Monday, January 19, 2009

Soekarno VS Natsir ( Tayamum )

Senin, 19 Januari, 2009 22:28
Di Majalah Pandji Islam tahun 1940, Soekarno membuat tulisan berjudul masyarakat onta dan masyarakat kapal udara. Soekarno memulai tulisannya dengan sebuah cerita tentang anaknya, Ratna Juami, yang melihat anjing kesayanganya menjilat air dalam panci. "Papi, papi, si Ketuk (naman anjing itu,red) menjilat air dalam panci!" teriak Ratna.
"Buanglah air itu, dan cucilah panci itu beberapa kali bersih-bersih dengan sabun dan kreolin," jawab Soekarno. Ratna termenung sebentar. Kemudian ia bertanya, "Tidakkah Nabi bersabda, bahwa panci itu mesti di cuci tujuh kali, antaranya satu dengan tanah?"
Soekarno menjawab, "Ratna, di zaman Nabi belum ada sabun dan kreolin. Nabi waktu itu tidak bisa memerintahkan orang memakai sabun dan kreolin." Muka Ratna menjadi tenang kembali. malam itu ia tidur dengan roman muka yang seperti tersenyum, seperti mukannya orang yang mendapat kebahagiaan besar. Demikian tulis soekarno.

Mohammad Natsir mengkritik kisah yang ditulis Soekarno itu sebagal "akal merdeka yang salah pasang". Natsir berpendapat ajaran Nabi saw dengan mencuci tujuh kali dan satu kali dengan tanah terhadap bejana yang di jilat anjing bukan semata perbuatan "duniawi", tapi sebuah ubudiyah yang sudah diatur caranya oleh islam, seperti berwudhu dan lain-lain.
Jadi kalau Soekarno mengatakan tak perlu cuci dengan tanah, cukup dengan sabun, karena zaman Nabi tidak ada sabun, maka kata Natsir, nanti akan ada orang yang berpendapat, kalau kita terpaksa bertayamum tak perlu dengan tanah lagi. "Dulu orang belum bisa pakai bedak wangi yang lebih Higienis dari tanah, sekarang ada bedak wangi. Dus, kalau mau solat dan terpaksa bertayamum, boleh berbedak saja." Sindir natsir.

Akibat dari akal merdeka itu, kata Natsir agama bukan lagi di interpretasi, tapi sudah dilikuidasi. Natsir menyatakan, agamalah batas-batas yang telah diberikan Ilahi agar akal merdeka berfungsi dengan semestinya, menjadi lampu petunjuk jalan dan tidak menimbulkan kebakaran yang berkoar-koar. Dalam Agama, kata Natsir, ada hikmah-hikmah tersembunyi di balik syariat-Nya.

No comments: