Melakukan sebuah tindakan harus mengetahui sumber motivasinya. Ini perlu untuk melanggengkan semangat dan tindakan itu, sehingga lebih konsisten dan komitmen terhadap apa yang dicita-citakan sebelumnya.
Begitu pula dalam berbisnis. Berwirausaha memiliki kesempatan untuk mendapatkan kedudukan seperti para syuhada'. Ini bisa ditelaah dalam Tafsir Imam Qurtubi. Silahkan buka Surat Muzammil ayat terakhir dalam kitab tafsir tersebut, "Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. (QS. Al-Muzammil: 20)".
Memang tidak seluruh transaksi bisnis memiliki nilai jihad itu. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah Saw. bersabda : "Seorang importir yang mengimpor makanan dari sebuah negara ke negara lainnya, kemudian menjual makanan dengan harga pada hari itu maka kedudukannya seperti kedudukan seorang syuhada'".
Para importir ini seperti halnya tengkulak-tengkulak besar dalam sebuah negara. Jikalau tengkulak-tengkulak besar membeli barang dan kemudian menjualnya dengan harga pada hari dia membeli, tindakan ini akan mestabilkan rasio penawaran dan permintaan, dan secara tidak langsung akan menstabilkan harga komoditas barang.
Realita yang terjadi saat ini berbalik 180 derajat. Ada seorang tengkulak beras, yang memiliki komoditas lumayan besar. Katakan saja, dia adalah salah satu pemasok beras ternama di kota dimana dia tinggal.
Ketika panen, tengkulak itu melihat harga beras hanya Rp. 3500 per kilogramnya. Oleh karenannya, dia menyimpan beras miliknya sementara waktu. Setelah jumlah permintaan beras naik sedangkan jumlah penawaran tetap bahkan turun, maka harga beras merangkak naik di kisaran Rp. 4000 per kilogramnya. Kemudian naik lagi hingga kisaran Rp. 4500 per kilogramnya. Melihat harga menempati posisi yang cukup menggiurkan, tengkulak ini baru mengeluarkan beras miliknya. Begitu pula tengkulak-tengkulak lainnya yang memiliki jalan berfikir sama.
Solusi terhadap permasalahan ini tidak mudah didapat. Seorang pengusaha tentu akan mencari keuntungan sebesar-besarnya selama dia mampu. Ini wajar dan bisa dipahami semua orang. Sedangkan menjual sebuah barang dengan harga pasaran pada hari dia membeli menyebabkan keuntungan seorang pengusaha berkurang. Bahkan bisa merugi.
Solusi tepat dan mampu meminimalisir kerugian seluruh pihak, seperti apa yang diajarkan hadis itu. Harus ada sekelompok pengusaha yang menjual komoditas yang dia miliki dengan harga pada hari dia membeli. Keberadaan kelompok pengusaha ini akan menstabilkan rasio penawaran dan permintaan, yang kemudian akan menjadikan harga komoditas barang relatif stabil. Kelompok pengusaha inilah yang disebut dalam hadis fi manzilati al-Syuhada'. Sedangkan teknis pelaksanaannya, kelompok pengusaha ini bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah dan berbagai LSM yang memiliki komitmen terhadap kesejahteraan umat.
Tidak Hanya Karena Uang
Berwirausaha memiliki nilai lebih dari sekedar mencari uang. Benar bahwa uang memiliki kekuatan untuk mengangkat strata sosial seseorang, akan tetapi uang tidak akan membuat seseorang menjadi kaya.
Saya teringat dengan paparan seorang konsultan bisnis terkenal, Renald Kasali saat berkunjung ke Mesir sekitar tahun 2004 atau 2005. Saat ada seorang hadirin yang bertanya dalam Talk Show-nya di Sholah Kamil,"Bagaimana supaya saya bisa kaya?". Dengan tegas Pak Renald menjawab,"Kaya adalah mental".
Silahkan anda melihat video seorang tutor seminar bisnis sekaligus pengusaha terkenal, Robert Kiyosaki yang berjudul "60 Minutes to Getting Rich". Di awal tutorial itu beliau memberikan tiga wejangan berkaitan dengan "Uang".
Pertama, Money is an Idea. Seorang pengusaha akan mengerahkan seluruh asa yang dia miliki, untuk berfikir, berinovasi, dan berkreasi. Sehingga dia bisa mendapatkan keuntungan besar dalam bisnisnya. Maka uang adalah ide. Karena tanpa ide itu anda tidak akan mendapatkan karunia rizki yang telah Allah tebarkan di muka bumi ini.
Allah akan memberikan rizkinya kepada siapa saja yang dia kehendaki. Tapi jangan pernah berfikir untuk menunggu. Jika rizki itu datang tanpa disangka, maka katakan "alhamdulillah". Tetapi jika tidak, ambillah kedudukan syuhada' dengan berjihad mencari karunia-Nya dimuka bumi. "Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. (QS. Al-Muzammil: 20)".
Kedua, Money does not make you rich. Ini adalah perkataan Robert Kiyosaki, seorang konglomerat ternama tingkat dunia. Bukan perkataan seorang mahasiswa Al-Azhar yang memiliki rutinitas antri di depan masjid Raudhah tiap akhir bulan, atau di depan khozinah Al-Azhar tiap awal bulan.
Ketiga, 2 kinds of money problems. Ada dua masalah dalam uang, tidak punya uang dan kebanyakan uang. Yang pertama biasanya dirasakan mayoritas masisir, solusinya adalah sabar dan mujahadah. Sedangkan yang kedua adalah masalah para konglomerat dan orang-orang kaya yang tidak membagi sebagian hartanya kepada orang-orang yang berhak. Ahwal mereka direkam dalam al-Qur'an," Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), ... (QS. Al-Ma'arij: 19-25)".
Mukjizat Al-Qur'an
Setelah berputar kesana kemari kita masuk pada pembahasan I'jaz Al-Qur'an. Banyak sebagian umat Islam miss dalam membahas hubungan kemukjizatan al-Qur'an dengan sistem ekonomi Islam.
Unsur utama dalam sebuah I'jaz adalah al-Tahaddi (bersifat menantang). Maka keberadaan mukjizat itu harus menjadi tantangan terhadap hal yang dominan dan menjadi legitimasi pada sebuah komunitas masyarakat yang tidak hanif.
Di zaman Nabi Dawud, komunitas masyarakatnya terkenal dengan kemampuan pandai besi. Maka mukjizat yang diberikan Allah pada Dawud As. adalah kemampuannya dalam melunakkan logam besi. Allah Berfirman,"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. "Hai gunung-gunung dan burung-burung bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya (QS. Saba': 10)".
Pada masa Nabi Isa As., hal yang dominan di masyarakat adalah masalah pengobatan. Maka mukjizat Isa As. tidak jauh dari hal itu. Allah berfirman, "aku (Isa As.) menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; (QS. Ali Imran: 49)".
Di masa Nabi Muhammad Saw., masyarakat jahiliyah terkenal dengan syair-syairnya yang sangat indah. Maka keindahan balaghah al-Qur'an menjadi salah satu mukjizat. Bahkan Allah menantang untuk membuat surat semisal al-Qur'an, tapi mereka tidak mampu. Allah berfirman, "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah: 23)".
Sedangkan al-Qur'an itu sholah likulli zaman wa makan. Maka ditengah kegagalan kapitalisme global dalam menggandeng pembangunan perekonomian dunia, seharusnya al-Qur'an tetap menjadi mukjizat yang mampu memunculkan sebuah sistem, yang menjadi tantangan dan mampu mengalahkan sistem ekonomi kapitalis yang saat ini dominan di dunia. Wallahu A'lam
Thursday, August 13, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment