Oleh:
Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina
Nusantara (www.roy-sembel. com),
Sandra Sembel,
Pemerhati dan praktisi pengembangan SDM
(ssembel@yahoo. com)
Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman? Siapa bilang
kreativitias hanya milik orang muda? Siapa bilang orang sukses saja
yang kreatif? Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap
orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45
tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif.
Pendeknya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir
dalam diri seseorang. Lalu, jika demikian mengapa banyak orang belum
mampu memanfaatkan kreativitas mereka secara optimal?
Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya
dapat Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa
tahu beberapa diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah
strategi dan tindakan untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.
Hambatan 1: Rasa Takut
"Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dengan lebih cepat?" "Ah, saya takut gagal. Kalau saya
gagal atau salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya
kerjakan saja sesuai dengan yang diperintahkan. " Yah, rasa takut
gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering
menghambat seseorang untuk berpikir kreatif. Tahukah Anda bahwa
Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden, berkali-kali kalah dalam
pemilihan sebagai senator dan juga presiden? Tahukah Anda bahwa
Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat, akhirnya
menemukan `post-it' notes?
Hambatan 2: Rasa Puas
"Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya
sudah nyaman." "Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya
cemaskan?" Ternyata bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan.
Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang
yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa
nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh
rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak
terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu
yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru. Apple Computer yang
pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah tergilas
oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada
keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah
untuk menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai
perusahaan ini terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil
menggeser kedudukan Apple. Namun, belajar dari kesalahan, Apple
berusaha bangkit kembali dengan produk-produk baru andalan mereka.
Hambatan 3: Rutinitas Tinggi
"Coba-coba yang baru? Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak
ada habis-habisnya. " Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya,
berarti rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk
memanfaatkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda
perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi `kehausan' Anda akan
kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (anda bisa menemukan ide
brilian yang bisa Anda adaptasi, atau perbaiki), perluas lingkungan
sosial Anda dengan mengikuti perkumpulan- perkumpulan di luar
pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu dengan orang-orang yang bisa
mendukung Anda ke jenjang sukses). Tahukah Anda bahwa Mariah Carey
sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya sebagai penyanyi
latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk ke
lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional
sebelum akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia
mensponsori album pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?
Hambatan 4: Kemalasan Mental
"Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh,
susah. Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja
yang belajar." "Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak
yang harus saya pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas
saya, biarlah atasan saya saja yang memikirkannya. " Ini merupakan
beberapa contoh kemalasan mental yang menjadi hambatan untuk berpikir
kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan
otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan
prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah
otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha untuk
memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai
puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa
yang akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir
untuk mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-
eksperimen berikutnya?
Kesalahan 5: Birokrasi
"Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya
sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?" Seringkali
karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak
ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan
keputusan yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu
berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang
untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi,
sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung
terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi
yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang
manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi
unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar
bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para
pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
Kesalahan 6: Terpaku pada masalah
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang
menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki
ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan
adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar
dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif. Tahukah Anda bahwa Colonel Sanders menghadapi kesulitan
dalam menjual resep ayam goreng tepungnya? Namun, ia tidak terpaku
pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan kreativitasnya sampai
akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri resep tersebut
dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng
tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai salah
satu pebisnis waralaba terbesar di dunia.
Kesalahan 7: "Stereotyping"
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat
umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam
berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat
menganggap bahwa sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah
saja, tidak perlu pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk
melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa
jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut
Njak Dhien menerima saja semua pandangan umum yang berlaku di
masyarakat saat itu? Mungkin Indonesia tidak akan pernah menikmati
jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita profesional,
misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek
dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, mengirim
diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan dipimpin oleh
seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara) wanita.
Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses
lainnya. Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan
kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan
kreativitas mereka.
Lalu, bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan
kreativitas Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan
ambil tindakan untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas
itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah
siapkah Anda untuk membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?
Selamat mencoba
Monday, February 23, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment