Warnailah Blog Anda
3 June, 2007
Memang tidak ada ketentuan blog Anda harus bagaimana, dan skins apa yang seharusnya digunakan untuk blog Anda jika blog Anda menggunakan tema gembira atau sedih sekalipun. Tapi ada baiknya Anda mengasah kepekaan seni untuk menerapkan tampilan yang pas dengan tema atau isi yang akan Anda tampilkan untuk blog Anda. Hal yang paling mudah untuk menjadi patokan ialah mengenai konsep warna. Warna telah diyakini memiliki representasi yang berbeda-beda terhadap kesan seseorang dalam mempersepsinya.
Dengan kata lain kehadiran simbolis dari suatu warna diartikan berbeda, pada saat-saat tertentu dari warna yang lain.
Contohnya : Seseorang lebih nyaman atau pas menggunakan pakaian berwarna hitam saat dia mengunjungi upacara pemakaman rekannya yang meninggal, dan tentunya dia akan sangat canggung saat pada situasi yang sama menggunakan pakaian berwarna kuning menyala.
Berikut ini ialah keterangan dari simbol warna yang mungkin telah lazim diyakini oleh sebagian masyarakat dan dapat digunakan sebagai awal konsep bagi gagasan penentuan template skins untuk blog Anda.
• Hitam
Perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidakbahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan.
Warna hitam sangat baik untuk menambahkan kesan misteri, latar belakang warna hitam dapat menampilkan perspektif dan menampilkan kedalaman. Warna hitam sangat bagus untuk blog yang menampilkan karya seni atau fotografi untuk membantu menekankan pada warna-warna lain.
• Putih
Warna putih menunjukkan kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan kebersihan, tak bersalah, kesempurnaan, keamanan, cahaya, persatuan. Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan pada warna lain, serta menekankan pada kesederhanaan dan kebersihan.
• Merah
Warna merah, bias jadi merupakan warna yang cukup digemari dimana ia dapat menampilkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, symbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perang, bahaya, kecepatan, panas, perhatian, kekerasan.
Warna merah dapat menyampaikan kecenderungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. Warna merah dapat mengganggu apabila digunakan dengan daerah yang besar dan sebagai ikon warna untuk menunjukkan keberanian seseorang. Warna merah sangat menarik apabila digunakan pada blog yang memiliki tema terkait dengan “energi” seperti mobil/kendaraan bermotor, olahraga dan permainan.
• Biru
Warna biru merujuk pada kesan seperti berikut ini; komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme, persahabatan dan harmoni, serta kasih sayang.
Warna biru memiliki kesan tenang dan menekan keinginan, dimana tidak meminta mata untuk memperhatikan, gambar dan obyek yang berwarna biru, dan pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang. Warna biru merupakan warna favorit para pengguna web, karena warna biru dapat menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara, langit, air dan laut.
Selain itu warna biru apabila digabungkan dengan warna seperti merah dan kuning dapat memberikan kesan kerpercayaan dan kesehatan.
Jika Anda berkecimpung di bidang kerja yang membutuhkan ide-ide kreatif yang segar, warnai ruang kerja Anda dengan warna biru . Warna ini menggambarkan kesejukan, santai dan tidak hanya memiliki kemampuan menenangkan urat saraf yang tegang tapi juga diketahui meningkatkan kreativitas.
• Hijau
Warna hijau menunjukkan ; warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, pembaharuan, muda, stabilias, daya tahan, kesegaran, alami, lingkungan, kesehatan, keamanan, rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan, persahabatan.
Warna hijau pada web dapat digunakan untuk menetralisir mata dan relaksasi atau menenangkan pikiran, disisi lain dapat merangsang kreatifitas. Hijau sangat nyaman di mata dan dapat membangkitkan suatu visi, suatu obyek yang diatur di atas warna hijau sebagai latar belakang akan terlihat seperti sangat jauh dan memiliki kedalaman.
Untuk lingkungan kantor: hijau sebagai warna keberuntungan dan penuh harmonis. Jika Anda terus menerus menatap komputer atau membaca dokumen terlalu lama, beralihlah melihat nuansa kehijauan untuk beberapa saat, untuk mengistirahatkan mata Anda.
• Ungu
Warna ungu merujuk pada; pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, transoformasi, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, hubungan spiritual, kepercayaan yang dalam, harga diri, independensi, magic atau keajaiban, kontemplasi dan meditasi, ambisi.
Untuk desain web warna ungu dapat digunakan untuk desain yang bersifat feminine khususnya warna ungu muda, serta menciptakan kesan spiritualitas pada suatu web.
• Oranye
Warna oranye menunjukkan : kehangatan, energi, keseimbangan, entusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, kariir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahbatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan social, modal kecil, murah, ktertarikan, independent.
Pada web warna oranye dapat meningkatkan aktifitas mental dan jika menjadi latar belakang akan memberikan kesan obyek akan lebih dekat dan besar. Sangat berguna apabila digunakan untuk memberikan kesan kuat pada elemen yang dianggap penting.
• Merah Muda
Telah banyak diketahui bahwa merah muda merupakan symbol dari kasih sayang dan cinta, selain itu warna ini dapat digunakan untuk ; persahabatan, feminine, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang sangat halus, perasaan yang manis dan indah.
• Coklat
Warna coklat menunjukkan : persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran materialis, rumah, lingkungan luar rumah, tidak malah, reliabilitas, kenyamanan, daya tahan, stabilitas, kesederhanaan, kedekatan, maskulin, kedamaian, produktifitas, praktis dan kerja keras.
Warna coklat sangat tidak menarik apabila digunakan tanpa tambahan tekstur dan ornament tertentu, untuk itu kehadirannya harus didukung obyek lain agar menarik.
• Emas
Warna emas mencerminkan; kesehatan, keamanan, kegembiraan, prestise, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalaman hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.
• Abu-abu
Warna abu-abu mencerminkan; keamanan, realiabilitas, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis,kesedihan, bosan, professional, kualitas, diam dan tenang
Ditulis oleh Waroeng Desain Indonesia · Kategori
Saturday, August 9, 2008
Tuesday, August 5, 2008
PRESIDENT'S SPEECH
The following is President Susilo Bambang Yudhoyono's speech, which he delivered at the State Palace after his inauguration on Wednesday at the People's Consultative Assembly:
Today, we are grateful indeed to God Almighty. Having gone through a long election process, today, before the members of the People's Consultative Assembly, I, and Pak Jusuf Kalla, took our oaths as the President and Vice President of the Republic of Indonesia for the period of 2004-2009. Our inauguration today marked the beginning of a new government, which received a mandate directly from the people. Let me take this opportunity to express my deepest gratitude to the Indonesian people, for your participation, support and trust.
Allow me -- personally, and on behalf of the Vice President Muhammad Jusuf Kalla, as well as on behalf of the entire nation -- to express our deepest gratitude and highest appreciation to Ibu Megawati Soekarnoputri and Pak Hamzah Haz, for their great efforts in upholding the Constitution, leading the government, and guiding the nation successfully during their tenure as the president and vice president between 2001 and 2004.
Indeed, the entire nation shall remember and cherish all the great deeds of president Megawati and vice president Hamzah Haz. In the spirit of our nation's time-honored tradition, I, as the President of the Republic of Indonesia, pledge to always preserve my ties of brotherhood with Ibu Megawati Soekarnoputri and Pak Hamzah Haz, as our two national figures.
All of us must remember the wisdom of our great founding father, the former president Sukarno, who once reminded us: "United we stand, divided we fall."
Today, we have, remarkably, passed one of the most important tests of our history.
First, our nation has successfully undertaken national elections in a democratic, fair, orderly, and peaceful manner. This year's elections were, by all means, the most ambitious, most difficult, and most complicated electoral marathon in the world, and yet, we successfully orchestrated them.
Indeed, we are all proud of our General Elections Commission (KPU), which managed to undertake this difficult task independently, professionally and responsibly.
Second, as we have just witnessed in today's solemn ceremony, our nation has accomplished the process of power transfer constitutionally, democratically, orderly and peacefully. Thank God, our nation is now more mature in democracy, and able to build a more mature political culture. With such a great success, not only are we successful in taking this step as a big democracy, but we have also become a model for the world's democracies.
Our great nation has undertaken two elections since reformasi: In 1999 and in 2004. In the democratic transition of any country, the second election is normally regarded as the critical one, the litmus test for the maturity of democracy.
With the formidable success of our elections this year, we have indeed taken one step forward in realizing the modernization of Indonesian politics.
And, through our legislative election this year, we are one step ahead in achieving political regeneration in Indonesia, as we can clearly witness through the new and fresh faces in our honorable Assembly.
Thank God, the 2004 elections are now over. It is time for us to walk together, toward our future. We have passed our moment of competition, now it is time for unity. Our days of words and promises are over, as it is time to do real deeds and works. It is our time to unite in creation.
It is time for us to consolidate our spirit of determination, thoughts and attention, to overcome the various challenges and problems that we are now facing. We must overcome these problems together. Indeed, the government that I lead cannot possibly overcome them without the support and participation of our people, and all national components.
As we all know, for the founding fathers of this nation, their biggest challenge was to establish our nation and free our people from colonialists. For the subsequent generations, including ours, the greatest challenge is to free our people from poverty, ignorance, backwardness, and all problems that prevent the growth of our people's abilities. More specifically, the challenge of our era is to consolidate our democracy and accomplish our agenda of reform.
A consolidated democracy that is continually developing will provide us with solid ground for the life of our nationhood and statecraft. Within such a democratic life, we can manage to successfully implement our national agenda, including the accomplishment of various agendas of reform.
With our perseverance, belief and hard work, God willing, our nation and beloved country will continue to grow -- people will be more prosperous within a safer and just life. And, with all these convictions, I am confident that our nation will become a respected nation, and respected by other nations in the world.
Today's mood of happiness is engulfed by huge optimism. However, we must remember that the journey may be difficult and we face a huge challenge ahead:
- Our economic growth this year, which is still far less than 7 percent, is definitely inadequate in generating more employment.
More than 10 million of our fellow countrymen are still out of jobs.
- Needless to remind you that 16 percent of our people are still living below the poverty line.
- Although the debt to Gross National Product ratio is decreasing, debt will continue to burden our economy.
- Our brothers and sisters in Aceh and Papua still live in anxiety.
- Security in Poso and Maluku is still well under control, although not entirely recovered.
- Corruption, collusion and nepotism are still rampant and continue to be a systemic problem.
- The international situation is far from settled.
- The price of oil continues to rise well above the assumptions of our national budget.
- And, the imminent threats of terrorism and other forms of transnational crime will continue to haunt us.
Let us work harder to overcome all these difficult challenges.
Tomorrow morning, on Oct. 21, God willing, I will inaugurate the members of my cabinet for the 2004-2009 period. Soon after that, we will immediately start to formulate and implement the initial steps of government policy.
In the next few months, my administration will concentrate on domestic problems.
- My administration will stimulate the economy in order to achieve higher economic growth, which can absorb more employment and help alleviate poverty.
- My administration will continue to adopt and implement open economic policies, in order to integrate the economy with regional and international economies. In doing so, the government will focus on short- and medium-term agendas in enhancing productivity and competitiveness.
- My administration will encourage more investors to build our infrastructure.
- My administration will actively launch an anticorruption program, which, I, myself, will lead.
- My administration will give special attention to the handling of conflicts in Aceh and Papua.
- My administration will prioritize and improve the government's policies on the education and health sectors.
- My administration will intensify constructive dialog with economic actors, especially our business communities, including investors, whom I really expect to be the engine of our economy.
- My administration will do their utmost to establish clean and good governance, which is responsive toward the public's needs and aspirations.
But, let me remind you: It is impossible to resolve all of these complicated problems within 100 days. That is easier said than done.
But, I have the strong conviction that our determination and goodwill are far more superior than the problems we are facing. At this point, our character as a great nation is truly under a severe test.
For a great nation, the harder the test, the higher its tenacity; the more difficult the ordeal, the stronger its faith; the stronger the storm, the stronger its solidarity; and the more difficult the challenge, the stronger our sense of unity. Let us prove and build on our greatness as a nation.
God willing, with our solidarity and hard work, we will be able to create a better condition for Indonesians -- safer, more just and more prosperous.
With my unfettered feelings and unfeigned confidence, today we are opening a new chapter in the history of our nation. This is the time to greet a new dawn.
To all of the Indonesian people, wherever you are, I would like to wholeheartedly express my sincere gratitude to you, for your support and confidence in myself and Pak Muhammad Jusuf Kalla. Although I am now the President, I am no different from each and every one of you -- I am just an ordinary citizen from an ordinary family, born and raised by the state and the community.
With the mandate I received directly from you, I am determined to become, not only the President of the Republic of Indonesia, but also the President of Indonesians -- of all of the Indonesian people.
I will keep this noble political contract with the people. I will dedicate my every thought -- all my time and energy -- to promoting and protecting each Indonesian soul.
To all members of the House of Representatives and regional legislative councils, Vice President Jusuf Kalla and I are committed to cooperating with all of you, for the sake of our national interests -- the interests of the Indonesian people as emanated in our Constitution and laws that we must all duly uphold.
For that matter, I sincerely urge you all to work together to overcome the various, difficult problems that we are facing. The people surely demand that we work closely in creating more jobs, alleviating poverty, redeveloping our infrastructure and many other problems faced by the people. The people need our leadership and need us as role models.
To all civil servants, especially civilian civil servants employed at central and regional levels, to our men and women in uniform, to our policemen and policewomen, to the employees of state-owned enterprises -- I ask you all to welcome this new government with new spirit, improved services and to create a better life, together with all of the people. You are responsible for many important things in our lives. Let us do our tasks and duty with a full sense of responsibility. We are all public servants. The government and all civil servants are indeed here to assist and serve the public, the country. Keep up the spirit to serve. Any country in the world can be successful if only it is supported by clean, professional state apparatuses, responsive toward the aspirations and development of its people.
To all of our friends all over the world, please accept our friendship, which we offer to you with open arms.
My administration will continue to uphold the free and active principle of foreign policy, and Indonesia is determined to become a voice that promotes peace, increases prosperity and defends justice. Indonesia will continue to grow as a democratic, open, modern, pluralistic and tolerant nation.
I would particularly like to express my highest appreciation to all of our state guests from friendly and neighboring countries, for their presence at the inauguration ceremony at the Assembly this morning, who have truly bestowed on us a remarkable honor.
Indeed, we are honored by the presence of His Excellency, the Honorable Dato' Seri Abdullah Badawi, Prime Minister of Malaysia; His Majesty Sultan Hassanal Bolkiah of Brunei Darussalam; His Excellency, the Honorable Lee Hsien Loong, the Prime Minister of the Republic of Singapore; His Excellency, the Honorable John Howard, Prime Minister of Australia; and His Excellency, the Honorable Mari Alkatiri, the Prime Minister of Timor Leste. We would also like to express our gratitude to the leaders of friendly countries who have sent their special envoys, from the Netherlands, the Philippines, Japan, South Korea and Vietnam. Personally, and on behalf of all Indonesian people, I am truly delighted and honored by your Excellencies' attention to the new government that I lead.
Having been inaugurated as the President this morning, I will focus my attention on finalizing the Cabinet for the 2004-2009 period, which, God willing, will be announced tonight (Wednesday night). Furthermore, God willing, I will inaugurate the new Cabinet members (on Thursday), with the great hope that they can adapt immediately and work well.
Let me assure you that I, and the entire new government, will work hard to keep the people's trust. I accordingly ask for the blessings, support and trust of all Indonesian people, and the whole nation, in order to meet constitutional requirements within the next five years. May Allah bless us all with guidance and strength.
Today's Paper
* Tuesday, August 5, 2008
Today, we are grateful indeed to God Almighty. Having gone through a long election process, today, before the members of the People's Consultative Assembly, I, and Pak Jusuf Kalla, took our oaths as the President and Vice President of the Republic of Indonesia for the period of 2004-2009. Our inauguration today marked the beginning of a new government, which received a mandate directly from the people. Let me take this opportunity to express my deepest gratitude to the Indonesian people, for your participation, support and trust.
Allow me -- personally, and on behalf of the Vice President Muhammad Jusuf Kalla, as well as on behalf of the entire nation -- to express our deepest gratitude and highest appreciation to Ibu Megawati Soekarnoputri and Pak Hamzah Haz, for their great efforts in upholding the Constitution, leading the government, and guiding the nation successfully during their tenure as the president and vice president between 2001 and 2004.
Indeed, the entire nation shall remember and cherish all the great deeds of president Megawati and vice president Hamzah Haz. In the spirit of our nation's time-honored tradition, I, as the President of the Republic of Indonesia, pledge to always preserve my ties of brotherhood with Ibu Megawati Soekarnoputri and Pak Hamzah Haz, as our two national figures.
All of us must remember the wisdom of our great founding father, the former president Sukarno, who once reminded us: "United we stand, divided we fall."
Today, we have, remarkably, passed one of the most important tests of our history.
First, our nation has successfully undertaken national elections in a democratic, fair, orderly, and peaceful manner. This year's elections were, by all means, the most ambitious, most difficult, and most complicated electoral marathon in the world, and yet, we successfully orchestrated them.
Indeed, we are all proud of our General Elections Commission (KPU), which managed to undertake this difficult task independently, professionally and responsibly.
Second, as we have just witnessed in today's solemn ceremony, our nation has accomplished the process of power transfer constitutionally, democratically, orderly and peacefully. Thank God, our nation is now more mature in democracy, and able to build a more mature political culture. With such a great success, not only are we successful in taking this step as a big democracy, but we have also become a model for the world's democracies.
Our great nation has undertaken two elections since reformasi: In 1999 and in 2004. In the democratic transition of any country, the second election is normally regarded as the critical one, the litmus test for the maturity of democracy.
With the formidable success of our elections this year, we have indeed taken one step forward in realizing the modernization of Indonesian politics.
And, through our legislative election this year, we are one step ahead in achieving political regeneration in Indonesia, as we can clearly witness through the new and fresh faces in our honorable Assembly.
Thank God, the 2004 elections are now over. It is time for us to walk together, toward our future. We have passed our moment of competition, now it is time for unity. Our days of words and promises are over, as it is time to do real deeds and works. It is our time to unite in creation.
It is time for us to consolidate our spirit of determination, thoughts and attention, to overcome the various challenges and problems that we are now facing. We must overcome these problems together. Indeed, the government that I lead cannot possibly overcome them without the support and participation of our people, and all national components.
As we all know, for the founding fathers of this nation, their biggest challenge was to establish our nation and free our people from colonialists. For the subsequent generations, including ours, the greatest challenge is to free our people from poverty, ignorance, backwardness, and all problems that prevent the growth of our people's abilities. More specifically, the challenge of our era is to consolidate our democracy and accomplish our agenda of reform.
A consolidated democracy that is continually developing will provide us with solid ground for the life of our nationhood and statecraft. Within such a democratic life, we can manage to successfully implement our national agenda, including the accomplishment of various agendas of reform.
With our perseverance, belief and hard work, God willing, our nation and beloved country will continue to grow -- people will be more prosperous within a safer and just life. And, with all these convictions, I am confident that our nation will become a respected nation, and respected by other nations in the world.
Today's mood of happiness is engulfed by huge optimism. However, we must remember that the journey may be difficult and we face a huge challenge ahead:
- Our economic growth this year, which is still far less than 7 percent, is definitely inadequate in generating more employment.
More than 10 million of our fellow countrymen are still out of jobs.
- Needless to remind you that 16 percent of our people are still living below the poverty line.
- Although the debt to Gross National Product ratio is decreasing, debt will continue to burden our economy.
- Our brothers and sisters in Aceh and Papua still live in anxiety.
- Security in Poso and Maluku is still well under control, although not entirely recovered.
- Corruption, collusion and nepotism are still rampant and continue to be a systemic problem.
- The international situation is far from settled.
- The price of oil continues to rise well above the assumptions of our national budget.
- And, the imminent threats of terrorism and other forms of transnational crime will continue to haunt us.
Let us work harder to overcome all these difficult challenges.
Tomorrow morning, on Oct. 21, God willing, I will inaugurate the members of my cabinet for the 2004-2009 period. Soon after that, we will immediately start to formulate and implement the initial steps of government policy.
In the next few months, my administration will concentrate on domestic problems.
- My administration will stimulate the economy in order to achieve higher economic growth, which can absorb more employment and help alleviate poverty.
- My administration will continue to adopt and implement open economic policies, in order to integrate the economy with regional and international economies. In doing so, the government will focus on short- and medium-term agendas in enhancing productivity and competitiveness.
- My administration will encourage more investors to build our infrastructure.
- My administration will actively launch an anticorruption program, which, I, myself, will lead.
- My administration will give special attention to the handling of conflicts in Aceh and Papua.
- My administration will prioritize and improve the government's policies on the education and health sectors.
- My administration will intensify constructive dialog with economic actors, especially our business communities, including investors, whom I really expect to be the engine of our economy.
- My administration will do their utmost to establish clean and good governance, which is responsive toward the public's needs and aspirations.
But, let me remind you: It is impossible to resolve all of these complicated problems within 100 days. That is easier said than done.
But, I have the strong conviction that our determination and goodwill are far more superior than the problems we are facing. At this point, our character as a great nation is truly under a severe test.
For a great nation, the harder the test, the higher its tenacity; the more difficult the ordeal, the stronger its faith; the stronger the storm, the stronger its solidarity; and the more difficult the challenge, the stronger our sense of unity. Let us prove and build on our greatness as a nation.
God willing, with our solidarity and hard work, we will be able to create a better condition for Indonesians -- safer, more just and more prosperous.
With my unfettered feelings and unfeigned confidence, today we are opening a new chapter in the history of our nation. This is the time to greet a new dawn.
To all of the Indonesian people, wherever you are, I would like to wholeheartedly express my sincere gratitude to you, for your support and confidence in myself and Pak Muhammad Jusuf Kalla. Although I am now the President, I am no different from each and every one of you -- I am just an ordinary citizen from an ordinary family, born and raised by the state and the community.
With the mandate I received directly from you, I am determined to become, not only the President of the Republic of Indonesia, but also the President of Indonesians -- of all of the Indonesian people.
I will keep this noble political contract with the people. I will dedicate my every thought -- all my time and energy -- to promoting and protecting each Indonesian soul.
To all members of the House of Representatives and regional legislative councils, Vice President Jusuf Kalla and I are committed to cooperating with all of you, for the sake of our national interests -- the interests of the Indonesian people as emanated in our Constitution and laws that we must all duly uphold.
For that matter, I sincerely urge you all to work together to overcome the various, difficult problems that we are facing. The people surely demand that we work closely in creating more jobs, alleviating poverty, redeveloping our infrastructure and many other problems faced by the people. The people need our leadership and need us as role models.
To all civil servants, especially civilian civil servants employed at central and regional levels, to our men and women in uniform, to our policemen and policewomen, to the employees of state-owned enterprises -- I ask you all to welcome this new government with new spirit, improved services and to create a better life, together with all of the people. You are responsible for many important things in our lives. Let us do our tasks and duty with a full sense of responsibility. We are all public servants. The government and all civil servants are indeed here to assist and serve the public, the country. Keep up the spirit to serve. Any country in the world can be successful if only it is supported by clean, professional state apparatuses, responsive toward the aspirations and development of its people.
To all of our friends all over the world, please accept our friendship, which we offer to you with open arms.
My administration will continue to uphold the free and active principle of foreign policy, and Indonesia is determined to become a voice that promotes peace, increases prosperity and defends justice. Indonesia will continue to grow as a democratic, open, modern, pluralistic and tolerant nation.
I would particularly like to express my highest appreciation to all of our state guests from friendly and neighboring countries, for their presence at the inauguration ceremony at the Assembly this morning, who have truly bestowed on us a remarkable honor.
Indeed, we are honored by the presence of His Excellency, the Honorable Dato' Seri Abdullah Badawi, Prime Minister of Malaysia; His Majesty Sultan Hassanal Bolkiah of Brunei Darussalam; His Excellency, the Honorable Lee Hsien Loong, the Prime Minister of the Republic of Singapore; His Excellency, the Honorable John Howard, Prime Minister of Australia; and His Excellency, the Honorable Mari Alkatiri, the Prime Minister of Timor Leste. We would also like to express our gratitude to the leaders of friendly countries who have sent their special envoys, from the Netherlands, the Philippines, Japan, South Korea and Vietnam. Personally, and on behalf of all Indonesian people, I am truly delighted and honored by your Excellencies' attention to the new government that I lead.
Having been inaugurated as the President this morning, I will focus my attention on finalizing the Cabinet for the 2004-2009 period, which, God willing, will be announced tonight (Wednesday night). Furthermore, God willing, I will inaugurate the new Cabinet members (on Thursday), with the great hope that they can adapt immediately and work well.
Let me assure you that I, and the entire new government, will work hard to keep the people's trust. I accordingly ask for the blessings, support and trust of all Indonesian people, and the whole nation, in order to meet constitutional requirements within the next five years. May Allah bless us all with guidance and strength.
Today's Paper
* Tuesday, August 5, 2008
Sunday, August 3, 2008
Dari Hasil BCS 2007
4 Agustus 2008
Hasil Survei Iklim Bisnis (Business Climate Survey/BCS) Jateng 2007 mungkin akan disambut senyuman oleh pemerintah daerah dan pelaku bisnis di Eks Karesidenan Banyumas. Betapa tidak, wilayah yang meliputi Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara itu menduduki peringkat terbaik di Jateng.
Wartawan Suara Merdeka Didi Wahyu, Sigit Harsanto dan Agus Wahyudi menurunkan sejumlah catatan yang membuat wilayah ’’ngapak’’ itu tak perlu
terlalu berbesar hati dahulu.
SURVEI Iklim Bisnis (BCS) 2007 bisa diibaratkan sebagai rapor bagi daerah-daerah di provinsi ini. Bedanya, nilai diberikan bukan oleh guru, melainkan oleh pihak ketiga yang relatif independen dengan melibatkan sektor terkait. Maka bila Jateng diibaratkan sebuah sekolah, mutunya terhitung rendah.
Betapa tidak, hanya dibutuhkan nilai 5.91 agar eks Karesidenan Banyumas meraih predikat berdaya saing terbaik, di atas wilayah eks Karesidenan Pati (5,70), Surakarta (5,64), Kedu (4,89), Semarang (4,83), dan eks Karesidenan Pekalongan (4,61)
Penelitian dikerjakan bersama oleh Lembaga Kerjasama Teknis Jerman Program Pengembangan Ekonomi Wilayah (GTZ-red), Harian Suara Merdeka, Kantor Bank Indonesia Semarang, Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Jateng, dan Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Jateng, sepanjang semester akhir 2007. Tak cuma mengandalkan data statistik, persepsi pengusaha diserap melalui wawancara.
Tentu saja, menjadi yang terbaik diantara yang terburuk bukan merupakan prestasi yang luar biasa. Nilai itu merefleksikan kinerja yang mencakup enam indikator, meliputi kinerja ekonomi, kapasitas pemerintahan, efesiensi pemerintahan, infrastruktur, iklim usaha dan dinamika usaha. Cilacap (6,14) berada di peringkat pertama Jateng, Purbalingga (5,10) peringkat ke 17, Banjarnegara (4,70) peringkat ke 29 dan Banyumas (4,54) peringkat ke 31 dari 35 kabupaten kota di Jateng.
Performa menarik ditunjukkan Kabupaten Cilacap yang menyumbang banyak angka dari tiga indikator. Iklim usaha yang baik (7.31), infrastruktur memadai (7.00) dan kinerja ekonomi prima (7.17) membuat Cilacap terhitung paling menonjol di Jateng.
Wilayah pesisir ini sekaligus menjadi satu-satunya kabupaten yang mengantongi nilai 6 pada penilaian daya saing keseluruhan di tingkat kabupaten. Sebanyak 34 kabupaten kota lain, tak ada yang sanggup meraih nilai 6.
Masih Timpang
Cilacap tak mampu meraih nilai total lebih tinggi, justru karena masih rendahnya kapasitas pemerintah (3.96). Secara terbuka, Sekretaris Daerah Soeprihono mengakui ketimpangan tersebut. Menurutnya, prioritas pemerintah saat ini baru pada tahap memperkuat fondasi ekonomi.
Strateginya dengan memberi kemudahan perizinan, melengkapi infrastruktur dan menciptakan kebijakan proinvestasi lainnya. Perusahaan besar seperti PT Pertamina dan PT Holcim pun pada mulanya tidak langsung dipersulit soal pajak. Pokoknya, pertama adalah mengupayakan investasi untuk mendorong penyerapan tenaga kerja.
’’Strategi kami adalah mengutamakan kemajuan perekonomian dengan memberi kemudahan investasi. Ada perusahaan, itu artinya warga bisa bekerja dan memperbaiki ekonomi makro. Setelah itu, baru mengoptimalkan pajak,’’ katanya menanggapi hasil survei.
Pelebaran jalan eks Pasar Gumilir dijadikan Soeprihono sebagai contoh buah manis dari upaya pembenahan infrastruktur. Jalan di sekitar kawasan diperlebar 1,5 kali lipat, dan ijin pendirian ruko dipermudah. Dia mengakui, pemerintah pada tahap-tahap awal bahkan tidak terlalu keras menetapkan standar pendirian ruko. Kini survei pemerintah menyatakan bahwa omset pedagang dan ruko naik hingga 10 kali lipat.
’’Di sana sekarang menjadi pusat keramaian dan pertumbuhan ekonomi baru. Nah kalau sudah maju ekonominya baru kami mengoptimalkan perolehan PAD,’’ jelasnya.
Nilai investasi yang terus merangkak naik memang menjadikan Cilacap sebagai primadona Jateng. Tahun ini saja, terdapat tiga investor besar meliputi PT Pertamit Processing (pemurnian dan kilang minyak bumi), PT Changjian Buana Nusantara (pertambangan pasir besi) dan PT D & C Enggineering (konstruksi ketenagalistrikan). Total nilai investasi mencapai Rp 17,3 triliun.
Namun wirausahawan muda sekaligus Direktur Pusat Studi Kebijakan Lingkungan (Pusaka) Cilacap, Chabibul Barnabas mengungkapkan, investasi memang terus masuk. Rata-rata bersifat padat modal dan menggunakan teknologi canggih yang meminimalisir pemanfaatan tenaga manusia. Itu akan berbeda dengan dampak yang diraih apabila ada investasi padat karya.
Selama ini, investasi juga dinilai masih berpusat di wilayah kota. Sementara di wilayah pedesaan menjadi kantong kemiskinan yang mencapai 37 persen. Sehingga selain investasi besar, pemerintah perlu meningkatkan kapasitasnya dengan membangun perekonomian di wilayah pedesaan sebagai kantong kemiskinan.
’’Persoalan kemiskinan ini tidak cukup diatasi melalui program kemitraan dengan perusahaan besar, ini terkait dengan komitmen pemerintah melalui paket kebijakan yang prorakyat miskin,’’ katanya.
Setelah sukses merayu investor kakap, saat ini pemerintah perlu memikirkan pengembangan perekonomian berbasis pertanian, perikanan dan sektor usaha rakyat lainnya. Dia belum pernah melihat ada kebijakan untuk memetakan potensi wilayah pedesaan yang bisa dikembangkan.
’’Gunakan jaringan struktural sampai ke desa untuk membuat potensi desa, dan menggalakan program pengembangan ekonomi rakyat,’’ katanya.
Paradoks Banyumas
Sementara itu, Kabupaten Banyumas menjadi penghuni peringkat paling buncit di Eks Karesidenan Banyumas. Lima dari enam indikator daya saing berada pada posisi kinerja medium rendah (berada di bawah angka lima).
Satu-satunya berkinerja medium tinggi yaitu dari sektor swasta yang memiliki iklim usaha dengan poin 5.04. Artinya, dunia usaha potensial menjadi lebih dinamis dan kokoh apabila didukung dengan perbaikan kinerja, efisiensi, dan kapasitas pemerintahan.
Meski demikian, ’’raport merah’’ ini bukan wacana baru. Hasil ini merupakan paradoks mengingat dibanding kabupaten tetangga, keberadaan perguruan tinggi semestinya bisa menjadi aset intelektual yang mendorong iklim bisnis dan pemerintahan yang lebih baik. Apalagi, Kota Purwokerto juga lebih dikenal dengan akses transportasi darat yang relatif lebih mudah dijangkau.
Kepala Program Magister Administrasi Publik (MAP) Unsoed, Paulus Israwan menuturkan, situasi semacam itu merupakan bagian dari peninggalan pemerintahan yang lama. Hasil riset perlu dijadikan momentum bagi pemerintahan yang baru berusia tiga bulan untuk memperbaiki berbagai aspek menyangkut iklim usaha, terutama iklim investasi.
’’Kepemimpinan saja tidak cukup menciptakan kebijakan yang proinvestasi. Perlu ada pembenahan birokrasi, yang didukung perubahan di sejumlah bidang yang vital bagi perekonomian Banyumas. Itu antara lain terdapat di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serta di Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi,’’ jelasnya.
Bahkan hingga kini, Banyumas belum menetapkan zona wilayah industri. Padahal investor akan menyimak hal itu, untuk mencegah persinggungan dengan kepentingan publik. Jangan sampai investasi datang dengan asal memilih lokasi tanpa penataan yang jelas.
Selama ini, wacana proinvestasi juga terkesan terjebak pada persoalan perizinan satu pintu belaka. Padahal prinsipnya, mau satu atap atau banyak meja sama saja sepanjang kalangan bisnis mendapat informasi yang transparan. Sebaliknya, percuma bila sudah terdapat kantor pelayanan perijinan satu atap, namun kinerjanya tidak dioptimalkan.’’Perlu usaha agar layanan perijinan lebih transparan dari segi biaya dan waktu, serta ketegasan kebijakan,’’ katanya.
Sejumlah daerah yang mengedepankan pelayanan publik telah menerapkan ’citizen carter’. Polanya dengan memberi penghargaan atau hukuman. Bila aparatur tidak mampu menyelesaikan pelayanan publik tepat waktu, mereka mendapat sanksi dan warga mendapat konpensasi.
’’Bila izin usaha belum rampung sampai waktunya, aparat akan mengantarnya langsung ke klien. Komitmen dalam prinsip citizen carter semacam ini perlu dibiasakan di Banyumas,’’ jelasnya.
Sementara itu, sebagai orang baru, Bupati Mardjoko mengaku telah merampungkan agenda besar penataan birokrasi. Setelahnya, dia juga akan segera menggenjot kemajuan dalam sektor ekonomi.
Bukan hanya mendesain di tingkat konsep, melainkan juga membuat parameter yang sangat jelas.
’’Misalnya, kami gratiskan 15 macam jenis izin. Lalu seluruh perizinan membuka usaha dan investasi, harus dirampungkan aparatur maksimal selama 9 hari,’’ paparnya.
Dia juga akan mengevaluasi perda tata ruang, merevisi beberapa kebijakan perizinan, menyiapkan lahan dan zona industri strategis serta mengantisipasi kehadiran spekulan tanah. ’’Realisasinya antara lain menerima proyek bio energy PT Sampoerna dengan nilai investasi Rp 1 triliyun. Ada juga pengolahan minyak goreng senilai Rp 300 miliar dan pembangkit listrik mikrohidro senilai Rp 30 miliar,’’ tambahnya.
Purbalingga Konsisten
Kekuatan Kabupaten Purbalingga justru berbalik dengan Banyumas. Meski keduanya sama-sama memiliki kapasitas pemerintahan yang rendah, namun Pemkab Purbalingga jauh lebih efesien (6.9). Itu artinya, dunia usaha sudah melihat adanya kebijakan yang konsisten, memberi kepastian hukum dan meminimalisir pembiayaan nonformal yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
Sayangnya, meski kebijakan telah mendukung, justru sektor swasta menunjukkan aktivitas yang belum menggembirakan. Iklim usaha ((4,61) dan dinamika usaha (4,38) berada pada kinerja medium rendah. Ini mengindikasikan sektor swasta masih relatif stagnan. Mereka tidak agresif mencari pinjaman modal ke bank dan terlalu sedikit menciptakan inovasi produk. Kapasitas produksi juga tergolong rendah, disamping masih sedikitnya pendirian usaha baru.
’’Sektor riil saat ini memang lamban. Pengusaha belum berani ekspansi usaha. Ini fenomena nasional,’’ kata Kepala Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi (KPPI) Sridadi.
Ketua Komisi C DPRD Purbalingga, Mustangin menyatakan dari segi pelayanan publik, Purbalingga memang patut unggul bukan saja di tingkat eks Karesidenan Banyumas. Dia mengakui jika pemerintah telah berhasil melaksanakan berbagai kebijakan yang pro terhadap dunia usaha.
’’Baru saja investor dari Korea dan Jepang juga masuk. Sementara investor yang sudah ada sudah menyerap ribuan tenaga kerja. Itu keberhasilan. Meski demikian, kini saatnya menggarap usaha kecil dan menengah’’ ujarnya.
Banjarnegara menampilkan performa iklim bisnis yang tidak tingggi, sekaligus tidak sangat rendah. Seorang pengusaha perdagangan, Endon Priyanto mengatakan, harus ada kesadaran baru mengenai pentingnya penguasaan teknologi bagi kalangan birokrasi dan pada akhirnya warga. Dia melihat daerahnya masih kurang bergeliat karena keterbatasan informasi yang mampu mendorong inovasi.
Seperti umumnya orangtua yang tak berkenan putra-putrinya terus-menerus memperoleh angka merah di raport, begitu pun harapan 4.9 juta warga eks Karesidenan Banyumas. Warga dan pemerintah tentu ingin melihat predikat daerah berdaya saing ekonomi terbaik tetap dipertahankan di masa mendatang. Tentu dalam standar yang juga jauh lebih baik. (21)
Hasil Survei Iklim Bisnis (Business Climate Survey/BCS) Jateng 2007 mungkin akan disambut senyuman oleh pemerintah daerah dan pelaku bisnis di Eks Karesidenan Banyumas. Betapa tidak, wilayah yang meliputi Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara itu menduduki peringkat terbaik di Jateng.
Wartawan Suara Merdeka Didi Wahyu, Sigit Harsanto dan Agus Wahyudi menurunkan sejumlah catatan yang membuat wilayah ’’ngapak’’ itu tak perlu
terlalu berbesar hati dahulu.
SURVEI Iklim Bisnis (BCS) 2007 bisa diibaratkan sebagai rapor bagi daerah-daerah di provinsi ini. Bedanya, nilai diberikan bukan oleh guru, melainkan oleh pihak ketiga yang relatif independen dengan melibatkan sektor terkait. Maka bila Jateng diibaratkan sebuah sekolah, mutunya terhitung rendah.
Betapa tidak, hanya dibutuhkan nilai 5.91 agar eks Karesidenan Banyumas meraih predikat berdaya saing terbaik, di atas wilayah eks Karesidenan Pati (5,70), Surakarta (5,64), Kedu (4,89), Semarang (4,83), dan eks Karesidenan Pekalongan (4,61)
Penelitian dikerjakan bersama oleh Lembaga Kerjasama Teknis Jerman Program Pengembangan Ekonomi Wilayah (GTZ-red), Harian Suara Merdeka, Kantor Bank Indonesia Semarang, Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Jateng, dan Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Jateng, sepanjang semester akhir 2007. Tak cuma mengandalkan data statistik, persepsi pengusaha diserap melalui wawancara.
Tentu saja, menjadi yang terbaik diantara yang terburuk bukan merupakan prestasi yang luar biasa. Nilai itu merefleksikan kinerja yang mencakup enam indikator, meliputi kinerja ekonomi, kapasitas pemerintahan, efesiensi pemerintahan, infrastruktur, iklim usaha dan dinamika usaha. Cilacap (6,14) berada di peringkat pertama Jateng, Purbalingga (5,10) peringkat ke 17, Banjarnegara (4,70) peringkat ke 29 dan Banyumas (4,54) peringkat ke 31 dari 35 kabupaten kota di Jateng.
Performa menarik ditunjukkan Kabupaten Cilacap yang menyumbang banyak angka dari tiga indikator. Iklim usaha yang baik (7.31), infrastruktur memadai (7.00) dan kinerja ekonomi prima (7.17) membuat Cilacap terhitung paling menonjol di Jateng.
Wilayah pesisir ini sekaligus menjadi satu-satunya kabupaten yang mengantongi nilai 6 pada penilaian daya saing keseluruhan di tingkat kabupaten. Sebanyak 34 kabupaten kota lain, tak ada yang sanggup meraih nilai 6.
Masih Timpang
Cilacap tak mampu meraih nilai total lebih tinggi, justru karena masih rendahnya kapasitas pemerintah (3.96). Secara terbuka, Sekretaris Daerah Soeprihono mengakui ketimpangan tersebut. Menurutnya, prioritas pemerintah saat ini baru pada tahap memperkuat fondasi ekonomi.
Strateginya dengan memberi kemudahan perizinan, melengkapi infrastruktur dan menciptakan kebijakan proinvestasi lainnya. Perusahaan besar seperti PT Pertamina dan PT Holcim pun pada mulanya tidak langsung dipersulit soal pajak. Pokoknya, pertama adalah mengupayakan investasi untuk mendorong penyerapan tenaga kerja.
’’Strategi kami adalah mengutamakan kemajuan perekonomian dengan memberi kemudahan investasi. Ada perusahaan, itu artinya warga bisa bekerja dan memperbaiki ekonomi makro. Setelah itu, baru mengoptimalkan pajak,’’ katanya menanggapi hasil survei.
Pelebaran jalan eks Pasar Gumilir dijadikan Soeprihono sebagai contoh buah manis dari upaya pembenahan infrastruktur. Jalan di sekitar kawasan diperlebar 1,5 kali lipat, dan ijin pendirian ruko dipermudah. Dia mengakui, pemerintah pada tahap-tahap awal bahkan tidak terlalu keras menetapkan standar pendirian ruko. Kini survei pemerintah menyatakan bahwa omset pedagang dan ruko naik hingga 10 kali lipat.
’’Di sana sekarang menjadi pusat keramaian dan pertumbuhan ekonomi baru. Nah kalau sudah maju ekonominya baru kami mengoptimalkan perolehan PAD,’’ jelasnya.
Nilai investasi yang terus merangkak naik memang menjadikan Cilacap sebagai primadona Jateng. Tahun ini saja, terdapat tiga investor besar meliputi PT Pertamit Processing (pemurnian dan kilang minyak bumi), PT Changjian Buana Nusantara (pertambangan pasir besi) dan PT D & C Enggineering (konstruksi ketenagalistrikan). Total nilai investasi mencapai Rp 17,3 triliun.
Namun wirausahawan muda sekaligus Direktur Pusat Studi Kebijakan Lingkungan (Pusaka) Cilacap, Chabibul Barnabas mengungkapkan, investasi memang terus masuk. Rata-rata bersifat padat modal dan menggunakan teknologi canggih yang meminimalisir pemanfaatan tenaga manusia. Itu akan berbeda dengan dampak yang diraih apabila ada investasi padat karya.
Selama ini, investasi juga dinilai masih berpusat di wilayah kota. Sementara di wilayah pedesaan menjadi kantong kemiskinan yang mencapai 37 persen. Sehingga selain investasi besar, pemerintah perlu meningkatkan kapasitasnya dengan membangun perekonomian di wilayah pedesaan sebagai kantong kemiskinan.
’’Persoalan kemiskinan ini tidak cukup diatasi melalui program kemitraan dengan perusahaan besar, ini terkait dengan komitmen pemerintah melalui paket kebijakan yang prorakyat miskin,’’ katanya.
Setelah sukses merayu investor kakap, saat ini pemerintah perlu memikirkan pengembangan perekonomian berbasis pertanian, perikanan dan sektor usaha rakyat lainnya. Dia belum pernah melihat ada kebijakan untuk memetakan potensi wilayah pedesaan yang bisa dikembangkan.
’’Gunakan jaringan struktural sampai ke desa untuk membuat potensi desa, dan menggalakan program pengembangan ekonomi rakyat,’’ katanya.
Paradoks Banyumas
Sementara itu, Kabupaten Banyumas menjadi penghuni peringkat paling buncit di Eks Karesidenan Banyumas. Lima dari enam indikator daya saing berada pada posisi kinerja medium rendah (berada di bawah angka lima).
Satu-satunya berkinerja medium tinggi yaitu dari sektor swasta yang memiliki iklim usaha dengan poin 5.04. Artinya, dunia usaha potensial menjadi lebih dinamis dan kokoh apabila didukung dengan perbaikan kinerja, efisiensi, dan kapasitas pemerintahan.
Meski demikian, ’’raport merah’’ ini bukan wacana baru. Hasil ini merupakan paradoks mengingat dibanding kabupaten tetangga, keberadaan perguruan tinggi semestinya bisa menjadi aset intelektual yang mendorong iklim bisnis dan pemerintahan yang lebih baik. Apalagi, Kota Purwokerto juga lebih dikenal dengan akses transportasi darat yang relatif lebih mudah dijangkau.
Kepala Program Magister Administrasi Publik (MAP) Unsoed, Paulus Israwan menuturkan, situasi semacam itu merupakan bagian dari peninggalan pemerintahan yang lama. Hasil riset perlu dijadikan momentum bagi pemerintahan yang baru berusia tiga bulan untuk memperbaiki berbagai aspek menyangkut iklim usaha, terutama iklim investasi.
’’Kepemimpinan saja tidak cukup menciptakan kebijakan yang proinvestasi. Perlu ada pembenahan birokrasi, yang didukung perubahan di sejumlah bidang yang vital bagi perekonomian Banyumas. Itu antara lain terdapat di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serta di Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi,’’ jelasnya.
Bahkan hingga kini, Banyumas belum menetapkan zona wilayah industri. Padahal investor akan menyimak hal itu, untuk mencegah persinggungan dengan kepentingan publik. Jangan sampai investasi datang dengan asal memilih lokasi tanpa penataan yang jelas.
Selama ini, wacana proinvestasi juga terkesan terjebak pada persoalan perizinan satu pintu belaka. Padahal prinsipnya, mau satu atap atau banyak meja sama saja sepanjang kalangan bisnis mendapat informasi yang transparan. Sebaliknya, percuma bila sudah terdapat kantor pelayanan perijinan satu atap, namun kinerjanya tidak dioptimalkan.’’Perlu usaha agar layanan perijinan lebih transparan dari segi biaya dan waktu, serta ketegasan kebijakan,’’ katanya.
Sejumlah daerah yang mengedepankan pelayanan publik telah menerapkan ’citizen carter’. Polanya dengan memberi penghargaan atau hukuman. Bila aparatur tidak mampu menyelesaikan pelayanan publik tepat waktu, mereka mendapat sanksi dan warga mendapat konpensasi.
’’Bila izin usaha belum rampung sampai waktunya, aparat akan mengantarnya langsung ke klien. Komitmen dalam prinsip citizen carter semacam ini perlu dibiasakan di Banyumas,’’ jelasnya.
Sementara itu, sebagai orang baru, Bupati Mardjoko mengaku telah merampungkan agenda besar penataan birokrasi. Setelahnya, dia juga akan segera menggenjot kemajuan dalam sektor ekonomi.
Bukan hanya mendesain di tingkat konsep, melainkan juga membuat parameter yang sangat jelas.
’’Misalnya, kami gratiskan 15 macam jenis izin. Lalu seluruh perizinan membuka usaha dan investasi, harus dirampungkan aparatur maksimal selama 9 hari,’’ paparnya.
Dia juga akan mengevaluasi perda tata ruang, merevisi beberapa kebijakan perizinan, menyiapkan lahan dan zona industri strategis serta mengantisipasi kehadiran spekulan tanah. ’’Realisasinya antara lain menerima proyek bio energy PT Sampoerna dengan nilai investasi Rp 1 triliyun. Ada juga pengolahan minyak goreng senilai Rp 300 miliar dan pembangkit listrik mikrohidro senilai Rp 30 miliar,’’ tambahnya.
Purbalingga Konsisten
Kekuatan Kabupaten Purbalingga justru berbalik dengan Banyumas. Meski keduanya sama-sama memiliki kapasitas pemerintahan yang rendah, namun Pemkab Purbalingga jauh lebih efesien (6.9). Itu artinya, dunia usaha sudah melihat adanya kebijakan yang konsisten, memberi kepastian hukum dan meminimalisir pembiayaan nonformal yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
Sayangnya, meski kebijakan telah mendukung, justru sektor swasta menunjukkan aktivitas yang belum menggembirakan. Iklim usaha ((4,61) dan dinamika usaha (4,38) berada pada kinerja medium rendah. Ini mengindikasikan sektor swasta masih relatif stagnan. Mereka tidak agresif mencari pinjaman modal ke bank dan terlalu sedikit menciptakan inovasi produk. Kapasitas produksi juga tergolong rendah, disamping masih sedikitnya pendirian usaha baru.
’’Sektor riil saat ini memang lamban. Pengusaha belum berani ekspansi usaha. Ini fenomena nasional,’’ kata Kepala Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi (KPPI) Sridadi.
Ketua Komisi C DPRD Purbalingga, Mustangin menyatakan dari segi pelayanan publik, Purbalingga memang patut unggul bukan saja di tingkat eks Karesidenan Banyumas. Dia mengakui jika pemerintah telah berhasil melaksanakan berbagai kebijakan yang pro terhadap dunia usaha.
’’Baru saja investor dari Korea dan Jepang juga masuk. Sementara investor yang sudah ada sudah menyerap ribuan tenaga kerja. Itu keberhasilan. Meski demikian, kini saatnya menggarap usaha kecil dan menengah’’ ujarnya.
Banjarnegara menampilkan performa iklim bisnis yang tidak tingggi, sekaligus tidak sangat rendah. Seorang pengusaha perdagangan, Endon Priyanto mengatakan, harus ada kesadaran baru mengenai pentingnya penguasaan teknologi bagi kalangan birokrasi dan pada akhirnya warga. Dia melihat daerahnya masih kurang bergeliat karena keterbatasan informasi yang mampu mendorong inovasi.
Seperti umumnya orangtua yang tak berkenan putra-putrinya terus-menerus memperoleh angka merah di raport, begitu pun harapan 4.9 juta warga eks Karesidenan Banyumas. Warga dan pemerintah tentu ingin melihat predikat daerah berdaya saing ekonomi terbaik tetap dipertahankan di masa mendatang. Tentu dalam standar yang juga jauh lebih baik. (21)
Subscribe to:
Posts (Atom)