Monday, October 27, 2008

B



Katagori : Opini
Oleh : Erros Jafar 18 Apr 2004 - 10:14 pm

imageMenarik beberapa peristiwa yang terjadi pada minggu2 ini, dimana rakyat Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan presiden secara langsung, ditetapkannya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai tersangka bom bali dan bom2 lainnya yang terjadi di Indonesia oleh POLRI setelah keputusan pengadilan membebaskannya dari segala tuduhan2 terorisme.

Ditolaknya mentah2 kemauan Amerika Serikat untuk menjerat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir ke penjara selama-lamanya melalui ketua umum Muhamadiyah Syamsul Ma’arif, tuduhan Amerika dan PBB mengenai kasus Haramain yang melibatkan Ust. Hidayat Nur Wahid yang salah alamat, dan ketidak tundukan Ketua Umum NU Hasyim Muzadi terhadap dikte2 Amerika Serikat.

Saya agak tersenyum gembira melihat fenomena tersebut karena ternyata tidak semua ulama2 yang ada di Indonesia dapat dipengaruhi oleh kekayaan, kekuasaan dan jabatan dan saya berharap pula semoga di masa depan bangsa ini akan memunculkan ulama2 seperti beliau2 diatas lebih banyak lagi sehingga dapat mengantarkan bangsa ini menuju masa keemasannya dibawah naungan Al- Quran dan hadist.

Tulisan dibawah ini hanya merupakan gagasan dari pemikiran penulis belaka, bukan bermaksud mengurui, karena kebenaran itu hanya datang dari Allah SWT, maka apabila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu mutlak milik Allah SWT, dan jika ada kesalahan dan kebodohan maka itu 100% dari kebodohan penulis.

Kita sekarang ini banyak membicarakan mengenai pemilihan umum dengan fokus penekanannya terdapat pada tahap pemilihan Presiden dan wakil presiden, seharusnya umat Islam yang terdapat di berbagai partai (baik partai Islam mapun nasionalis) tidak hanya mencurahkan semua tenaganya pada penekanan siapa yang akan menjadi pemimpin nasional. Tetapi tenaga itu seharusnya juga difokuskan kepada pembinaan umat supaya mereka lebih mengetahui lebih banyak lagi mengenai agamanya sehingga tercipta seorang muslim yang mempunyai hati dan akhlak yang luhur, serta kepintaran dan wawasan yang luas mengenai keilmuan dan keteknologian. Sebagian energi tersebut seharusnyalah difokuskan pula secara proporsional untuk memunculkan ulama-ulama yang bersih sebagaimana dicontohkan para ulama-ulama bersih sebelumnya (baik yang ada sekarang maupun yang ada di masa lalu, baik yang ada di Indonesia maupun luar Indonesia) yang berjuang dengan gagah berani menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar, tanpa takut akan celaan dan cacian tanpa takut kehilangan jabatan dan kekayaan, tanpa takut penyiksaan dan penjara bahkan kematian karena hidup mereka hanya untuk mengapai ridho Allah SWT.

Belajar dari kejayaan dan keruntuhan Khalifah Ustmaniyah di Turki, maka kita dapat memperhatikan pelajaran, bahwa kejayaan Islam dan kejatuhannya ternyata ditentukan oleh tiga komponen penggeraknya yaitu,

1 para ulama bersih
2. para pemimpin yang tidak berbuat maksiat kepada Rabbnya dan
3. rakyat/umatnya yang mayoritasnya mempunyai kualitas keimanan yang tinggi.

Ketika Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel yang merupakan wilayah kekuasaan dari Romawi. Kita melihat bahwa kondisi umat Islam dewasa itu ditopang oleh tiga pilar kekuatan utama yaitu ulama bersih yang menegakkan amar maruf dan nahi mungkar sesuai sebagaimana ditentukan oleh syariat Islam, pemimpin yang adil dan bersendikan keikhlasan dan tidak berbuat maksiat dalam kehidupan sehari-harinya ditopang dengan rakyat yang sebagian besarnya merupakan kalangan muslim dengan kualitas keimanan yang tinggi. Mereka secara bersinergi menjalankan syariat Islam dengan benar dan hasilnya adalah kekuatan yang besar dan menentukan yang disegani oleh semua orang kala itu.

Selanjutnya setelah beberapa ratus tahun berlalu, kita melihat bahwa pada akhirnya ketiga pilar tersebut pelan-pelan mengalami penurunan dalam kualitasnya, para ulama mereka banyak yang melacurkan diri kepada kekuasaan yang ada, menjual ayat-ayat quran dengan imbalan materi dan tidak menjalankan mekanisme amar maruf dan nahi mungkar sebagaimana yang digariskan oleh Quran dan Sunnah. Para pemimpin hanya memikirkan mempertahankan kekuasaan dan banyak berbuat kemaksiatan dan kedzoliman dalam kesehariannya, sementara rakyat sebagian besarnya mulai meninggalkan keIslamannya karena dianggap kuno dan ketinggalan sehingga kekhalifahan Turki Ustmani dewasa itu berada dalam masa kemunduran dan ujung-ujungnya adalah kekalahan dan keruntuhannya pada tahun 1924.

Di abad ke-21 ini kita berada di masa kejahiliyyah mencapai tahtanya menggurita ke seluruh sendi kehidupan dan sendi ketata hubungan seluruh masyarakat.

Dunia diliputi oleh kegelapan dengan dicampakkanya sumber penerangan utama Islam Quran dan hadist. Umat kebanyakan terlena oleh kegemerlapannya kehidupan duniawi yang semu, yang dibawa oleh peradaban imperialisme materialis dan mengira mereka bahwa mereka dapat meneguk kebahagiaan dengan mengikuti peradaban batil tersebut.

Keruntuhan kekhalifahan Turki Ustmani merupakan bencana besar bagi umat Islam, karena umat pada waktu itu dan juga pada dewasa ini tidak mempunyai payung untuk melindunginya dari intaian dan serangan musuh-musuhnya. Umat Islam terpecah dan terkotak-kotak dalam beberapa negara di tengah-tengah pemimpin mereka yang hanya memikirkan kekuasaan dan bergelimpangan dengan kemaksiatan. Umat Islam dewasa ini laksana buih di pantai yang di bawa angin tak menentu arah dan tidak mempunyai peranan untuk memperbaiki dunia sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi Muhamad Saw dalam hadistnya :

“ Suatu waktu kelak umat Islam akan diperebutkan oleh umat-umat lainnya sebagaimana orang-orang yang rakus sedang memperebutkan suatu hidangan. Apakah kita waktu itu sedikit jumlahnya wahai Rasulullah? (ujar seorang sahabat). Tidak, jawab beliau, Bahkan kamu waktu itu banyak sekali, tapi hanya ibarat buih di pantai saja”

Apa yang di prediksikan oleh Rasulullah tersebut sepertinya identik dengan kondisi umat Islam dewasa ini, dimana jumlah mereka banyak tetapi peranannya dalam politik internasional hanya menjadi buih yang selalu mengikuti kemana arah USA dan PBB menginginkannya. Mereka laksana santapan yang diperebutkan oleh negara-negara kapitalis untuk mengisi kantong ekonominya, sebagaimana kita lihat negara-negara Arab khususnya dan negara-negara berpenduduk Islam umumnya dewasa ini.

Memang menyedihkan bahwa umat Islam ini berjumlah 1 milyar lebih bertebaran di berbagai negara di dunia ini, tetapi keterwakilannya di dalam Dewan Keamanan PBB paling penting adalah hanya sebagai anggota tidak tetap yang tidak mempunyai hak veto. Sedangkan posisi Anggota Tetap PBB diharamkan negara Islam mendudukinya.

Belajar dari kemunduran-kemunduran tersebut diatas, seyogyanya umat Islam mengambil hikmah dari kemunduran-kemunduran tersebut diatas, dan mulai lagi menata kehidupan mereka hanya untuk satu ideologi yang jelas dan memulai lagi pembinaan sebagaimana nabi Muhammad SAW mempraktekkannya pada awal da’wah beliau di kota Mekkah :

1.dari pribadi jahiliyyah menjadi pribadi Islami dengan memahami Islam sebagai ajaran yang syamil (menyeluruh) yang meliputi semua lingkup kehidupan.

2.dari keluargan yang jahilliyyah menuju keluarga yang Islami dengan mendakwahkan suam/istri, anak, orang tua, adik, kakak, dan keluarga dekat tentang ketiinggian dan kemuliaan dinul Islam.

3.dari masyarakat jahiliyyah menuju masyarakat Islami

4.dari tatanan kenegaraan jahiliyyah menuju tatanan kenegaraan Islami

Selain itu umat Islam harus dapat memunculkan ulama-ulama yang bersih yang tidak mudah tergoda oleh godaan jabatan dan kekayaan yang bertujuan satu meluruskan hukum Islam sesuai rel syariah yang ada yang menjalankan amar maruf dan nahi munkar kepada siapa pun tanpa memandang apakah ia penguasa atau rakyat jelata tanpa harus takut akan intimidasi, hukuman penjara bahkan ancaman pembunuhan sekalipun sebagaimana dicontohkan Imam Ahmad di masa Kekhalifahan Sultan Mahmud dan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol menentang penjajahan Belanda serta banyak ulama bersih lainnya di masa dahulu maupun masa sekarang.

Setelah umat sebagian besarnya sudah memahami dan tercerahkan oleh Islam serta melepaskan idelogi-idelogi lain selain Islam ditambah lagi dengan bermunculannya ulama-ulama yang bersih, maka tiba saatnya bagi umat Islam untuk memunculkan pemimpin yang bersih yang tidak berbuat maksiat kepada Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan khalifah-khalifah generasi awal dan generasi selanjutnya yang memegang amanah kepemimpinan sesuai dengan apa yang digariskan oleh syariah Islam. Sehingga pada akhirnya ketiga pilar ideal tersebut akan bersinergi dan membentuk kekuatan yang besar yang mampu menerjang semua kebatilan yang ada didepannya dan menyebarkan sinar kebenaran dan kesejahteraan keseluruh penjuru bumi.

Itulah sekelumit gambaran dari penulis mengenai tiga pilar kebangkitan Islam. Akhirnya kesemuanya dikembalikan kepada Kekuasaan dan Iradah Allah SWT, Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdo’a dengan dibarengi dengan niat karena mengharapkan ridho Allah dalam bingkai keikhlasan kepada-NYA.

ratu_75id@yahoo.com

No comments: