Oleh Ahmad Syaikhu
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ''Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!'' Ia menjawab: ''Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,'' (QS Asshaaffaat [37]: 102).
Tamsil yang dicontohkan Ismail AS, tatkala mendengar perintah ayahnya untuk menyembelih dirinya merupakan mujahadah yang sangat besar. Betapa ia lebih mementingkan kepentingan Allah daripada kepentingan dirinya.
Rasul SAW pernah ditanya oleh sahabat, ''Wahai Rasul, jihad apa yang paling besar?'' Rasul menjawab, ''Jihad melawan hawa nafsu.'' (HR Muttafaq 'Alaih).
Penggalan percakapan tadi mengindikasikan bahwa hawa nafsu adalah faktor yang paling dominan yang memengaruhi perilaku seseorang. Dalam berkurban, anak adam diajarkan untuk menundukkan nafsu, lebih melihat saudara yang berada di bawahnya. Di sini bermain antara sikap egois dengan sikap sosial. Sebab itu, tidak sembarang manusia yang mampu untuk melaksanakan ritual ini.
Untuk itu pula, dalam hadis riwayat imam Ahmad, Rasul menegaskan, ''Siapa memiliki kelapangan uang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami''. Sebaliknya, berita gembira bagi mereka yang melaksanakan kurban, Rasul bersabda, ''Tidak ada perbuatan yang paling disukai Allah pada Hari Raya Haji selain berkurban. Sesungguhnya orang yang berkurban akan datang pada hari kiamat dengan membawa tanduk, bulu, dan kuku binatang kurban itu. Dan sesungguhnya darah kurban yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah daripada (darah itu) jatuh ke bumi. Maka, sucikanlah dirimu dengan berkurban.'' (HR Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ibrah esensial dari perjalanan Ismail dan Ibrahim AS yang masih sangat relevan untuk kita teladani saat ini adalah sikap sabar, taat, dan ikhlas. Gambaran ketiga sikap ini sangatlah jelas tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan putranya untuk melakukan penyembelihan (lihat QS 37: 103). Tetapi, apa yang terjadi, atas kebesaran Allah, Ismail digantikan dengan hewan sembelihan yang besar. Bahkan, kebaikan keduanya diabadikan dan menjadi pelajaran untuk umat berikutnya.
Di atas itu semua, di tengah krisis global, bahkan multidimensional, melalui ritual kurban umat Muslim sudah selayaknya bersikap optimistis akan janji Allah SWT. Yakni, bahwa Allah akan diberikan kemenangan, kemudahan, dan Allah akan memenuhi janji-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang sabar, taat, dan ikhlas. Wallahu a'lam.
(-)
Monday, December 8, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment