Monday, December 8, 2008

Perseteruan PKB dan Mardjoko Meruncing

LINTAS KEDU-BANYUMAS

09 Desember 2008

PURWOKERTO - Hubungan Bupati Banyumas Mardjoko dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (partai pengusung saat Pilbup) yang sudah berlangsung 11 bulan, semakin tidak mesra. Konflik meruncing itu akibat terjadi perbedaan pendapat mengenai anggaran pendidikan 20 persen dari APBD 2009. PKB ngotot minta 20 persen, tetapi Pemkab bersikeras menolak.

Bahkan antara PKB dan Pemkab saling menantang. PKB mengancam akan walk out, namun ancaman itu dinilai oleh Pemkab sebagai gertak sambal untuk mencari dukungan masyarakat. Pejabat Pemkab menuding PKB hanya mencari sensasi politik menjelang Pemilu 2009.

Dekan FISIP Unsoed, Drs Bambang Kuncoro Msi mengatakan, hubungan antara PKB dan Pemkab memanas tidak bisa lepas dari kebijakan Bupati Mardjoko yang sejak semula menolak pendidikan gratis yang diperjuangkan PKB. Saat itu PKB melalui Komisi D mengajukan Raperda inisiatif yang memperjuangkan pendidikan gratis, namun Mardjoko tidak setuju.

Dia menilai konflik keduanya harus dilihat ke belakang, sebelum mereka bersatu dalam Pilbup Februari lalu. Kalau hubungan keduanya hanya transaksional, artinya Mardjoko hanya menggunakan PKB sebagai kendaraan politik untuk menjadi Bupati Banyumas, maka di dalamnya tidak ada hubungan visioner untuk bersama-sama membangun daerah ini.

Pola hubungan transaksional ditandai dengan hubungan sesaat, yaitu antara penjual dan pembeli. Sifat dari pembeli biasanya lupa dengan penjualnya, bila barang yang dibeli sudah didapat. ’’Jika hanya ada hubungan transaksional, maka program keduanya tidak akan berjalan,’’tegasnya.
Beda Pandangan
Bupati secara teori politik harus punya dukugan massa dari partai, karena parpol akan mendukung ide-idenya sampai proses kepemimpinan lima tahun berakhir. Dukungan dari partai harus dilakukan secara terus menerus.

Dalam musyawarah itu, PKB bisa mengajukan argumennya, begitu juga bupati akan memaparkan alasannya kenapa menolak anggaran pendidikan 20 persen. Kemudian dicarikan jalan tengah, untuk kompromi.’’Kalau konflik terus menerus dampaknya pasti jelek bagi keduanya,’’ujarnya. (in-55).

No comments: