By admin ⋅ May 7, 2009 ⋅ Post a comment
Belakangan mutu guru benar-benar dipersoalkan, ini terkai dengan prestasi akademik siswa yang tak jua mentereng bagusnya. Menghitung dan menimbang-nimbang mutu guru, yang terkuak adalah bagaimana guru dalam mentransformasikan ilmu kepada siswa atau peserta didik, dan itu adalah persoalan metode.
Kenyataan di lapangan memang masih banyak terlihat guru mengajar dengan cara semaunya, tanpa melihat pokok bahasan. Asal materi tersampaikan, sepertinya urusan transformasi ilmu sudah beres. Perkara siswa ada yang belum bisa, biasanya dianggap persoalan biasa, dan penjelasan berulang pun tak jarang dilakukan meski dengan cara yang serupa.
Bila fenomena ini masih bertaburan di banyak guru, dapatlah kiranya dikatakan kalau guru-guru Indonesia masih terlalu ciut wawasan dan enggan berinovasi. Atau mereka cenderung menyeragamkan cara mengajar pada semua materi dan pokok bahasan. Padahal tak jarang ada pokok-pokok bahasan yang sangat memungkinkan cara mengajar guru dengan cara yang beda dan lebih inovatif.
Kecenderungan pula guru main sikat untuk semua siswa, tanpa melihat minat dan tingkat kecerdasan atau intelegensi tiap-tiap individu siswa itu. Padahal untuk siswa yang kecerdasannya minim, sangat mungkin lambat dalam memahami penjelasan guru. Baru bisa paham biasanya selain butuh waktu lama, butuh pula penjelasan berulang-ulang, atau butuh cara penjelasan yang beda.
Sehingga tidak ada alasan untuk tidak, jika guru ingin mengantongi guru profesional dan bermutu maka ia harus pandai-pandai berinovasi dalam menggunakan metode mengajarnya. Tidak hanya mengandalkan satu jenis metode mengajar saja atau paling banter dua metode lantas bangga dan kemudian marah-marah ketika melihat siswanya lambat menyerap ilmu dari si guru tersebut.
Ada tujuh macam metode mengajar yang bisa membantu guru mengajar dengan suasana yang lebih menyegarkan dan efektif.
1. Metode Tanya Jawab (Question & Answer)
Adapun bentuk tanya jawab dapat dibagi ke dalam empat jenis:
1. Pertanyaan yang bersifat mencari informasi (Informational questions).
2. Pertanyaan tertutup (Close-ended questions), yaitu pertanyaan yang tidak perlu dipertimbangkan apakah harus dijawab dengan jawaban yang penjang lebar atau yang singkat. Hanya perlu dijawab dengan betul atau salah.
3. Pertanyaan yang menuntut pemikiran (Three dimensional questions), yaitu pertanyaan yang bukan hanya menuntut fakta, melainkan selangkah lebih maju untuk menunjuk sebab, arti, dan perasaan.
4. Pertanyaan terbuka (Open-ended questions), dimana murid sendiri mengalami hal tersebut, dan menjawab pertanyaan sesuai dengan kebenaran yang diterima mereka secara pribadi.
Adapun prinsip-prinsip dalam mengajukan pertanyaan adalah sebagai berikut:
• Pertanyaan harus jelas, singkat, dan sesuai dengan tingkat penerimaan murid.
• Jangan terlalu banyak mengajukan pertanyaan betul salah.
• Terlebih dahulu ajukan pertanyaan kepada semua murid. Baru kemudian sebutkan nama salah seorang murid untuk menjawab, tetapi jangan memanggil secara berurutan.
• Tentu saja boleh memberi kebebasan kepada murid untuk menjawab pertanyaan, tetapi perhatikanlah jangan sampai sebagian orang terus-menerus menjawab pertanyaan. Sebaiknya berikan kesempatan pada setiap murid untuk berpartisipasi.
• Setelah bertanya, berikan waktu yang cukup untuk berpikir. Guru jangan terburu-buru memberikan jawaban.
• Jikalau jawaban murid salah, jangan ditegur atau ditertawakan. Sedapat mungkin pujilah kelebihannya dan perbaiki kesalahannya dengan cara yang bijaksana.
• Jikalau murid tidak dapat menjawab pertanyaan yang telah diajukan, jangan menunggu terlalu lama. Undang murid lain untuk menjawab.
• Jangan menambahkan pertanyaan lain dalam pertanyaan yang kita ajukan.
• Dapat menjelaskan pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lain.
• Pertanyaan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk memberikan pertanyaan yang baik, perlu menyediakan waktu untuk mempersiapkannya.
2. Metode Diskusi (Discussion)
Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat merangsang, yang dapat membangkitkan minat murid untuk berpartisipasi dalam diskusi yang positif. Bentukya antara lain:
1. Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus dapat diutarakan dengan bentuk yang berbeda-beda. Uraikan secara terinci keadaan yang terdapat dalam sebuah kasus, agar murid dapat mencari cara penyelesaian yang mungkin dapat dipakai. Contoh-contoh bentuk studi kasus yang berbeda seperti berikut: utarakan sebuah cerita yang belum selesai; mengutip laporan surat kabar, mengajukan suatu masalah kejiwaan; utarakan dengan gambar untuk merangsang murid berdiskusi; atau memakai riwayat hidup para tokoh, laporan sejarah, catatan statistik, dan sebagainya.
2. Debat (Debate)
Dua orang atau dua kelompok murid memperdebatkan satu masalah dari segi pro dan kontranya. Dari proses perdebatan itu, murid dapat memahami pandangan-pandangan yang timbul dari konsep- konsep yang berbeda. Mereka yang ikut serta dalam perdebatan haruslah mempunyai pengenalan yang cukup dan persiapan yang mantap tentang soal yang didiskusikan.
3. Metode-metode diskusi lainnya yang terdapat dalam buku ini adalah:
- Penyelesaian/pemecahan masalah (Problem Solving)
- Pengumpulan gagasan secara mendadak (Brainstorming)
- Kelompok berbincang-bincang (Buzz Group/Two by Two)
3. Metode Drama
Bentuknya antara lain:
1. Peragaan Gambar (Picture Posing)
Metode ini cocok untuk anak-anak yang usianya agak kecil. Urutannya adalah sebagai berikut:
- Pilihlah sebuah gambar yang berkaitan dengan isi pelajaran.
- Mendiskusikan inti pelajaran tersebut.
- Menirukan sikap dari tokoh yang terdapat dalam gambar.
- Menghafal ayat Alkitab atau mengajukan pertanyaan.
2. Monolog
Mintalah seorang murid untuk mempersiapkan dengan baik dan memerankan diri sebagai salah seorang tokoh Alkitab/tokoh cerita. Lalu dengan memakai kata ganti orang pertama mengisahkan riwayat hidup, perasaan atau pun konsep terhadap pengalaman tertentu dan lain-lain.
3. Metode-metode drama lainnya yang terdapat dalam buku ini adalah:
- Pantomim (Pantomime)
- Drama (Formal Dramatization)
- Peragaan peran (Role Playing)
4. Metode Ceramah (Lecture)
Melalui ceramah GSM menyampaikan satu pokok pelajaran kepada murid secara teratur dan sistematis dalam bentuk pidato. Hal-hal penting yang harus diperhatikan antara lain ialah:
1. Sasaran dari pokok pelajaran harus jelas.
2. Kumpulkan bahan-bahan yang cukup.
3. Berusahalah untuk menggunakan istilah-istilah yang sederhana.
4. Jangan memakai suara yang datar (monoton), perhatikan kecepatan tinggi dan rendahnya nada suara kita.
5. Ingatlah bahwa isi ceramah harus teratur dan sistematis supaya pendengarnya mudah mengerti dan mengingatnya.
6. Jangan menggunakan pembagian yang terlalu banyak.
7. Ulangilah bagian depan untuk membawa mereka masuk ke bagian berikutnya. Jangan sampai masing-masing bagian terlepas dari konteksnya.
5. Metode Kelompok Pendengar (Listening Teams)
Guru membacakan sebuah laporan atau naskah dengan membagi murid menjadi dua atau beberapa kelompok. Mintalah setiap kelompok menyimak butir-butir penting yang telah ditentukan (misalnya kelompok pertama memperhatikan hal yang positif, sedangkan kelompok dua memperhatikan hal yang negatif). Kemudian setiap kelompok harus kembali memberikan laporan kepada guru dan teman- teman sekelasnya. Setelah itu baru mengadakan diskusi
6. Metode Simposium (Symposium)
Simposium adalah serangkaian ceramah pendek yang disampaikan oleh sekelompok kecil orang kepada seluruh murid. Boleh mengundang para ahli sebagai pembicara, atau meminta murid untuk mempersiapkan terlebih dahulu bagan-bagan yang berbeda. Kemudian mereka masing-masing menyampaikan segi-segi dan konsep-konsep di bawah pimpinan seorang pemimpin.
7. Metode Peninjauan ke Lapangan (Field Survey)
Maksudnya adalah mengadakan survey, mencari informasi bersama- sama dengan teman-teman sekelas secara terpimpin dan terarah, untuk memperoleh bahan dan pengalaman yang orisinal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mengatur dan menghubungi terlebih dahulu, mempersiapkan transportasi dan penanggung jawabnya.
2. Berilah petunjuk kepada murid mengenai hal-hal dan bagian- bagian penting yang perlu diteliti.
3. Membuat laporan tentang hal-hal yang telah didengar, dilihat dan dipelajari mereka, sewaktu mengadakan penelitian di lapangan.
Print This Post
Sunday, June 14, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment