Tuesday, May 12, 2009

ILMU VS HARTA

Banyak dari orang tua lebih mementingkan fisik atau material ketimbang spiritual atau ruhani dalam mendidik buah hatinya. Sang anak diberikan baju baru yang indah disaat ulang tahun. Orang tua sangat cemas bila anaknya sakit, lalu diantarlah anaknya ke rumah sakit termewah dan terlengkap fasilitasnya. Sang anak diberi uang jajan yang kadang berlebihan tiap harinya. Tidak lupa pula diharuskan les vokal, balet, dan lain sebagainya.

Hal-hal di atas tidaklah salah, tetapi jika memberikan perhatian secara tidak seimbang antara jasmani dan ruhani atau material dan spiritual, itulah yang tidak benar. Seharusnya anak dimasukkan ke TPA atau madrasah disamping diberi les mental aritmatika, agar terjadi keseimbangan antara Intelligence Quotion ( IQ ) dan Spiritual Quotion ( SQ ).

Disamping memberikan nafkah atau sebagian harta kepada anak sebagai wujud tanggung jawab orang tua, alangkah baiknya jika para orang tua menanamkan di benak anaknya kecintaan terhadap ilmu.

Penulis akan mencoba menguraikan beberapa perbedaan ilmu dan harta, diantaranya adalah:

- Ilmu itu akan menjaga kita sedangkan harta kita yang menjaganya.

Bagaimana tidak? Melalui ilmulah kita tahu apa-apa yang baik buat kita dan hal-hal yang berakibat buruk pada kita. Dengan pemahaman yang mendasar serta mengimplementasikan di keseharian kita, Insya Allah kita akan terjaga dan
berada di rel-rel kebenaran.

Sedangkan harta, kitalah yang menjaganya, kalau kita lengah dalam pengelolaannya, maka hampir dapat dipastikan harta kita akan terkuras habis. Kesimpulannya, harus mempunyai kecerdasan finansial untuk memanage harta kita. Dan kecerdasan finansial didapat dari ilmu.

- Ilmu dapat menghakimi harta sedangkan harta tidak dapat menghakimi ilmu.

Di dalam agama Islam, terdapat hukum tentang zakat. Diantaranya adalah zakat maal ( harta ) yang dikeluarkan 2,5% harta kita untuk orang yang membutuhkan. Syarat dikeluarkannya zakat itu adalah bila sudah mencapai satu tahun dan harta kita minimal senilai kira-kira 80 gram emas. Selain itu ada hukum tentang warisan, hibah, infak, sedekah, dan lain-lain. Ilmu-ilmu tersebut harus kita pelajari dan amalkan bila ingin memiliki kecerdasan finansial yang mumpuni.

- Ilmu akan bertambah bila disampaikan sedangkan harta akan habis bila dibelanjakan.

Penulis pernah menjadi asisten dosen pada sebuah perguruan tinggi diwaktu menjadi mahasiswa tingkat akhir. Menurut pengalaman penulis sendiri, setelah mentransfer ilmu yang sudah penulis dapat ke adik-adik mahasiswa, pemahaman terhadap ilmu tersebut menjadi mendalam dan semakin mudah untuk merangkaikan antara suatu bab dengan bab yang lain sehingga lebih hapal dan lancar untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Bila harta di belanjakan, terutama oleh orang yang sudah tercemar budaya konsumerisme apalagi tidak mampu mengelola harta yang diamanahkan kepadanya dengan baik, percayalah bahwa harta tersebut akan habis sia-sia.

- Pemilik harta jika wafat terpisah dengan hartanya sedangkan ilmu bermanfaat tidak akan terputus hubungannya dengan sang pemilik walaupun pemiliknya sudah wafat.

Kita semua pasti akan mati, dan itu pasti. Apakah yang akan kita bawa ke kampung akhirat nanti ? Apakah harta yang kita kumpulkan dengan susah payah akan menemani kita ? Tentu tidak, harta tersebut tentu akan diwariskan kepada suami/istri, anak-anak, dan kerabat kita.

Ilmulah yang menemani kita di kampung akhirat nanti, karena melalui ilmulah kita tahu bekal-bekal apa saja yang harus dibawa ke tempat kita kembali nanti. Suri tauladan kita ( Rasulullah ) bersabda yang intinya: jika manusia mati, akan terputuslah amalnya di dunia, kecuali tiga yang salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat.

- Ilmu yang bermanfaat diperoleh hanya orang-orang terpilih saja sedangkan harta didapat oleh semua orang baik itu orang baik, orang jahat, dan lain-lain.

Benarlah apa yang disebutkan di atas, bahwa ilmu yang bermanfaat hanya untuk orang-orang pilihan, bagaimana tidak? Hanya orang-orang yang disiplin dan mencintai ilmulah yang dapat memperoleh pemahaman ilmu. Merekalah orang terpilih untuk mendapatkan pemahaman terhadap ilmu, sebab tidak semua orang mendapatkannya, sedangkan harta bisa didapat oleh siapa saja apakah itu penjahat, penjambret, koruptor, pedagang, penipu, pegawai, dan lain-lain.

- Ilmu akan menyempurnakan seseorang sedangkan harta tidak bisa menyempurnakan seseorang dan kalaupun bisa hanya memperbagus fisik atau penampilannya saja.

Melalui ilmu yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari lahirlah seorang manusia yang paripurna, pribadi yang dapat membuat dirinya mengarah ke kurva kebaikan dan kemudian menyebarkan kepada orang lain.

- Ilmu akan membawa seseorang tawadhu/rendah hati dan melaksanakan ibadah sedangkan harta dapat membawa seseorang kepada perbuatan sombong, angkuh dan melewati batas.

Seperti yang sudah dikupas sebelumnya, ilmu yang dihayati oleh para penuntut ilmu membuat orang tersebut menjadi lebih rendah hati. Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk.

Semakin banyak harta yang digunakan oleh orang yang tidak mengerti hakikat harta sebenarnya, semakin membuat orang tersebut sombong dan angkuh.


Akhir dari kupasan penulis adalah bahwa kita harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat nanti tetapi jangan lupakan pula kehidupan dunia yang kita jalani sekarang. Letakkanlah harta / kehidupan dunia di tangan kita jangan di hati kita, agar kita senantiasa dapat melepasnya dengan sabar apakah itu dalam rangka sedekah, infaq, zakat ataupun jika kehilangan. Letakkan ilmu di hati kita agar senantiasa hapal sampai alam bawah sadar kita sehingga dengan mudah menjalankan apa yang sudah kita ketahui.

Izinkan penulis di akhir uraian ini mengutip ayat Alqur'an Surat Qashash:77 (QS. 28:77)
" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan "

No comments: