Monday, February 2, 2009

Arti Sebuah Nama

Bagi sebagian orang, nama merupakan kebanggaan. Bagi yang lain, nama tidak memiliki arti apa-apa. Bagi kebanyakan orang, nama adalah citra cita dan harapan.

Begitu pula dengan masyarakat sebuah desa. Tiap orang tua di desa itu memiliki cita-cita agar anak mereka kelak mendapat gelar 'Ki', gelar untuk seorang dukun. Gelar ini tidak diwariskan melalui garis keturunan, melainkan melalui penunjukan oleh dukun sebelumnya.

Saat datang pertama kali ke desa ini aku kagum dengan etos kerja dan kesantunan penduduknya. Kekaguman itu mulai berkurang saat aku mengenal nama-nama mereka, dan berubah menjadi senyum agak tertahan setelah mengetahui keberadaan gelar 'Ki'.

Mengingat nama mereka membuatku terhibur saat menghadapi kemacetan, pekerjaan yang menumpuk, dan masalah hidup lainnya. Aku berulang-ulang membayangkan wajah-wajah yang kukenal di desa itu. Ada yang bernama Rakira, Rikanan, Rabmubeng, Pitingkali, Riting, dan Ribonegro. Apa jadinya jika mereka berhasil mendapat gelar Ki, dan memasangnya di depan nama mereka.

Sebenarnya hal ini harus aku rahasiakan dari siapa pun juga. Desa itu sendiri sangat tertutup dengan dunia luar. Satu-satunya yang boleh memasuki desa itu adalah klien sang dukun, dan atasanku adalah salah satunya.

***

Aku baru saja selesai makan siang di ruanganku, sedang menimang gelang pemberian tetua desa itu tiga tahun lalu. Dengan menunjukkan gelang itu aku bisa keluar masuk desa tersebut dengan bebas.

Pintu ruanganku tiba-tiba terbuka tanpa diketok lebih dulu, lalu kepala tanpa bayangan menyembul. Dia atasanku.

"Amat, lima menit lagi ke ruanganku sebentar!", pintu kembali tertutup tanpa aku sempat mengiyakan.

No comments: