Wednesday, January 6, 2010

CARA TIDUR SEORANG MUSLIM

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (QS. Ar Rum : 23)

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat” (QS. An Nabaa’ : 9)

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yaitu termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah menjadikan sifat tidur bagi kalian di waktu malam dan siang. Dengan tidur, ketenangan dan rasa lapang dapat tercapai rasa lelah dan kepenatan dapat hilang” (Tafsir Ibnu Katsir III/402)

Berikut beberapa adab tidur seorang muslim yang dikerjakan oleh Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam,

Pertama, berwudhu sebelum tidur. Dari Bara’ bin ‘Azib radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,

“Idzaa atayta madhja’aka fatawadhdha’ wudhuunaka lish-shalaaH” yang artinya “Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk shalat” (HR. al Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini berisi anjuran untuk berwudhu ketika hendak tidur. Apabila seseorang telah mempunyai wudhu, maka hal itu telah mencukupinya, karena maksud dari itu semua adalah tidur dalam keadaan suci khawatir maut menjemputnya seketika itu.

Maksud yang lainnya, dengan berwudhu dapat menjauhkan diri dari gangguan setan dan perasaan takut ketika tidur” (Syarah Shahiih Muslim XVII/197)

Kedua, membersihkan (mengebuti) tempat tidur. Dari Abu Hurairah radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,

“Apabila salah seorang diantara kalian hendak tidur maka kebutilah tempat tidurnya dengan ujung sarungnya, karena sesungguhnya dia tidak tahu apa yang akan menimpanya” (HR. al Bukhari no. 6320 dan Muslim no. 2714)

Ketiga, membaca surat al Ikhlas, al Falaq dan an Naas. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHa, ia berkata,

“Adalah Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam apabila hendak tidur beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu meniupnya seraya membaca surat al Ikhlas, al Falaq dan an Naas. Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke bagian tubuhyang bisa diusap. Dimulai dari kepala, wajah dan bagian tubuh lainnya sebanyak tiga kali” (HR. al Bukhari no. 5017, Abu Dawud no. 5056 dan at Tirmidzi no. 3406)

Keempat, tidur dengan berbaring ke sisi kanan. Dari Bara’ bin ‘Azib radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,

“Idzaa atayta madhja’aka fatawadhdha’ wudhuunaka lish-shalaaH, tsummadh thaji’ ‘alaa syiq-qikal ayman” yang artinya “Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan” (HR. al Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Imam Ibnu Qayyim al Jauziyyah rahimahullaH berkata, “Adalah Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam tidur dengan berbaring ke kanan dan beliau meletakkan tangannyayang kanan di bawah pipinya yang kanan” (Zaadul Ma’aad I/150)

Imam Ibnul Jauzi rahimahullaH berkata, “Keadaan tidur seperti ini sebagaimana ditegaskan oleh pakar pengobatan, adalah keadaan (posisi)yang paling baik bagi tubuh” (Fathul Baari XI/132)

Kelima, membaca doa sebelum tidur. Dari Hudzaifah radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata,

“Apabila Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam hendak menuju pembaringannya untuk tidur, beliau berdoa, ‘AllaHumma bismika amuutu wa ahyaa (Yaa Allah, dengan nama-Mu aku mati dan hidup kembali)’. Ketika bangun tidur, beliau berdoa, ‘AlhamdulillaHil ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayHin nusyuur (Segala puji bagi Allahyang telah menghidupkan kami kembali setelah sebelumnya mematikan kami, dan hanya kepada-Nyalah kami akan kembali)’” (HR. al Bukhari, Abu Dawud, at Tirmidzi no. 3413 dan Ibnu Majah)

Keenam, tidak tidur setelah Shubuh. Suatu ketika ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaHu ‘anHu melihat anaknya sedang tidur di waktu Shubuh, kemudian beliau berkata,

“Bangunlah !, Apakah engkau hendak tidur disaat rizki itu sedang dibagikan?” (Zaadul Ma’ad IV/221)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tidur di waktu shubuh dapat mencegah rizki, karena pada waktu itu adalah waktu manusia mencari rizkinya. Waktu shubuh adalah waktu pembagian rizki. Maka, tidur pada waktu ini adalah dilarang kecuali apabila hal itu sangat dibutuhkan sekali. Tidur di waktu Shubuh membahayakan sekali bagi badan, dapat menyebabkan kemalasan dan lemah” (Zaadul Ma’ad IV/222)

Ketujuh, dibencinya tidur sebelum ‘Isya dan bercakap-cakap setelahnya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Barzah radhiyallaHu ‘anHu,

“Bahwasannya Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam membenci tidur sebelum ‘Isya’ dan bercakap-cakap setelahnya” (HR. al Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647)

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullaH berkata, “Dibencinya tidur sebelum ‘Isya’ karena dapat melalaikan pelakunya dari shalat ‘Isya’ hingga keluar waktunya, adapun bercakap-cakap setelahnyayang tidak ada manfaatnya, dapat menyebabkan tidur hingga shalat Shubuh dan luput dari shalat malam” (Fathul Baarii I/278)

Kedelapan, dibencinya tidur dengan telungkup (tengkurap). Tikhfah al Ghifari radhiyallaHu ‘anHu berkata,

“Suatu ketika tatkala aku tidur di dalam mesjid, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku, sedangkan aku dalam keadaan tidur telungkup, lalu dia membangunkanku … seraya berkata,

‘Qum, HadziHi dhaj’atun yubghidhallaH (Bangunlah ! Ini adalah bentuk tidur yang dibenci Allah)’

Maka aku mengangkat kepalaku, ternyata beliau adalah Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam” (HR. at Tirmidzi no. 2768, Ibnu Majah no. 3723 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahiih Adabul Mufrad no. 905)

Syaraful Haqq al ‘Azhim Abadi berkata, “Berdasarkan hadits ini, bahwa tidur telungkup di atas perut adalah terlarang, dan itu adalah bentuk tidurnya setan” (‘Aunul Ma’buud XIII/261)

Kesembilan, dilarang meletakkan sebelah kaki di atas sebelah kaki lainnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam,

“Jika salah seorang diantara kalian terlentang di atas punggungnya (tidur), maka janganlah menaruh salah satu kakinya di atas kaki yang lain” (HR. at Tirimdzi no. 2766, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash Shahihah no. 1255)

Sumber Bacaan :

Karakter dan Kepribadian Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, Imam at Tirmidzi, ditahqiq oleh Syaikh al Albani, Pustaka at Tibyan, Solo.

Sifat Tidur Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, Abu ‘Abdillah bin Luqman al Atsari, Media Tarbiyah, Bogor, Cetakan Pertama, Rabi’ul Awwal 1428 H/April 2007 M.

No comments: