Webster Dictionary : A classification system (a taxonomy) of education objectives.
Lebih jauh tentang Bloom :
Bloom Taxonomy dikembangkan oleh Benjamin Bloom tahun 1950-an dan selama itu telah diaplikasi dan dikembangkan di kelas2 dalam metodologi pemelajaran sehari-hari. Bloom Taxonomy mengandung tingkatan2 dalam berpikir (thinking skills) dari mulai yang paling dasar hingga ke tingkat yang paling kompleks dalam level berpikir. Tahun 1990-an Lorin Anderson (eks siswa Bloom) memperbaiki teori Bloom Taxonomy hingga seperti Bloom Taxonomy yang kita kenal sekarang.
Aplikasi Bloom Taxonomy dalam kelas khususnya dalam mata pelajaran yang kita ajarkan ke siswa umumnya mengarah kepada pertanyaan2 sebelum kita memulai pelajaran, selama pelajaran berlangsung, atau setelah pelajaran sebagai bahan refleksi dari apa yang sudah kita pelajari. (Saya menyebutnya dengan "essential questions") Bidang yang dikembangkan oleh Bloom adalah: Kognitif, Afektif, Psycomotorik. Yang akan saya bahas di sini adalah bidang kognitifnya.
(Thinking Skill Levels)
Level berpikir menurut Bloom terdiri dari:
1) Knowledge/Remembering
Fase Dasar, sebatas tahu pertanyaan seperti what happen, how many, who, can you, which is true/false, where, with whom? menggunakan kata kerja al: tell, list, describe, relate, locate, write, find, state, name.
2) Comprehension / Understanding
Fase Mengerti *pertanyaan seperti: can you write in your own words? what do you think..? can you distinguish. .? what differences exist between..? can you provide a definition.. ?* explain, interpret, outline, discuss, distinguish, predict, restate, translate, compare, describe.
3) Application / Applying
Kemampuan Mengaplikasi *pertanyaan seperti can you group..? what factors..? what question would you ask for? would this information be useful? what can be developed?* solve, show, use, illustrate, construct, complete, examine, classify.
4) Analysis / Analysing
Kemampuan Menganalisis *which events? what might the ending have been? why did.. changes occur? how is... similar to? how can you compare...to..? what was the turning point?what was the problem?* analyse, distinguish, examine, compare, contrast, investigate, categorise, identify, separate.
5) Syntesis / Creating
Kemampuan Mencipta *how can you design..? why not compose a song about? how would you deal? how many ways? can you develop?* create, invent, compose, predict, plan, construct, design, imagine, propose, devise, formulating
6) Evaluation / Evaluating
Kemampuan Mengevaluasi *is there a better solution..?, how can you defense your position? Do you think ...is good? how would you have handled..? how effective..? *judge, select, choose, decide, justify, debate, verify, argue, recommend, assess, discuss, rate, prioritise, determine.
Dari level2 di atas, saya mengembangkannya di kelas seperti ini:
Saya berikan teks (variatif) misalnya tentang Timun Emas (Semua tahu cerita ini kan?)(sebelumnya saya translate dulu ceritanya ke dalam bahasa Inggris). Sebelumnya saya tanya dulu apakah mereka sudah pernah dengar cerita tersebut. (biasanya kalau anak SD pasti langsung terjadi diskusi seru, tetapi anak2 yang sudah besar seperti SMP/A mereka cuma bilang sudah/belum).
Saya tidak habis akal, pasti langsung saya tanya macam2 seperti apa cerita Indonesia yang sudah dibaca dll..). Anak2 saya minta baca (silent reading). Kemudian saya mulai tanya lagi mereka dari mulai pertanyaan level knowledge, comprehension, kemudian diskusi. Setelah itu saya akan minta anak2 mengerjakan worksheet yang di dalamnya terdapat pertanyaan seperti:
a) Remembering : Recalling Specific InformationWhat did the widow wish for? why did the widow call her daughter Timun Mas? what did the wise man give the widow?
b) Understanding : Making sense of what you are seeing What was the story about? What did the story tell us? The widow has been "yearning" for a child. What does "yearning" mean? what kind of woman was the widow?
c) Applying : What can you do with the knowledge you have? Draw a picture of the wise man giving widow the presents Draw a cartoon strip showing the giant chasing Timun Mas Show through actions how Timun Mas ran away from the giant.
d) Analising : Breaking down into components partswhy did the widow accept the hard conditions set by the giant? compare the widow with your motherwhy has the story of Timun Mas been told to children for many years Which one was effective, throwing the salt or needles?Why do you think it's effective?
e) Evaluating : Making judgments and values of ideas and materials do you think the widow was wise to accept the coditions set by the giant? This is good story to tell children. Do you agree? Explain why Hou would you have felt if you were Timun Mas?
f) Creating : Putting the parts together in a new way Choose two other "things" Timun Mas could have thrown at the giant and say how they could have been successful. What could have happened if the wise man had not given the widow the "things"? Would it have made any differences if the daughter was not beautiful? Design a record, book or magazine about the story Sell an idea to save Timun Mas from the giant Create a new product about Timun Mas. Design a marketing campaign.
Sewaktu saya mengajar SD beberapa tahun lalu saya aplikasikan Bloom Taxonomy ini untuk mata pelajaran lain seperti Matematika, IPS dan IPA selain Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Anak2 senang.
Semoga bermanfaat.
Nina
Diposkan oleh fery di 01:10
Tuesday, February 24, 2009
Monday, February 23, 2009
7 Hambatan Untuk Menjadi Kreatif
Oleh:
Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina
Nusantara (www.roy-sembel. com),
Sandra Sembel,
Pemerhati dan praktisi pengembangan SDM
(ssembel@yahoo. com)
Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman? Siapa bilang
kreativitias hanya milik orang muda? Siapa bilang orang sukses saja
yang kreatif? Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap
orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45
tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif.
Pendeknya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir
dalam diri seseorang. Lalu, jika demikian mengapa banyak orang belum
mampu memanfaatkan kreativitas mereka secara optimal?
Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya
dapat Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa
tahu beberapa diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah
strategi dan tindakan untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.
Hambatan 1: Rasa Takut
"Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dengan lebih cepat?" "Ah, saya takut gagal. Kalau saya
gagal atau salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya
kerjakan saja sesuai dengan yang diperintahkan. " Yah, rasa takut
gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering
menghambat seseorang untuk berpikir kreatif. Tahukah Anda bahwa
Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden, berkali-kali kalah dalam
pemilihan sebagai senator dan juga presiden? Tahukah Anda bahwa
Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat, akhirnya
menemukan `post-it' notes?
Hambatan 2: Rasa Puas
"Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya
sudah nyaman." "Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya
cemaskan?" Ternyata bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan.
Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang
yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa
nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh
rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak
terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu
yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru. Apple Computer yang
pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah tergilas
oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada
keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah
untuk menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai
perusahaan ini terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil
menggeser kedudukan Apple. Namun, belajar dari kesalahan, Apple
berusaha bangkit kembali dengan produk-produk baru andalan mereka.
Hambatan 3: Rutinitas Tinggi
"Coba-coba yang baru? Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak
ada habis-habisnya. " Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya,
berarti rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk
memanfaatkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda
perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi `kehausan' Anda akan
kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (anda bisa menemukan ide
brilian yang bisa Anda adaptasi, atau perbaiki), perluas lingkungan
sosial Anda dengan mengikuti perkumpulan- perkumpulan di luar
pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu dengan orang-orang yang bisa
mendukung Anda ke jenjang sukses). Tahukah Anda bahwa Mariah Carey
sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya sebagai penyanyi
latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk ke
lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional
sebelum akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia
mensponsori album pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?
Hambatan 4: Kemalasan Mental
"Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh,
susah. Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja
yang belajar." "Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak
yang harus saya pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas
saya, biarlah atasan saya saja yang memikirkannya. " Ini merupakan
beberapa contoh kemalasan mental yang menjadi hambatan untuk berpikir
kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan
otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan
prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah
otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha untuk
memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai
puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa
yang akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir
untuk mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-
eksperimen berikutnya?
Kesalahan 5: Birokrasi
"Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya
sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?" Seringkali
karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak
ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan
keputusan yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu
berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang
untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi,
sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung
terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi
yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang
manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi
unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar
bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para
pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
Kesalahan 6: Terpaku pada masalah
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang
menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki
ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan
adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar
dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif. Tahukah Anda bahwa Colonel Sanders menghadapi kesulitan
dalam menjual resep ayam goreng tepungnya? Namun, ia tidak terpaku
pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan kreativitasnya sampai
akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri resep tersebut
dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng
tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai salah
satu pebisnis waralaba terbesar di dunia.
Kesalahan 7: "Stereotyping"
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat
umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam
berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat
menganggap bahwa sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah
saja, tidak perlu pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk
melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa
jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut
Njak Dhien menerima saja semua pandangan umum yang berlaku di
masyarakat saat itu? Mungkin Indonesia tidak akan pernah menikmati
jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita profesional,
misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek
dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, mengirim
diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan dipimpin oleh
seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara) wanita.
Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses
lainnya. Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan
kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan
kreativitas mereka.
Lalu, bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan
kreativitas Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan
ambil tindakan untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas
itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah
siapkah Anda untuk membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?
Selamat mencoba
Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina
Nusantara (www.roy-sembel. com),
Sandra Sembel,
Pemerhati dan praktisi pengembangan SDM
(ssembel@yahoo. com)
Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman? Siapa bilang
kreativitias hanya milik orang muda? Siapa bilang orang sukses saja
yang kreatif? Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap
orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45
tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif.
Pendeknya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir
dalam diri seseorang. Lalu, jika demikian mengapa banyak orang belum
mampu memanfaatkan kreativitas mereka secara optimal?
Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya
dapat Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa
tahu beberapa diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah
strategi dan tindakan untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.
Hambatan 1: Rasa Takut
"Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan
pekerjaan ini dengan lebih cepat?" "Ah, saya takut gagal. Kalau saya
gagal atau salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya
kerjakan saja sesuai dengan yang diperintahkan. " Yah, rasa takut
gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering
menghambat seseorang untuk berpikir kreatif. Tahukah Anda bahwa
Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden, berkali-kali kalah dalam
pemilihan sebagai senator dan juga presiden? Tahukah Anda bahwa
Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat, akhirnya
menemukan `post-it' notes?
Hambatan 2: Rasa Puas
"Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya
sudah nyaman." "Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya
cemaskan?" Ternyata bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan.
Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang
yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa
nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh
rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak
terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu
yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru. Apple Computer yang
pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah tergilas
oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada
keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah
untuk menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai
perusahaan ini terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil
menggeser kedudukan Apple. Namun, belajar dari kesalahan, Apple
berusaha bangkit kembali dengan produk-produk baru andalan mereka.
Hambatan 3: Rutinitas Tinggi
"Coba-coba yang baru? Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak
ada habis-habisnya. " Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya,
berarti rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk
memanfaatkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda
perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi `kehausan' Anda akan
kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (anda bisa menemukan ide
brilian yang bisa Anda adaptasi, atau perbaiki), perluas lingkungan
sosial Anda dengan mengikuti perkumpulan- perkumpulan di luar
pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu dengan orang-orang yang bisa
mendukung Anda ke jenjang sukses). Tahukah Anda bahwa Mariah Carey
sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya sebagai penyanyi
latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk ke
lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional
sebelum akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia
mensponsori album pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?
Hambatan 4: Kemalasan Mental
"Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh,
susah. Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja
yang belajar." "Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak
yang harus saya pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas
saya, biarlah atasan saya saja yang memikirkannya. " Ini merupakan
beberapa contoh kemalasan mental yang menjadi hambatan untuk berpikir
kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan
otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan
prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah
otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha untuk
memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai
puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa
yang akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir
untuk mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-
eksperimen berikutnya?
Kesalahan 5: Birokrasi
"Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya
sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?" Seringkali
karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak
ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan
keputusan yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu
berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang
untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan.
Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi,
sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung
terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi
yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang
manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi
unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar
bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para
pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.
Kesalahan 6: Terpaku pada masalah
Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang
menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki
ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan
adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar
dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif. Tahukah Anda bahwa Colonel Sanders menghadapi kesulitan
dalam menjual resep ayam goreng tepungnya? Namun, ia tidak terpaku
pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan kreativitasnya sampai
akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri resep tersebut
dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng
tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai salah
satu pebisnis waralaba terbesar di dunia.
Kesalahan 7: "Stereotyping"
Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat
umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam
berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat
menganggap bahwa sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah
saja, tidak perlu pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk
melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa
jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut
Njak Dhien menerima saja semua pandangan umum yang berlaku di
masyarakat saat itu? Mungkin Indonesia tidak akan pernah menikmati
jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita profesional,
misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek
dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, mengirim
diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan dipimpin oleh
seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara) wanita.
Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses
lainnya. Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan
kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan
kreativitas mereka.
Lalu, bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan
kreativitas Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan
ambil tindakan untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas
itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah
siapkah Anda untuk membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?
Selamat mencoba
Wednesday, February 18, 2009
CARA MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS SISWA
PERGI ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak yang akhirnya membolos.
Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP.
Salah satu penyebabnya terkait dengan masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.
Karena berbagai sebab
Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi 3, faktor sekolah, personal, serta keluarga. Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak (Kearney, 2001). Ketiga faktor tersebut dapat muncul secara terpisah atau berkaitan satu sama lain. Pemahaman terhadap sumber penyebab utama sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
Sekolah penyebab
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya.
Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba-coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan sangsi-sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas-tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.
Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa-siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.
Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi.
Tentu saja, pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.
Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP.
Salah satu penyebabnya terkait dengan masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.
Karena berbagai sebab
Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi 3, faktor sekolah, personal, serta keluarga. Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak (Kearney, 2001). Ketiga faktor tersebut dapat muncul secara terpisah atau berkaitan satu sama lain. Pemahaman terhadap sumber penyebab utama sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
Sekolah penyebab
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya.
Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba-coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan sangsi-sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas-tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.
Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa-siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.
Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi.
Tentu saja, pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.
Thursday, February 12, 2009
Musik, Bikin Remaja Berprestasi
Kamis, 12 Februari 2009 | 23:58 WIB
WASHINGTON, KAMIS--Satu studi baru yang disiarkan dalam terbitan paling akhir Social Science Quarterly mengungkapkan bahwa keikut-sertaan dalam musik, yang ditafsirkan sebagai pelajaran musik yang diselenggarakan di dalam atau luar sekolah dan orang-tua yang menghadiri konser musik bersama anak mereka, memiliki dampak positif pada prestasi membaca dan matematika pada anak-anak dan remaja.
Darby Southgate dan Vincent Roscigno, dari Ohio State University, mengkaji dua sumber data yang mewakili secara nasional guna menganalisis pola keterlibatan musik dan dampak yang mungkin ada pada prestasi membaca dan matematika bagi siswa sekolah dasar dan menengah.
Musik memiliki hubungan positif dengan prestasi akademis, terutama selama masa sekolah menengah, kata studi tersebut.
Namun, tidak semua remaja yang ikut dalam musik memperlihatkan prestasi yang sama, dan beberapa kelompok tertentu tak beruntung dalam memperoleh akses ke pendidikan musik.
Banyak keluarga dengan status ekonomi-sosial yang tinggi ikut lebih banyak dalam kegiatan musik dibandingkan dengan yang dialami keluarga dengan status ekonomi-sosial lebih rendah.
Selain klas sosial sebagai petunjuk mengenai keterlibatan dalam musik, etnik juga menjadi salah satu faktor. Orang Asia dan Kulit Putih lebih mungkin untuk ikut dalam kegiatan musik dibandingkan dengan kelompok Hispanik. Meskipun anak muda Kulit Hitam menghadiri konser bersama orang-tua mereka, lebih kecil kemungkinan mereka mengikuti pelajaran musik.
"Topik ini menjadi masalah kesamaan pada tingkat keluarga dan sekolah," demikian kesimpulan peneliti itu. "Ini memiliki dampak kebijakan utama bagi lembaga lokal, negara bagian dan federal, serta pengetahuan yang dapat membantu banyak keluarga mengalokasikan sumber daya yang paling bermanfaat bagi anak-anak." (ANTARA/Xinhua-OANA)
WASHINGTON, KAMIS--Satu studi baru yang disiarkan dalam terbitan paling akhir Social Science Quarterly mengungkapkan bahwa keikut-sertaan dalam musik, yang ditafsirkan sebagai pelajaran musik yang diselenggarakan di dalam atau luar sekolah dan orang-tua yang menghadiri konser musik bersama anak mereka, memiliki dampak positif pada prestasi membaca dan matematika pada anak-anak dan remaja.
Darby Southgate dan Vincent Roscigno, dari Ohio State University, mengkaji dua sumber data yang mewakili secara nasional guna menganalisis pola keterlibatan musik dan dampak yang mungkin ada pada prestasi membaca dan matematika bagi siswa sekolah dasar dan menengah.
Musik memiliki hubungan positif dengan prestasi akademis, terutama selama masa sekolah menengah, kata studi tersebut.
Namun, tidak semua remaja yang ikut dalam musik memperlihatkan prestasi yang sama, dan beberapa kelompok tertentu tak beruntung dalam memperoleh akses ke pendidikan musik.
Banyak keluarga dengan status ekonomi-sosial yang tinggi ikut lebih banyak dalam kegiatan musik dibandingkan dengan yang dialami keluarga dengan status ekonomi-sosial lebih rendah.
Selain klas sosial sebagai petunjuk mengenai keterlibatan dalam musik, etnik juga menjadi salah satu faktor. Orang Asia dan Kulit Putih lebih mungkin untuk ikut dalam kegiatan musik dibandingkan dengan kelompok Hispanik. Meskipun anak muda Kulit Hitam menghadiri konser bersama orang-tua mereka, lebih kecil kemungkinan mereka mengikuti pelajaran musik.
"Topik ini menjadi masalah kesamaan pada tingkat keluarga dan sekolah," demikian kesimpulan peneliti itu. "Ini memiliki dampak kebijakan utama bagi lembaga lokal, negara bagian dan federal, serta pengetahuan yang dapat membantu banyak keluarga mengalokasikan sumber daya yang paling bermanfaat bagi anak-anak." (ANTARA/Xinhua-OANA)
Wednesday, February 11, 2009
PEMIMPIN YANG SHIDDIQ
Ada sebuah doa, "... waj'alna lil muttaqiina imaama" (... jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa). Kita harus bersungguh-sungguh mengupayakan diri dan keluarga kita menjadi pemimpin dan anutan bagi orang-orang yang bertakwa karena ada pemimpin untuk kejahatan, kezaliman dan kemaksiatan. Naudzubillah.
Nabi Muhammmad SAW adalah seorang pemimpin yang begitu mulia akhlaknya. Empat karakter kepemimpinan Rasulullah SAW yang harus kita teladani yaitu shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Semoga dengan karunia Allah kita bisa sedikit demi sedikit mencontohnya melalui bahasan sederhana yang mudah-mudahan dapat dipraktikkan (walau sekecil apapun) dalam kehidupan sehari-hari.
Shiddiq adalah orang yang membenarkan kebenaran, orang yang hidupnya benar dan terus menerus menyosialisasikan kebenaran sampai akhir hayatnya. Syarat pertama yang harus dimiliki pemimpin yang shiddiq adalah niat yang benar.Setiap pemimpin harus bertanya, "Apa sebenarnya niat saya menjadi pemimpin? Apakah hanya sekadar untuk meraup kekuasaan, agar bisa memerintah, untuk mendapatkan jabatan, atau agar dihormati dan disegani orang lain?"
Kalau niat menjadi pemimpin semata-mata karena embel-embel duniawi seperti di atas, maka ia tidak akan ada di hati orang-orang yang dipimpinnya, karena itu hanyalah topeng, maka di manapun dia memimpin dia akan jatuh. Seharusnya niat menjadi pemimpin adalah sebagai cerminan rasa syukur terhadap pengalaman, wawasan dan kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT, agar semuanya itu dapat bermanfaat bagi sebesar-besar kepentingan umat.
Juga sebagai sarana untuk menyosialisasikan nilai-nilai kemuliaan Islam dan akhlak yang baik.Misalnya, jika diamanahi menjadi seorang rektor, kita dapat mengatur kampus agar tidak sekadar menghasilkan para sarjana, tetapi juga dapat membentuk para sarjana yang berakhlak mulia. Jika niat salah, maka amal akan salah, karena semua amal tergantung niat.
Yang kedua, pemimpin yang shiddiq tampak dari perkataannya yang selalu benar, tidak pernah berbohong, menambahi atau menutupi sesuatu agar tampak lebih baik dari kenyataannya. Perkataannya benar-benar dapat dipertanggungjawabk an.
Oleh karena itu, lihatlah seorang pemimpin dari perkataannya. Jika ada yang bohong, apalagi mengatakan kebohongan publik, maka berhati-hatilah. Sekali berbohong, maka ia tidak akan dipercaya lagi. Oleh karena itu kita harus bersungguh-sungguh menjaga agar setiap patah kata kita selalu benar.
Yang ketiga adalah berfikir benar. Tidak boleh pemimpin berfikir licik, menjatuhkan seseorang, menyebarkan isu dan fitnah. Bagaimana mungkin ia layak menjadi pemimpin jika memperolehnya dengan cara yang tidak benar. Tidak jarang seseorang yang menyuap demi mendapatkan suatu jabatan, setelah mendapatkannya ia berusaha untuk mengembalikan suapannya dengan cara-cara yang tidak benar. Pemimpin yang niatnya salah maka cara memperoleh dan berfikirnyapun akan salah.
Pemimpin yang benar itu seperti piramida terbalik, dia berfikir bagaimana mengeksploitasi kemampuan dirinya agar masyarakat bisa menjadi lebih baik. Tetapi pemimpin yang salah dia berfikir bagaimana masyarakat bisa dieksploitasi uang, tenaga dan hartanya. Ia lebih sibuk mengeksploitasi masyarakat untuk kepentingan dirinya daripada membangun masyarakat.
Pemimpin demikian tidak akan pernah dicintai. Yang keempat adalah berbuat benar. Pemimpin yang shiddiq akan bersungguh-sungguh berupaya agar hidupnya berada di jalan yang disukai Allah. Ia tidak pernah bermain-main dengan ketidakjujuran, tidak pernah berfikir licik, tidak pernah ada kecacatan dengan masalah keuangan, tidak tamak dan serakah.
Ia tidak akan kecewa posisinya dimutasi, jika sudah berupaya jujur dan benar. Ia tidak akan khawatir diturunkan jabatannya, jika posisinya menjadi lebih berpengaruh. Ia tidak akan risau disisihkan oleh manusia, asalkan kedudukannya di sisi Allah semakin meningkat. Karena sebenarnya kepemimpinan itu bukan pada jabatan, tetapi pada kemampuan untuk mempengaruhi dalam kebaikan.
Orang bisa bersikap benar jika ia mempunyai iman kepada Allah, sehingga ia tidak takut caci maki, cercaan, hinaan dan ancaman manusia, buah dari keyakinan bahwa Allah Mahaadil dan Mahamenyaksikan. Akan datang suatu masa di mana masyarakat Indonesia hanya mau memilih pemimpin yang track record, perjalanan kariernya baik dan bersih dari awal.Jika kini masih sukar ditemui pemimpin demikian, maka marilah kita bangun track record kita dari sekarang dengan menjadi orang yang shiddiq, benar tepercaya.
Penulis : Abdullah Gymnastiar
REPUBLIKA - Jumat, 09 Agustus 2002
Nabi Muhammmad SAW adalah seorang pemimpin yang begitu mulia akhlaknya. Empat karakter kepemimpinan Rasulullah SAW yang harus kita teladani yaitu shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Semoga dengan karunia Allah kita bisa sedikit demi sedikit mencontohnya melalui bahasan sederhana yang mudah-mudahan dapat dipraktikkan (walau sekecil apapun) dalam kehidupan sehari-hari.
Shiddiq adalah orang yang membenarkan kebenaran, orang yang hidupnya benar dan terus menerus menyosialisasikan kebenaran sampai akhir hayatnya. Syarat pertama yang harus dimiliki pemimpin yang shiddiq adalah niat yang benar.Setiap pemimpin harus bertanya, "Apa sebenarnya niat saya menjadi pemimpin? Apakah hanya sekadar untuk meraup kekuasaan, agar bisa memerintah, untuk mendapatkan jabatan, atau agar dihormati dan disegani orang lain?"
Kalau niat menjadi pemimpin semata-mata karena embel-embel duniawi seperti di atas, maka ia tidak akan ada di hati orang-orang yang dipimpinnya, karena itu hanyalah topeng, maka di manapun dia memimpin dia akan jatuh. Seharusnya niat menjadi pemimpin adalah sebagai cerminan rasa syukur terhadap pengalaman, wawasan dan kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT, agar semuanya itu dapat bermanfaat bagi sebesar-besar kepentingan umat.
Juga sebagai sarana untuk menyosialisasikan nilai-nilai kemuliaan Islam dan akhlak yang baik.Misalnya, jika diamanahi menjadi seorang rektor, kita dapat mengatur kampus agar tidak sekadar menghasilkan para sarjana, tetapi juga dapat membentuk para sarjana yang berakhlak mulia. Jika niat salah, maka amal akan salah, karena semua amal tergantung niat.
Yang kedua, pemimpin yang shiddiq tampak dari perkataannya yang selalu benar, tidak pernah berbohong, menambahi atau menutupi sesuatu agar tampak lebih baik dari kenyataannya. Perkataannya benar-benar dapat dipertanggungjawabk an.
Oleh karena itu, lihatlah seorang pemimpin dari perkataannya. Jika ada yang bohong, apalagi mengatakan kebohongan publik, maka berhati-hatilah. Sekali berbohong, maka ia tidak akan dipercaya lagi. Oleh karena itu kita harus bersungguh-sungguh menjaga agar setiap patah kata kita selalu benar.
Yang ketiga adalah berfikir benar. Tidak boleh pemimpin berfikir licik, menjatuhkan seseorang, menyebarkan isu dan fitnah. Bagaimana mungkin ia layak menjadi pemimpin jika memperolehnya dengan cara yang tidak benar. Tidak jarang seseorang yang menyuap demi mendapatkan suatu jabatan, setelah mendapatkannya ia berusaha untuk mengembalikan suapannya dengan cara-cara yang tidak benar. Pemimpin yang niatnya salah maka cara memperoleh dan berfikirnyapun akan salah.
Pemimpin yang benar itu seperti piramida terbalik, dia berfikir bagaimana mengeksploitasi kemampuan dirinya agar masyarakat bisa menjadi lebih baik. Tetapi pemimpin yang salah dia berfikir bagaimana masyarakat bisa dieksploitasi uang, tenaga dan hartanya. Ia lebih sibuk mengeksploitasi masyarakat untuk kepentingan dirinya daripada membangun masyarakat.
Pemimpin demikian tidak akan pernah dicintai. Yang keempat adalah berbuat benar. Pemimpin yang shiddiq akan bersungguh-sungguh berupaya agar hidupnya berada di jalan yang disukai Allah. Ia tidak pernah bermain-main dengan ketidakjujuran, tidak pernah berfikir licik, tidak pernah ada kecacatan dengan masalah keuangan, tidak tamak dan serakah.
Ia tidak akan kecewa posisinya dimutasi, jika sudah berupaya jujur dan benar. Ia tidak akan khawatir diturunkan jabatannya, jika posisinya menjadi lebih berpengaruh. Ia tidak akan risau disisihkan oleh manusia, asalkan kedudukannya di sisi Allah semakin meningkat. Karena sebenarnya kepemimpinan itu bukan pada jabatan, tetapi pada kemampuan untuk mempengaruhi dalam kebaikan.
Orang bisa bersikap benar jika ia mempunyai iman kepada Allah, sehingga ia tidak takut caci maki, cercaan, hinaan dan ancaman manusia, buah dari keyakinan bahwa Allah Mahaadil dan Mahamenyaksikan. Akan datang suatu masa di mana masyarakat Indonesia hanya mau memilih pemimpin yang track record, perjalanan kariernya baik dan bersih dari awal.Jika kini masih sukar ditemui pemimpin demikian, maka marilah kita bangun track record kita dari sekarang dengan menjadi orang yang shiddiq, benar tepercaya.
Penulis : Abdullah Gymnastiar
REPUBLIKA - Jumat, 09 Agustus 2002
Tuesday, February 3, 2009
Ikhlas Memaafkan
Oleh : Dede Farhan Aulawi
Sahabat...
Masing - masing kita telah melewati jalan yang terbentang panjang
Ada masa - masa indah yang tak mudah dilupakan
Terekam...terpatri...dan terukir dalam nota nostalgia
Dan ada masa penuh duka dan luka,
...yang terkadang terasa sangat pedih dan menyakitkan
Ya...,warna warni kehidupan macam itu pernah kita lewati
Sahabat...
Aku mohon maaf,
...karena tidak berarti tuk mengingatkan masa pahit yang telah kita lewati
Dengan sisa kerikil yang masih menusuk tajam,
Terasa pedih...seiring lelehan darah yang merayap senyap
Dimana tubuh berbalut keringat...
Bau...busuk....gundah...dan rasa yang berkecamuk
Tak mudah tuk melupakan...
Tak mudah tuk meninggalkan...
Tak mudah tuk menjauh...,karena harus kita akui...
...bahwa asa itu masih ada
Bertengger...bermukim di rongga dada yang terdalam
Mungkin kita pernah berharap pada seseorang,
...agar ia menjadi dinding penyangga pundak manakala kita lelah
...agar ia menjadi pembimbing dan pelindung dalam menelusuri lorong waktu
...agar ia mampu mencurahkan segenap kasih sayangnya pada kita
Kita berharap ia menepati...
...tapi ternyata ia mengingkari
Kita berharap ia bisa mengerti
...tapi ternyata ia tak pernah mau memahami
Di pegang kepala...,ekor yang berkibas
Di pegang ekor ...,kepala yang menyalak
Semua jadi serba salah...
Dan akhirnya kita memendam dendam
Sahabat...
Sebenarnya apa yang pernah kita lewati
...adalah episode waktu yang mau tidak mau harus kita lewati
Memang tidak sejalan dengan keinginan dan harapan kita
Tapi itulah fakta yang kita miliki dan harus siap kita hadapi
Kita takkan pernah menang hanya dengan mengeluh
Kita takkan pernah sukses hanya dengan mengharapkan
Tapi kita akan menang dan sukses...
...manakala kita mampu menaklukan terjalnya jalan kehidupan
Sahabat...
Jika ada orang yang pernah menyakiti kita
...hamparkanlah sajadah maaf sebelum ia meminta
...berikanlah apa yang ia inginkan sebelum ia memohon
Ikhlaskanlah semua yang telah terjadi
Karena sesungguhnya...merekalah yang telah menggembleng kita
...agar lebih dewasa, lebih sabar, dalam menjalani kenyataan
Kumpulkanlah bongkahan maaf yang masih tersisa
Berikanlah pada siapapun yang membutuhkannya
Itu adalah benih kebajikan yang bisa kita tanamkan
Dan niscaya kita kan peroleh kebahagiaan
Oleh : Dede Farhan Aulawi
Sahabat...
Masing - masing kita telah melewati jalan yang terbentang panjang
Ada masa - masa indah yang tak mudah dilupakan
Terekam...terpatri...dan terukir dalam nota nostalgia
Dan ada masa penuh duka dan luka,
...yang terkadang terasa sangat pedih dan menyakitkan
Ya...,warna warni kehidupan macam itu pernah kita lewati
Sahabat...
Aku mohon maaf,
...karena tidak berarti tuk mengingatkan masa pahit yang telah kita lewati
Dengan sisa kerikil yang masih menusuk tajam,
Terasa pedih...seiring lelehan darah yang merayap senyap
Dimana tubuh berbalut keringat...
Bau...busuk....gundah...dan rasa yang berkecamuk
Tak mudah tuk melupakan...
Tak mudah tuk meninggalkan...
Tak mudah tuk menjauh...,karena harus kita akui...
...bahwa asa itu masih ada
Bertengger...bermukim di rongga dada yang terdalam
Mungkin kita pernah berharap pada seseorang,
...agar ia menjadi dinding penyangga pundak manakala kita lelah
...agar ia menjadi pembimbing dan pelindung dalam menelusuri lorong waktu
...agar ia mampu mencurahkan segenap kasih sayangnya pada kita
Kita berharap ia menepati...
...tapi ternyata ia mengingkari
Kita berharap ia bisa mengerti
...tapi ternyata ia tak pernah mau memahami
Di pegang kepala...,ekor yang berkibas
Di pegang ekor ...,kepala yang menyalak
Semua jadi serba salah...
Dan akhirnya kita memendam dendam
Sahabat...
Sebenarnya apa yang pernah kita lewati
...adalah episode waktu yang mau tidak mau harus kita lewati
Memang tidak sejalan dengan keinginan dan harapan kita
Tapi itulah fakta yang kita miliki dan harus siap kita hadapi
Kita takkan pernah menang hanya dengan mengeluh
Kita takkan pernah sukses hanya dengan mengharapkan
Tapi kita akan menang dan sukses...
...manakala kita mampu menaklukan terjalnya jalan kehidupan
Sahabat...
Jika ada orang yang pernah menyakiti kita
...hamparkanlah sajadah maaf sebelum ia meminta
...berikanlah apa yang ia inginkan sebelum ia memohon
Ikhlaskanlah semua yang telah terjadi
Karena sesungguhnya...merekalah yang telah menggembleng kita
...agar lebih dewasa, lebih sabar, dalam menjalani kenyataan
Kumpulkanlah bongkahan maaf yang masih tersisa
Berikanlah pada siapapun yang membutuhkannya
Itu adalah benih kebajikan yang bisa kita tanamkan
Dan niscaya kita kan peroleh kebahagiaan
Ghazwul Fikri
Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu
kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, "Saya punya
permainan...
Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada
penghapus.Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur.!", jika saya
angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!"
Murid munidnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian
mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata,
"Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah
"Penghapusl" ,
jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!".
Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tantu saja munid-munid kerepotan dan
kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa
beradaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permainan berhentL
Sang guru tersenyum kepada murid-munidnya.
"Anak-anak, begituah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathi!
itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh
kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dan
yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit
bagi kita menenima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan
cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat pun kalian terbiasa dengan
hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah
berhenti membalik nilai".
"Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan,
pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu
hiburan, berjilbab tapi telanjang jadi mode, materialistis dan permisive
kini menjadi suatu gaya hidup pilihan,dan lain lain."
"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadani, kallan sedikit demi sedikit
menerimanya. Paham?" tanya thu Guru kepada murid-munidnya. "Paham buu..."
"Baik permainan kedua..."
Begitu Bu Guru melanjutkan. "Bu Guru punya Quran, Ibu letakkan di tengah
karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah,
bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa menginjak
karpet?"
Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan
lain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya,
dan ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.
"Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. . Musuh-musuh islam
tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. .. Karena tentu
kalian akan menolaknya mentah-mentah. Preman pun tak akan rela kalau Islam
dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan
dari pinggir, sehingga
kalian tidak sadar."
"Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah
pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah
yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau
membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan
dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan" .
"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam
terang-terangan, tapi I a akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dan
perangai kalian, cara hidup kalian, mode! pakaian kalian, dan lain-lain,
sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam
dan mengikuti cara yg mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."
"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikni (Perang Pemikiran). Dan inilah yang
dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham ànak-anak?" "Paham buu'
"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?"
tanya mereka.
"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang Salib,
Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."
"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar,
akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan
bangkit serentak, baru mereka akan sadar."
Paham anak-anak?" "Paham Buu.."
"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan marl kita berdoa
dahulu sebelum pulang..."
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat
belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, "Saya punya
permainan...
Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada
penghapus.Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur.!", jika saya
angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!"
Murid munidnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian
mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata,
"Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah
"Penghapusl" ,
jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!".
Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tantu saja munid-munid kerepotan dan
kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa
beradaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permainan berhentL
Sang guru tersenyum kepada murid-munidnya.
"Anak-anak, begituah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathi!
itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh
kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dan
yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit
bagi kita menenima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan
cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat pun kalian terbiasa dengan
hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah
berhenti membalik nilai".
"Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan,
pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu
hiburan, berjilbab tapi telanjang jadi mode, materialistis dan permisive
kini menjadi suatu gaya hidup pilihan,dan lain lain."
"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadani, kallan sedikit demi sedikit
menerimanya. Paham?" tanya thu Guru kepada murid-munidnya. "Paham buu..."
"Baik permainan kedua..."
Begitu Bu Guru melanjutkan. "Bu Guru punya Quran, Ibu letakkan di tengah
karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah,
bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa menginjak
karpet?"
Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan
lain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya,
dan ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.
"Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. . Musuh-musuh islam
tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. .. Karena tentu
kalian akan menolaknya mentah-mentah. Preman pun tak akan rela kalau Islam
dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan
dari pinggir, sehingga
kalian tidak sadar."
"Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah
pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah
yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau
membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan
dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan" .
"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam
terang-terangan, tapi I a akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dan
perangai kalian, cara hidup kalian, mode! pakaian kalian, dan lain-lain,
sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam
dan mengikuti cara yg mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."
"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikni (Perang Pemikiran). Dan inilah yang
dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham ànak-anak?" "Paham buu'
"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?"
tanya mereka.
"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang Salib,
Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."
"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar,
akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan
bangkit serentak, baru mereka akan sadar."
Paham anak-anak?" "Paham Buu.."
"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan marl kita berdoa
dahulu sebelum pulang..."
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat
belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Monday, February 2, 2009
Arti Sebuah Nama
Bagi sebagian orang, nama merupakan kebanggaan. Bagi yang lain, nama tidak memiliki arti apa-apa. Bagi kebanyakan orang, nama adalah citra cita dan harapan.
Begitu pula dengan masyarakat sebuah desa. Tiap orang tua di desa itu memiliki cita-cita agar anak mereka kelak mendapat gelar 'Ki', gelar untuk seorang dukun. Gelar ini tidak diwariskan melalui garis keturunan, melainkan melalui penunjukan oleh dukun sebelumnya.
Saat datang pertama kali ke desa ini aku kagum dengan etos kerja dan kesantunan penduduknya. Kekaguman itu mulai berkurang saat aku mengenal nama-nama mereka, dan berubah menjadi senyum agak tertahan setelah mengetahui keberadaan gelar 'Ki'.
Mengingat nama mereka membuatku terhibur saat menghadapi kemacetan, pekerjaan yang menumpuk, dan masalah hidup lainnya. Aku berulang-ulang membayangkan wajah-wajah yang kukenal di desa itu. Ada yang bernama Rakira, Rikanan, Rabmubeng, Pitingkali, Riting, dan Ribonegro. Apa jadinya jika mereka berhasil mendapat gelar Ki, dan memasangnya di depan nama mereka.
Sebenarnya hal ini harus aku rahasiakan dari siapa pun juga. Desa itu sendiri sangat tertutup dengan dunia luar. Satu-satunya yang boleh memasuki desa itu adalah klien sang dukun, dan atasanku adalah salah satunya.
***
Aku baru saja selesai makan siang di ruanganku, sedang menimang gelang pemberian tetua desa itu tiga tahun lalu. Dengan menunjukkan gelang itu aku bisa keluar masuk desa tersebut dengan bebas.
Pintu ruanganku tiba-tiba terbuka tanpa diketok lebih dulu, lalu kepala tanpa bayangan menyembul. Dia atasanku.
"Amat, lima menit lagi ke ruanganku sebentar!", pintu kembali tertutup tanpa aku sempat mengiyakan.
Begitu pula dengan masyarakat sebuah desa. Tiap orang tua di desa itu memiliki cita-cita agar anak mereka kelak mendapat gelar 'Ki', gelar untuk seorang dukun. Gelar ini tidak diwariskan melalui garis keturunan, melainkan melalui penunjukan oleh dukun sebelumnya.
Saat datang pertama kali ke desa ini aku kagum dengan etos kerja dan kesantunan penduduknya. Kekaguman itu mulai berkurang saat aku mengenal nama-nama mereka, dan berubah menjadi senyum agak tertahan setelah mengetahui keberadaan gelar 'Ki'.
Mengingat nama mereka membuatku terhibur saat menghadapi kemacetan, pekerjaan yang menumpuk, dan masalah hidup lainnya. Aku berulang-ulang membayangkan wajah-wajah yang kukenal di desa itu. Ada yang bernama Rakira, Rikanan, Rabmubeng, Pitingkali, Riting, dan Ribonegro. Apa jadinya jika mereka berhasil mendapat gelar Ki, dan memasangnya di depan nama mereka.
Sebenarnya hal ini harus aku rahasiakan dari siapa pun juga. Desa itu sendiri sangat tertutup dengan dunia luar. Satu-satunya yang boleh memasuki desa itu adalah klien sang dukun, dan atasanku adalah salah satunya.
***
Aku baru saja selesai makan siang di ruanganku, sedang menimang gelang pemberian tetua desa itu tiga tahun lalu. Dengan menunjukkan gelang itu aku bisa keluar masuk desa tersebut dengan bebas.
Pintu ruanganku tiba-tiba terbuka tanpa diketok lebih dulu, lalu kepala tanpa bayangan menyembul. Dia atasanku.
"Amat, lima menit lagi ke ruanganku sebentar!", pintu kembali tertutup tanpa aku sempat mengiyakan.
Subscribe to:
Posts (Atom)