Monday, December 1, 2008

Pesona Babileta di Bukit Lenin

Minggu, 26 Oktober 2008 pukul 09:15:00


Berkunjung ke kota termahal di dunia, Moskow, tidak afdol bila tidak berziarah ke Kremlin dan lapangan merah. Tapi, juga tidak lengkap kalau tidak berfotoria di Leninsky Gory, atau Bukit Lenin. Bertepatan dengan musim gugur, bukit kejayaan komunis ini sering disebut-sebut sebagai salah satu titik paling romantis di dunia.

Pada akhir Ramadhan, atau minggu pertama Oktober 2008, bumi bagian utara sudah resmi memasuki musim gugur. Daun-daun menguning dan dimanapun Anda pergi, akan melihat bagaimana genitnya ciptaan Tuhan itu melayang-layang untuk kemudian bersujud di bumiNya. Dalam hitungan hari ke depan semua pohon akan meranggas, melepas semua atributnya untuk berpuasa hingga datangnya musim semi, setengah tahun ke depan.

Uniknya, setelah dihantam hawa dingin yang hampir mencapai titik nol selama Ramadan, kota Moskow kembali menghangat. Sampai dengan sepertiga bulan Oktober lalu temperatur bisa mencapai 20 derajat Celcius. Matahari kembali mencorong dan bersahabat. Mantel dingin sementara ditanggalkan, cukup mengenakan jaket tipis. Bahkan angin dari kutub utara pun seolah berhenti sejenak. Inilah yang sering disebut masyarakat Rusia dengan Babileta, atau menurut orang Amerika Serikat (AS), sebagai Indian Summer.

Tentu saja, semua orang tidak akan menyia-nyiakan suasana hangat sesaat itu. Sebab, dapat dipastikan, begitu Babileta pergi maka dunia akan semakin kelam. Matahari menjadi enggan muncul dan langitpun seolah mendung tanpa henti. Belum lagi hawa dingin dan hujan yang membuat aktivitas semakin sempit. Pada saat demikian, bagi yang berduit tentu lebih suka pergi melancong ke tempat yang panas, sebagaimana layaknya naluri aneka unggas (burung).

Bagi orang Moskow dan pelancong yang kebetulan singgah di kota termahal di dunia itu, Babileta adalah saat yang tepat untuk berkunjung ke Leninsky Gory, sebuah tempat tertinggi di Moskow yang terdiri dari bukit-bukit kecil dan bisa memandang dengan lepas kota yang menjadi modern dalam waktu singkat itu. Keindahan alamnya ditopang oleh kontur tanah yang naik turun dan dipadukan dengan arsitektur maupun pengelolaan taman yang sangat elok. Inilah salah satu surga yang diturunkan Tuhan di tanah komunis.

Untuk mencapai Bukit Lenin dari pusat kota, hanya diperlukan waktu sekitar 20 menit dengan mobil pribadi, atau setengah jam dengan ankutan umum. Dengan jarak 13 km dan transportasi yang saat ini sudah mulai modern, bukit itu sangat mudah dijangkau. Bahkan, kadang terlihat gerombolan anak muda yang dengan sengaja jalan kaki atau bersepeda sambil menikmati suasana alam dan lingkungan yang indah.

Empat kilometer menuju bukit kejayaan komunis itu lingkungan yang diciptakan sudah mulai terasa eloknya. Begitu belok kanan dari patung kosmonot Gagarin, jalan enam jalur dibelah dengan pepohonan yang diatur dengan rapinya. Baik jarak, besar dan rindangnya, direkayasa sedemikian rupa sehingga semuanya menjadi mirip.

Pada musim gugur, daun-daunnya menjadi kuning dan setiap detik ada saja yang berjatuhan. Di tengah-tengah rentetan pepohonan tadi dibuat jogging track yang dilapisi beton. Orang tua maupun anak muda terlihat menikmati suasana area itu, baik dengan bercanda, memotret maupun membaca buku.

Tiba di bagian atas bukit Lenin suasana yang terbangun adalah perpaduan antara man-made dan God-made -- ciptaan manusia dan ciptaan Tuhan. Hanya dua kata yang mampu menggambarkannya: luar biasa. Di sisi kiri terlihat lapangan sangat luas yang di belakangnya berdiri bangunan kampus MGU atau Moskow State University. Universitas paling terkemuka di Moskow ini memiliki arsitektur dan nilai politis yang tinggi.

Vysotki
Bangunan menjulang dengan gayanya yang modern yang dibangun pada tahun 50-an adalah salah satu dari the Seven Sisters atau Vysotki yang sangat terkenal itu. Diresmikan tahun 1953, gedung ini merupakan bangunan tertinggi (240 meter) di Eropa sampai dengan 1990 dan hingga kini masih merupakan salah satu bangunan tertinggi di dunia.

Pembangunannya dilakukan oleh 14.290 pekerja yang utamanya adalah para tawanan perang dan menghabiskan 40 ribu metrik ton baja. Setiap ujungnya yang semakin meruncing mengingatkan kita pada stupa-stupa candi Borobudur.

Bangunan megah berwibawa tersebut sengaja dibuat oleh Lenin dengan para arsitek pilihan saat itu untuk semata-mata menunjukkan bahwa Soviet tidak kalah dengan Amerika Serikat (The Manhattan Municipal Building, 1915) dan Inggris (The Royal Liver Building, 1911). Penempatannya di bukit tertinggi di Moskow tentulah bukan sebuah kebetulan semata, namun merupakan campur tangan orang nomor wahid di Soviet saat itu.

Di bagian kanan jalan yang berdempetan dengan lereng bukit, sengaja dibuat trotoar yang lebarnya 20 meter sepanjang seratusan meter. Di tengah-tengahnya terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan aneka souvenir khas Rusia seperti boneka matrioshka, jam kuno zaman komunis, topi bulu hingga gantungan kunci. Semua berjajar rapi dengan lapak yang sama.

Terlihat para pengunjung mengerubungi semua lapak yang ada sambil menawar. Maklum saja harga souvenir di sini setinggi langit, sehingga bagi yang ahli menawar, harga bisa turun dibawah 50 persen. Dari belakang para penjaja itulah para pengunjung biasanya mengambil gambar dan berfotoria dengan latar belakang kota Moskow.


Panorama Kota dan Hutan

Pemandangan yang tercipta oleh alam juga sangat mempesona. Dari Leninsky Gory terlihat hutan Lenin yang cukup luas yang diakhiri dengan aliran Sungai Moskow yang tenang.

Di sebelahnya terlihat stadion sepakbola yang megah dan aneka gedung kota menjulur ke langit. Hebatnya lagi, menghadap ke kota kita akan dapat melihat 'saudara-saudara' MGU Building yang berada persis di belakang kita.

Untuk melengkapi alam rekreasi pada era 50-an, pada lereng bukit dibangun peralatan ski jumping baik untuk musim panas maupun ketika dipenuhi salju. Para atlet yang sudah meluncur turun dapat kembali naik dengan peralatan gondola yang disediakan.

Meluncur dari Bukit Lenin sungguh menakjubkan karena para atlet seolah akan terbang lepas landas dan mendarat di Sungai Moskow atau di tengah-tengah kota.


Danau dan Aneka Warna Bebek

Menuruni Bukit Lenin dengan ketinggian sekitar 250 meter merupakan keasyikan tersendiri. Jalan berkelok dengan tangga yang berjumlah ratusan. Di sisi kanan dan kiri aneka pohon besar berdiri tegak. Angin semilir pada Babileta ini telah menerbangkan ribuan daun kuning pada setiap menitnya.

Kotornya dedaunan di tanah menambah keunikan dari alam nan elok tersebut. Tiba di bagian bawah, para pengunjung disuguhi dengan danau yang masih dihuni oleh aneka bebek warna-warni. Sepanjang jalan setapak beberapa saung dan kursi panjang siap dipakai untuk melepaskan penat.

Terlihat banyak anak muda dan nenek-nenek yang mengumpulkan daun-daun kuning berdimensi lebar. Ada yang sekedar untuk mainan, menancapkan di rambut, berfotoria hingga dibawa pulang. Bagi sebagian orang, daun musim gugur dipercaya dapat memberikan berkah atau setidaknya dipakai alat hiasan di rumah.

Sejumlah pengumuman terpampang dengan perawatan yang baik. Di hutan kecil ini terdapat aneka binatang dan tumbuhan yang dilindungi. Mulai dari burung hingga jamur. Semua hanya boleh dilihat dan difoto, tidak diambil dan dimiliki. Bahkan memberikan makanan kepada hewanpun tidak diperbolehkan.

Dari sisi bawah juga, para pengunjung dapat menikmati pemandangan luncuran ski jumping yang dilakukan di atas sana. Para atlet seolah sedang berlaga dengan para supporter yang berada di bawah. Mereka mengangkat tangan sebelum meluncur dan ketika sampai di bawah mendapatkan hadiah tepukan tangan meriah.

Sejenak, lupakan zaman komunis dengan segala kekakuannya. Lupakan antrian roti yang panjang seperti ular. Lupakan mobil Lada yang tak ber-AC. Bila kantong sudah tebal, sekarang juga Anda bisa mendapatkan semuanya di Moskow dengan mudahnya, seperti layaknya selebriti dunia yang telah jenuh keliling dunia dan ingin mencicipi romantisme Rusia baru. m aji surya
(-)

No comments: