Om-nya. Saya juga dibelikan obat. Aidil kan sakit asma," kata dia polos ketika sejumlah wartawan menanyakan perasaannya ketika dibawa "jalan-jalan" sama Hadi Sukaryo.

Om yang dimaksud Aidil adalah Hadi. Hingga polisi menangkap tersangka pun, Aidil masih belum paham siapa sebenarnya dan apa maksud si-Om mengajaknya keliling kota dengan mobil Opel Blazer H-8875-TC.

Justru Junjunglah yang tak bisa menahan haru ketika polisi mempertemukan dia dengan buah hatinya tersebut. Melihat anaknya sehat dan selamat, Manager Objek Wisata Akuarium Raksasa Pancuran Mas Desa Purbayasa, Padamara, Purbalingga itu tak kuasa menahan air mata.

Aidil juga gamblang menceritakan pengalamannya selama diajak pergi tersangka.

Meski tidak tahu nama pasti tempat yang dituju, anak itu masih ingat lokasi-lokasi yang pernah mereka sambangi.

"Saya diajak ke hutan, terus lihat perahu besar di laut. Kemudian makan di KFC, dan diajak tidur di hotel. Katanya, Aidil mau dikasih surprise ulang tahun," ujarnya dengan mimik serius.

Hutan yang dimaksud tak lain adalah kawasan wisata Kopeng. Di sana mobil tersangka ditembak empat kali oleh polisi yang memburunya, setelah diadang dan tak mau berhenti. Dia juga menuturkan, saat diturunkan di sekitar Mapolsek Godong, Grobogan, pelaku memberi uang Rp 50.000.

"Saya juga diberi tulisan nomer telepon. Katanya itu nomer telepon papa. Setelah itu saya ditinggal pergi."

Takut Ditembak

Aidil diturunkan di tengah jalan tak jauh dari Mapolsek Godong, lantaran tersangka mengaku takut setelah polisi mengejar dan menembaknya. "Saya takut sekali waktu itu. Apalagi saat polisi mengejar dan menembak mobil yang saya tumpangi," kata tersangka.

Dia sama sekali tak menyangka, polisi dapat secepat itu mengendus keberadaanya. Padahal, rencana sudah dia susun matang. Mulai dari penjemputan korban di sekolahannya, meminta uang tebusan Rp 400 juta, mengarahkan tempat transaksi, hingga lokasi persembunyian selama membawa Aidil.

Namun, berkat kerja keras petugas gabungan Polwil Banyumas, Polres Purbalingga, Resmob Polwiltabes Semarang, Resmob Polda Jateng, dan Polsek Ungaran, warga Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, itu berhasil diamankan.

"Atas nama pribadi dan keluarga, saya mengucapkan banyak terima kasih sama Bapak-bapak polisi, masyarakat, juga teman-teman wartawan yang telah banyak membantu, hingga anak saya dapat ditemukan dalam keadaan selamat," tandas Junjung.

Junjung pantas mengucapkan itu, sebab tidak hanya Aidil yang ditemukan. Pelaku penculikan pun berhasil didapatkan. Uang tebusan juga tak jadi melayang. Sejumlah polisi yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, dalam pengungkapan kasus penculikan itu juga bisa menghela nafas panjang.

Tak terkecuali, Kasat 1 Opsnal Ditreskim Polda Jateng AKBP Nelson Pardamean Purba, Kanit Resmob Polda Jateng AKP Puji Sumarsono SH MH, dan Kapolsek Ungaran AKP Sukiyono SH MH, yang juga pernah menjabat sebagai Kanit Resmob Polwiltabes Semarang. Maklum, meski terjadi penculikan, aksi kejar-kejaran mobil, penembakan, dan penghadangan, tidak ada korban luka. Aidil selamat dan Hadi Sukaryo berhasil ditangkap.

Omnya Baik

Berbeda dari umumnya anak yang habis diculik, Aidil tidak menunjukkan takut bertemu orang lain. Seolah tidak terjadi sesuatu yang menyita perhatian banyak orang padanya.

Itu terlihat saat dia dipertemukan dengan wartawan di Mapolsek Padamara, Rabu malam lalu. ''Waktu di sekolah saya dijemput sama om. Saya tidak tahu namanya. Katanya, mau lihat tante yang melahirkan. Omnya sendirian di mobil. Saya sebenarnya tidak mau, tetapi malah disuruh Bu Guru ikut saja. Terus di mobil saya diajak ke Semarang, bilangnya surprise,'' ujar Aidil.

Dalam perjalanan ke Semarang ia diajak berbelanja pakaian dulu di swalayan Dieng. Setelah itu ke Semarang. Aidil tidak paham jika dia diculik dan tidak pernah diperlakukan kasar. ''Saya nggak takut sama om karena omnya baik,'' tuturnya lugu.

Hingga siang itu ia disuruh turun di pinggir jalan yang cukup ramai. ''Omnya bilang, Dil, kamu turun di sini ya. Kamu nanti ke kantor polisi. Om mau pergi dulu. Lalu saya dikasih uang Rp 50.000. Saya bilang sama om kalau pengin pulang. Omnya bilang, besok ya,'' kata siswa kelas 3 SDN 1 Padamara itu.

Kapolres AKBP Budi Siswanto menilai wajar jika tersangka pandai mengambil hatinya. ''Mungkin karena dia punya anak kecil. Jadi sudah tahu cara menghadapi mereka,'' kata Kapolres.

Tidak Kenal

Junjung, ayah Aidil mengaku tidak terlalu kenal dengan pelaku. Dia bertemu Hadi tiga kali setahun silam. Dua kali di percetakan dan sekali di Purbasari. Saat itu pelaku menawari kerja sama percetakan.

''Dia ingin menjual produk tetapi saya tidak mau. Dia juga tak kenal anak saya. Setelah membawa pergi anak saya, ia mengirim SMS minta tebusan Rp 400 juta. Tapi karena terlalu tinggi, ia minta separo dulu, yang penting segera dikirim,'' ungkapnya.

Dalam SMS berikutnya pelaku meminta Junjung tidak melibatkan orang lain. Sebab, risiko dia sama dengan risiko atas anaknya. SMS itulah yang membuat dia meminta wartawan tidak mengekspos dulu penculikan tersebut. Ia takut pelaku berbuat nekat.

Namun selama berkomunikasi melalui SMS atau sesekali berbicara langsung, pelaku tidak pernah mengeluarkan ancaman atau bicara kasar. Ketika Junjung menelepon yang menjawab malah Aidil. Itu membuat hati Junjung dan keluarganya tenang.''Saya merasa selama ini tidak punya masalah dengannya,'' ujarnya.(Fahmi ZM, Adi Prianggoro, Riyono Toepra, Arief Nugroho-77,27)
Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga
Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas
Budaya | Wacana
Cybernews | Berita Kemarin
Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA

No comments: