Friday, February 29, 2008

Pembelot Golkar agar ditindak tegas

PURWOKERTO - Pembelotan dukungan dalam Pemilu Bupati (Pilbup) 10 Februari lalu membuat Forum Pemuda Karya merasa prihatin. Tidak mau kegagalan terulang dalam pemilu gubernur (pilgub) mendatang, sebanyak 12 ormas pemuda Golkar, Rabu (27/2), menuntut agar DPD menindak tegas para pengurus partai yang melanggar AD/ART, peraturan organisasi dan kebijakan partai.

Koordinator Forum Pemuda Karya, Ruminta AL mengatakan, ada empat tuntutan yang disampaikan ormas pemuda Golkar ini. Antara lain menindak tegas pengurus yang membelot, melaksanakan revitalisasi dan memberdayakan ormas pemuda kekaryaan dan Satgas Pemuda Partai Golkar, melakukan pembinaan etika serta mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi.

"Kami merasa perlu untuk menyampaikan tuntutan ini, karena Partai Golkar masih punya tiga gawe besar yaitu pilgub, pileg dan pilpres. Selaku pemuda Golkar kami wajib memberikan masukan demi soliditas partai ke depan," katanya.

Meskipun begitu, Ruminto menolak menyebutkan nama-nama ataupun kubu partai yang dalam pilbup lalu dianggap sudah membelot. Menurutnya, saat ini yang terpenting menyusun langkah dan persiapan untuk menghantarkan Bambang Sadono dalam pilgub mendatang.

Sebagaimana diketahui, dalam Pilbup Banyumas, ada beberapa pengurus kecamatan (PK) yang justru memberikan dukungan secara terang-terangan kepada calon lain. Perpecahan Partai Golkar Banyumas menghadapi pilgub juga mulai terlihat. Pada saat kedatangan calon gubernur dari PKB, Agus Suyitno belum lama ini ke Banyumas, sejumlah tokoh Golkar juga terlihat bersama Agus. Bahkan anggota DPR RI dari Partai Golkar, Slamet Efendi Yusuf juga terlihat dalam pertemuan tersebut.

Beri dukungan
Tentang wacana pembelotan tersebut, Ruminto meminta agar DPD melakukan langkah antisipasi. 12 ormas yang ikut memberi pernyataan sikap antara lain Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI), Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Fobri, Satgas, Kosgoro 57, Aliansi Pemuda Partai Golkar, Forum Komunikasi Keluarga Mahasiswa Partai Golkar (FKKM PG), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) dan lainlain.

Disinggung tentang kegagalan pilbup, Ruminta mengatakan, kegagalan tersebut bukanlah kegagalan Ketua DPD Banyumas atau jajaran pengurus, melainkan merupakan kegagalan seluruh kader Golkar. Mengingat kepemimpinan di Golkar bersifat kolektif.

"Ini adalah kegagalan seluruh kader Golkar, karena itu sekarang kita rapatkan barisan untuk menyukseskan pilgub. Kami sangat mendukung Golkar, siapa pun yang memimpin," tegasnya. hef/Pr

Views: 5

Wednesday, February 27, 2008

Ijtihad dan Keragaman Pemahaman Agama

Ditulis oleh isyraq di/pada Februari 2, 2008
Mukaddimah
religious-law-product.jpgMasalah pluralisme agama dan kesimpulan yang beragam dari teks agama, merupakan salah satu tema baru yang mengemuka dalam dunia Islam. Dan sebagian dalam menerima atau menolak masalah ini, antara mereka yang pro dan yang kontra, telah banyak menulis tentang hal tersebut. Salah satu lintasan yang tepat dalam pembahasan ini adalah masalah ijtihad para juris dan perbedaan fatwa fuqaha sepanjang perjalanan sejarah umat Islam.

Penulis tidak berada pada tataran menjelaskan dan menganalisa seluruh angle dan sisi pembahasan pluralisme agama. Analisa dan penjelasan jeluk masalah ini memerlukan satu pembahasan yang terpisah dan detil.

Apakah keragaman pemahaman para juris yang merupakan keharusan ijithad mereka memiliki hubungan dengan masalah keragaman pemahaman agama?

Dan apakah seperti yang disebutkan oleh para proponen hermeneutik filsafat termasuk dalam bentuk positif universal (mujibah kulliyah), perbedaan pemahaman yang beragam dari teks-teks agama, dari seluruh hukum-hukum syariat dan proposisi-proposisi agama yang tentu saja keharusannya adalah relatifnya pemahaman agama para fuqaha, atau perbedaan fatwa ini (perbedaan konklusi dari teks-teks agama), atau dalam bentuk positif partikular (mujiba juz’iyah)? Hal ini tentu saja memerlukan sebuah kajian yang rigoris. Apakah untuk menentukan antara pemahaman-pemahaman sahih dan batil, terdapat kriteria tertentu atau dalam dimensi ini, dimana harus diyakini bahwa terdapat relativitas metodeologi dalam memahami agama. Sebagaimana apa yang diyakini oleh para pendukung hermeneutik filsafat? Dan pada akhirnya apakah faktor kemunculan keragaman inferensi (istinbâth) para juris dapat dihilangkan sedemikian sehingga seluruh juris tersebut mengeluarkan satu fatwa dalam satu subjek syar’i yang bersumber dari berbagai dalil-dalil yang berhubungan dengannya – dari Qur’an, Sunnah, Akal dan Ijma?

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas membuat pembahasan harus ini ditinjau sebagai pembahasan teologis, namun demikian pembahasan ini harus bersandar pada analisa dan uraian pemahaman beragama para juris yang merupakan pijakan yang tepat bagi pembahasan pluralisme. Sebelum pembahasan ini dimulai, kiranya perlu batasan maksud dari dua kalimat “ijtihad” dan “keragaman pemahaman agama” dijelaskan sehingga tidak terjadi miksture permasalahan (campur aduk) dalam melakukan penilaian (judgment). Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Seri Hermeunetik | Tidak ada komentar »
Hermeneutik dan Ushul Fiqih; Sebuah Studi Komparatif

Ditulis oleh isyraq di/pada Januari 14, 2008

principle-and-hermeneutic.jpgApabila kita berpandangan bahwa masa-masa bersemi dan berbuahnya pemikiran Scheleirmacher (seorang teolog dan sastrawan Jerman yang hidup pada tahun 1768 hingga 1834 M yang menjadi peletak dasar batu pertama neo-hermeneutik) sebagai pemantik munculnya pengetahuan ini maka kita harus berkata bahwa kurang-lebih dua kurun telah berlalu dari ditemukannya pengetahuan ini.

Demikian juga apabila benar adanya bahwa setiap ilmu memiliki subyek permasalahan tersendiri dan masalah-masalah makro dan mikro dengan pengaturan dan penataan logis ihwal subyek tersebut bersatu, akan tampak bahwa hermeneutik sebelum ia menjadi sebuah ilmu yang bermakna resmi, ia merupakan dialog ilmiah yang memiliki sisi mediasi dan barangkali pada masa-masa mendatang mencapai tingkatan yang dapat dibandingkan dengan logika dan linguistik.

Akan tetapi sebelum mencapai tingkatan tersebut, terdapat pelbagai tingkatan yang terbentang di depan, lantaran dialog ilmiah seperti ini belum sampai pada kesimpulan yang bersifat definitif. Para periset setelahnya tanpa basa-basi dan bersikap kritis menerima kesimpulan tersebut dan pada kelanjutan serta penyempurnaannya belum sampai kepada apa yang diharapkan.

Satu-satunya poin yang telah diterima dan menjadi konsensus seluruh periset dan para pemilik otoritas dalam bidang ini bahwa: Apa yang menjadi pertanyaan utama dalam batasan ilmu ini atau riset yang mengemuka harus dipikirkan. Sangat jelas bahwa dengan takaran ini hermeneutik sukar untuk dapat sampai pada satu ilmu resmi dan mandiri. Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Seri Hermeunetik | Tidak ada komentar »
Logika [guna] Memahami al-Qur’an

Ditulis oleh isyraq di/pada Desember 31, 2007

logic-for-quran.jpgMeskipun tema “logika [guna] memahami al-Qur’an” pada batas-batas tertentu memiliki kesamaan dengan istilah (redaksi) yang biasa kita gunakan dalam ilmu-ilmu rasional, namun kemungkinan sebagian orang tidak banyak memahaminya. Menggunakan ilmu-ilmu rasional dan proposisi-proposisi argumentatif (Qadhaya Burhaniyah) memiliki kaitan dengan logika tertentu. Dengan kata lain ia berkaitan dengan asas-asas dan kaidah-kaidah yang merupakan pijakan guna terbentuknya sebuah argumentasi.

Setiap bidang ilmu membutuhkan kaidah-kaidah yang menjadi pijakan untuk mencapai sebuah kesimpulan, berdasarkan hal ini sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu “Ushul Fiqih” merupakan Logika (mantiq) bagi “ilmu Fiqih”. Jika ilmu Ushul Fiqih dapat disebut sebagai logika ilmu Fiqih, maka menyebut prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah tertetu sebagai “logika [guna] memahami al-Qur’an” bukanlah suatu yang asing dan mengherankan, terlebih lagi dalam memahami al-qur’an sudah barang tentu memerlukan asas-asas serta kaidah-kaidah tertentu. Jika keharusan adanya logika guna memahami al-Qur’an dapat diterima, secara global kita dapat membagi pembahasan ini menjadi dua bagian.

Pertama; adalah kaidah-kaidah serta prinsip-prinsip dasar (ushul maudhu’ah) bagi yang menerima validitas penafsiran dan pemahaman al-Qur’an. Dan yang kedua; adalah kaidah-kaidah tertetu yang mengharuskan bersandar pada ayat-ayat al-qur’an saat menfsirkan ayat-ayatnya. Merupakan suatu kejelasan bahwa setiap bidang ilmu memerlukan metodologi tersendiri sehingga dengan metode tersebut tujuan dari bidang ilmu tertentu dapat tercapai. Dari sini sangatlah wajar jika penafsiran al-Qur’an pun memerlukan metode tersendiri. Walaupun demikian sangat disayangkan, sedikit sekali kajian yang dilakukan dalam masalah ini, walau bagaimanapun kajian masalah ini akan selalu dibutuhkan. Mengapa seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an harus mengetahui kaidah dan asas yang menjadi pijakannya? Dan bagaimana metode menggunakan kaidah-kaidah tersebut? Oleh karenanya, kebutuhan ini terus ada, terlebih lagi dengan munculnya kajian-kajian baru seperti hermeneutik dan lainnya, maka kajian terhadap masalah ini terasa lebih urgen dan diperlukan. Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Seri Hermeunetik | Tidak ada komentar »
Kritik atas Kritik Teks Abu Zaid

Ditulis oleh isyraq di/pada Desember 16, 2007

Abstraksi

abu-zaid.jpgDr. Hamid Abu Zaid memandang matan merupakan sebuah hasil dan produk dari sebuah kebudayaan yang mesti dikaji dalam ufuk sejarah. Dalam mengkaji setiap teks yang harus diperhatikan adalah kebudayaan yang berkembang pada masa tersebut. Relasi antara teks (matan) dan kebudayaan harus selalu mengalami dialektika, lantaran keduanya saling mempengaruhi, matan mempengaruhi kebudayaan dan demikian sebaliknya.

Menurut Abu Zaid, al-Qur’an adalah satu teks bahasa dan ia harus ditelaah, dikaji dengan metodologi analisa bahasa. Abu Zaid meyakini bahwa al-Qur’an mengandung dimensi esoterik (di samping dimensi eksoterik), kendati manusia tidak dapat sepenuhnya memahami dimensi esoterik al-Qur’an.

Menelaah matan atau teks dalam ufuk sejarah menandakan bahwa ahkam (plural dari hukum) menemukan maknanya dalam relasi masa turunnya (revelasi) makna tersebut. Dan sebagian hukum-hukum tersebut tidak lagi berguna untuk digunakan pada masa kini. Pada setiap masa dan zaman, bacaan (penafsiran) dan takwil tentang teks harus mengalami perubahan. Peran pembaca juga dalam memahami teks menjadi fokus perhatian Abu Zaid. Menurutnya, kebudayaan zaman dalam al-Qur’an mengalami reaksi dan dengan demikian sebagian komprehensi dan pemahamannya seperti jin dan setan yang bertautan dengan masa turunnya masalah tersebut tidak lagi sesuai dengan masa sekarang.

Dalam pandangan Abu Zaid, hermeneutik Gadamer dapat membantu seorang penafsir sehingga ia dapat memperbaharui pandangannya terhadap warisan budaya (al-Qur’an) dan memasukkan pandangan-pandangan (baru) yang disampaikan pada setiap zaman. Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Seri Hermeunetik | Tidak ada komentar »
Kajian Kritis atas Hermeunetik dan Hermenes

Ditulis oleh isyraq di/pada Nopember 27, 2007

hermes1.jpgIstilah hermeneutik (hermeneutic) disebut sebagai seni menafsirkan. Kata ini derivasi dari kata verba Yunani (hermeneuien) yang bermakna “menafsirkan”. Hermenia berarti tafsir dan galibnya istilah ini digunakan pada hal yang bertautan dengan tafsir teks-teks suci. Plato menyebut para pujangga dan penyair sebagai interpreter dan penafsir (hermenes) para dewa.

Aristoteles menggunakan lafaz ini sebagai judul risalahnya dalam bab logika proposisi dalam buku Organun.

Kata ini dari sudut pandang leksikal bertalian dengan Hermes, dewa Yunani. Sebagian periset pertalian ini mengandung tiga tingkatan atau bagian utama aktivitas tafsir:

1. Alamat, pesan atau teks yang keluar dari sebuah sumber;

2. Perantara, penafsir atau interpreter (hermenes);

3. Transformasi pesan kepada pendengar (audiens atau mukhatab)

Kendati manusia dan penggunaan kata ini senantiasa berurusan dengan pahaman dan tafsir teks-teks, namun dalam dunia pemikiran, kita senantiasa memerlukan kaidah dan norma untuk melakukan aktifitas tafsir sehingga dengannya ia dapat memberikan interpretasi yang sahih dan benar. Akan tetapi tidak lebih dari satu atau dua abad neo-hermeneutik telah dikemukakan sebagai suatu cabang dari ilmu. Dan biasanya Friedrich Schleirmacher dipandang sebagai pendiri atau bapak (founding fathers ) dari neo-hermeneutik.

Namun sebenarnya Wilhelm Diltheylah yang untuk pertama kali mengembangkan satu metode dan pendekatan fundamental untuk ilmu-ilmu humaniora, sehingga berdasarkan metode tersebut resultan-resultan ilmu-ilmu humaniora (insani) sebanding konsiderannya dengan ilmu-ilmu alam (tabiat); lantaran Dilthey berpandangan bahwa hermeneutik merupakan ilmu metodologi untuk ilmu-ilmu humaniora.

Dalam pandangan Dilthey tujuan utama dalam usaha hermeneutik adalah meninggikan konsideran dan nilai ilmu-ilmu humaniora dan mensejajarkannya dengan ilmu-ilmu empiris. Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Seri Hermeunetik | 2 Komentar »
Menyusuri Belantara Hermeunetik

Ditulis oleh isyraq di/pada Agustus 7, 2007

Hermeneutik ialah suatu disiplin ilmu yang berkaitan dengan penafsiran, interpretasi, dan pemahaman teks. Permasalahan pertama yang berhubungan pemahaman adalah esensi dan hakikat pemahaman: apa pemahaman itu?. Pertanyaan kedua berhubungan dengan subjek dan ranah pemahaman: apa yang bisa dipahami?. Persoalan ketiga menitikberatkan pada proses terbentuknya suatu pemahaman atau fenomenologi pemahaman: bagaimana pemahaman itu bisa terwujud?. Namun, persoalan ketiga ini merupakan perkara yang paling urgen dan penting dalam pembahasan yang terkait dengan hermeneutik.

Ilmu hermeneutik telah melalui proses sejarah yang panjang di dunia Barat, pandangan dan gagasan yang muncul tentangnya bermacam-macam dan terkadang saling bertolak belakang. Di barat, hermeneutik berproses dalam tiga jenjang historis, yaitu: hermeneutik pra klasik, hermeneutik klasik, dan hermeneutik kontemporer. Pada jenjang pertamanya terhitung sejak hadirnya gerakan reformasi agama hingga abad kesembilanbelas Masehi dan munculnya pemikir Friedrich D. E. Schleiermacher. Masa kedua dari Schleiermacher hingga Martin Heidegger, dan zaman ketiga adalah pasca Heidegger yang dikenal dengan nama hermeneutik filosofis. Hingga pada zaman Schleiermacher, hermeneutik hanya difungsikan sebagai media untuk interpretasi teks-teks Kitab Suci agama. Ia kemudian meluaskan subjeknya dan merumuskan kaidah-kaidah untuk menafsirkan teks-teks selain agama seperti kesusastraan dan hukum. Setelahnya, ditangan Wilhelm Dilthey, ranah hermeneutik semakin melebar mengkaji segala teks dan pemahaman terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan humaniora (human sciences). Pada akhirnya dengan perantaraan Heidegger, domain hermeneutik menjadi sangat universal yang membahas teks dan non-teks, fenomena-fenomena yang berkaitan dengan prilaku manusia, alam materi, dan metafisika. Baca entri selengkapnya »

Ditulis dalam Seri Hermeunetik | Tidak ada komentar »

Hermeneutik: Ilmu Tafsir

Pada kesempatan kali ini saya mengangkat tema "Hermeneutik", yang secara sederhana diartikan sebagai Ilmu Menafsir. Masalah Hermeneutik saya kira adalah masalah yang sangat relevan dibicarakan oleh umat Kristen, lebih-lebih oleh para pelayan Tuhan yang melayani Firman. Oleh karena itu semoga artikel ini membawa berkat dan selamat membac
Isi:

Banyak perdebatan modern mengenai Alkitab berkisar sekitar persoalan- persoalan mengenai hermeneutika. Ilmu Hermeneutika adalah ilmu penafsiran Alkitab. Dalam mitos Yunani, dewa Hermes adalah pembawa berita para dewa. Tugasnya adalah menafsirkan kehendak dewa-dewa. Karena itu hermeneutika berhubungan dengan penyampaian berita yang dapat dimengerti.

Tujuan hermeneutika adalah menetapkan garis-garis pedoman dan aturan- aturan menafsir. Hermeneutika telah berkembang menjadi ilmu yang teknis dan rumit. Dokumen tertulis mana saja adalah subjek salah tafsir. Karena itu kita telah mengembangkan aturan-aturan untuk menjaga kita dari kesalahpahaman seperti itu. Penelitian ini akan kita batasi hanya sampai pada aturan-aturan dan garis-garis pedoman yang dasar saja.

Secara historis Amerika Serikat memiliki badan khusus yang secara teoritis berfungsi sebagai majelis agung hermeneutika negaranya. Badan ini disebut Mahkamah Agung. Salah satu tugasnya yang utama ialah menafsirkan Konstitusi Amerika Serikat. Konstitusi itu merupakan dokumen tertulis dan memerlukan penafsiran. Asalnya, prosedur menafsir konstitusi itu mengikuti apa yang disebut metode gramatis historis. Maksudnya, konstitusi itu ditafsirkan dengan cara mempelajari kata-kata dokumennya sendiri melalui arti kata-kata tersebut pada waktu dipakai untuk menyusun dokumen itu.

Sejak karya Oliver Wendell Holmes, metode penafsiran konstitusi itu telah berubah secara radikal. Krisis dalam hukum dan kepercayaan masyarakat yang terjadi sekarang ini terhadap mahkamah agung nasional langsung berhubungan dengan problem dasarnya, yaitu metode penafsiran. Pada waktu Mahkamah Agung menafsirkan konstitusi menurut cara-cara modern, hasilnya adalah perubahan konstitusi itu melalui penafsiran ulang. Hasil akhirnya ialah bahwa dengan cara yang sangat halus Mahkamah Agung itu menjadi badan legislatif, jadi telah berubah dari fungsinya yang semula sebagai badan penafsir.

Krisis yang sama telah terjadi dengan penafsiran Alkitab. Ketika ahli- ahli Alkitab memakai metode penafsiran yang menyangkut "memodernkan Alkitab" melalui penafsiran ulang, maka makna asli Alkitab menjadi kabur dan beritanya dikompromikan dengan tren-tren (kecenderungan) zaman ini.

ANALOGI IMAN

Ketika para tokoh Reformasi memisahkan diri dari Roma dan menyatakan pandangan mereka bahwa Alkitab harus menjadi otoritas utama gereja (Sola Scriptura), dengan cermat mereka mendefinisikan prinsip-prinsip dasar penafsiran. Aturan utama penafsiran disebut "analogi iman." Analogi iman adalah aturan yang mengatakan bahwa Alkitab harus menafsirkan Alkitab: Sacra Scriptura sui interpres (Kitab Suci adalah penafsirnya sendiri). Artinya cukup sederhana, yaitu bahwa tidak ada bagian Alkitab yang dapat ditafsirkan sedemikian rupa sehingga konflik dengan apa yang dengan jelas diajarkan di bagian Alkitab yang lain. Misalnya, jika suatu ayat tertentu memungkinkan adanya dua macam penerjemahan atau penafsiran yang berlainan dan salah satu penafsiran itu berlawanan dengan bagian-bagian Alkitab yang lain, dan penafsiran yang kedua itu cocok dengan keseluruhan makna Alkitab, maka penafsiran yang kedualah yang harus dipakai.

Prinsip itu bertumpu pada kepercayaan sebelumnya kepada Alkitab sebagai Firman Allah yang diwahyukan. Karena itu mereka juga percaya bahwa Alkitab itu konsisten dan koheren (tetap dan berkaitan). Mereka beranggapan bahwa Allah tidak akan berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri. Karena itu memilih suatu interpretasi yang menyebabkan Alkitab bertentangan dengan dirinya sendiri, yang sebenarnya tak perlu demikian adalah sama dengan menghujat Roh Kudus. Di zaman kita sekarang ketelitian inspirasi Alkitab sering diabaikan. Sudah umum terdapat para penafsir modern yang tidak hanya menafsirkan Alkitab dengan melawan Alkitab sendiri, tetapi juga menyimpang untuk melakukannya. Usaha-usaha oleh ahli-ahli Alkitab ortodoks untuk menyerasikan pasal-pasal yang sulit dihina dan sangat diabaikan oleh mereka.

Terpisah dari persoalan inspirasi, metode analogi iman adalah metode yang sehat untuk menafsir buah sastra. Norma sederhana mengenai kesopanan yang umum seharusnya melindungi penulis mana saja dari tuduhan-tuduhan berkontradiksi dengan diri sendiri yang tidak berdasar. Jikalau saya dihadapkan kepada pilihan untuk menafsirkan ulasan-ulasan seseorang. Pilihan pertama ialah menyatakan bahwa ulasan-ulasan tersebut konsisten (tetap, tidak berubah-ubah dan tidak kontradiksi). Pilihan kedua ialah menyatakan bahwa ulasan-ulasan tersebut perlu berkontradiksi. Jikalau demikian tampaknya orang tersebut perlu dibebaskan dari tuduhan bahwa ulasan-ulasannya berkontradiksi, karena saya yakin tidak mungkin seseorang berkontradiksi dengan dirinya sendiri.

Pernah orang-orang bertanya kepada saya mengenai pasal-pasal yang telah saya tulis dalam buku-buku saya. Misalnya mengapa saya dapat mengatakan begini dalam pasal 6, sedangkan dalam pasal 4 saya mengatakan begini dan begitu. Saya kemudian menjelaskan apa yang saya maksudkan dalam pasal 6, maka orang tersebut lalu melihat bahwa pada akhirnya kedua macam pemikiran saya itu sebenarnya tidak bertentangan. Perspektif saya dalam pasal 6 agak berbeda dengan perspektif saya dalam pasal 4. Pada pandangan pertama tampaknya kedua perspektif tersebut bertentangan, namun dengan memakai "falsafah melihat kembali kedua kalinya" maka problem itu dapat dipecahkan. Kita semua telah melakukan kesalahfahaman seperti itu, sebab itu kita perlu peka terhadap kata-kata orang lain kalau kita ingin memahaminya.

Sudah barang tentu, mungkin kata-kata saya memang bertentangan. Jadi metode kepekaan dan falsafah "pembebasan dari tuduhan karena diragukan si pelaku memang bersalah" itu hanya dapat diterapkan kalau ada keragu- raguan. Kalau tidak ada keraguan bahwa saya telah berkontradiksi dengan diri saya sendiri, maka yang boleh dilakukan hanyalah mengevaluasi saja. Meskipun demikian, jikalau kita tidak berusaha untuk menafsirkan kata-kata dengan cara konsisten, maka kata-kata yang kita baca itu menjadi sangat kacau. Kalau hal ini terjadi dalam penafsiran Alkitab, maka Alkitab menjadi seperti bunglon yang berubah-ubah warna kulitnya kalau latar belakangnya berubah. Jadi yang dimaksud ialah penafsiran berubah kalau yang menafsir lain.

Jadi jelas bahwa pandangan kita mengenai hakiki dan asal Alkitab memberikan dampak penting pada bagaimana kita akan menafsirkannya. Jika kita memandang Alkitab sebagai Firman Allah yang diwahyukan, maka analogi iman bukanlah metode pilihan, tetapi merupakan tuntutan penafsiran.
:

Sumber diambil dari:
Judul Buku : Mengenali Alkitab
Judul Artikel : -
Penulis : R.C. Sproul
Penerjemah : -
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1994
Halaman : -

Tuesday, February 26, 2008

Jenglot Elektrik untuk Harta Karun Emas di Kroya

Kriminalitas

Selasa, 26 Februari 2008 | 13:41 WIB
Dengan sedikit sentuhan di bagian dengkul jenglot, Bagas Wahyono alias Gareng (28), menghidupkan mata merah makhluk yang tingginya tak lebih dari panjang jari telunjuk orang dewasa.

Kedipan matanya yang merah menunjukkan makhluk yang diyakini memiliki kekuatan gaib itu bersedia memberikan petunjuk untuk mencari harta karun yang terpendam di rumah tua bekas milik salah seorang demang di Desa Pekuncen, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. "Katanya, kalau mata merahnya menyala itu tandanya jenglot bersedia membimbing kita mencari harta karun," ucap Salam Budiharja (65), salah seorang klien Wahyono. Syarat harta karun

Hingga Jumat malam lalu, Salam masih memiliki keyakinan kuat bahwa Wahyono melalui jenglotnya bisa membantu dirinya terlepas dari jeratan utang. Pada malam itu, dia bersama lebih dari 200 klien Wahyono mengikuti kenduren untuk makan bersama sapi yang disembelih sebagai syarat pencarian harta karun yang sekaligus darah sapi itu untuk santapan jenglot.

Namun, praktik itu malah membuat warga setempat resah dan melaporkan Wahyono sebagai dukun pencari harta dan pengganda uang palsu kepada Kepolisian Sektor Kroya. Mulai saat itu, Salam tersadarkan bahwa dirinya telah ditipu. "padahal, saya sudah berharap bisa membayar semua utang saya, seperti ke diler motor. Saya juga sudah sempat membuat proposal pembangunan desa kalau harta karun itu ditemukan," tuturnya.

Hingga Senin (25/2), Wahyono bersama jenglotnya yang ternyata jenglot elektrik yang dihidupkan dengan baterai itu ditahan di Kantor Kepolisian Sektor Kroya. Barang bukti lainnya yang ikut diamankan adalah beberapa ikat uang senilai Rp 8 miliar yang ternyata hanya lembaran kertas putih dengan dilapisi selembar uang Rp 100.000 asli dan sebuah batu bata yang digunakan sebagai emas palsu batangan.

Diam-diam

Kepala Kepolisian Sektor Kroya Ajun Komisaris Sukirwan mengatakan, praktik Wahyono itu sempat menggegerkan Desa Pekuncen. "Mulanya kami memang menyelidiki kasus ini secara diam- diam. Namun karena desakan warga begitu kuat pada Jumat malam itu, kami menangkap pelaku dan terbukti praktik dukunnya itu adalah untuk menipu orang lain," katanya.

Wahyono baru empat bulan belakangan ini bermukim di Desa Pekuncen karena beristrikan orang setempat. Sebelumnya, Wahyono yang berasal dari Kelurahan Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu mengaku sempat berguru kepada Mbah Arjo di Desa Cimande, Provinsi Banten, selama empat hari untuk memperoleh ilmu kesaktian.

Menurut Sukirwan, pihaknya menduga ada lebih dari 200 orang yang telah tertipu oleh aksi Wahyono. Hanya saja, sejauh ini baru 10 orang kliennya yang berani melapor ke polsek, salah satunya Salam. "Total kerugian dari 10 orang yang melapor ini mencapai Rp 22.250.000. Uang itu diserahkan kepada Wahyono untuk dibelikan sapi," katanya. (HAN/MDN)

Saturday, February 23, 2008

Kasus dugaan korupsi APBD Banyumas

asus dugaan korupsi APBD Banyumas
Sabtu, 23 Februari 2008

PURWOKERTO - Meski menjabat sebagai panitia urusan rumah tangga (PURT), namun hingga kemarin tiga mantan anggota DPRD Banyumas dari unsur TNI/Polri tetap belum diproses, dalam kasus dugaan korupsi APBD 1999-2004.

Kasi Pidsus Kejaksaan Negeri (Kejari) Purwokerto, Anshori, Jumat (22/2) mengaku pihaknya tidak mengetahui perihal anggota TNI/Polri yang juga menjadi anggota PURT.

Menurutnya, kejaksaan hanya menindaklanjuti penyidikan yang dilakukan Polres Banyumas. Dan dalam berkas yang dilimpahkan oleh polisi tidak ada nama tiga anggota TNI tersebut.

"Kami hanya menindaklanjuti apa yang telah disidik oleh kepolisian. Tidak diikutsertakanya anggota dari TNI/Polri, kita sama sekali tidak tahu. Kita hanya memproses nama-nama yang tercantum dalam berkas," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, selain 14 mantan anggota DPRD yang sudah menjalani hukuman, serta delapan mantan anggota DPRD yang saat ini tengah ditahan, masih ada enam orang mantan anggota dewan lain yang juga menjadi panitia anggaran (panggar) serta PURT, tiga di antaranya dari unsur TNI/Polri. Keenam mantan anggota DPRD ini terdiri mantan wakil ketua DPRD sekaligus mantan wakil ketua panggar Imam Munhasir, anggota panggar dan PURT Abdul Malik dan Warto, serta dari unsur Polri terdiri Mayor Mas"ud, Sus Mukseno dan Kirlan.

Anshori menegaskan, pihaknya siap menindaklanjuti jika memang ada pelimpahan berkas terkait keterlibatan tiga mantan anggota TNI/Polri tersebut. Kejaksaan juga meminta polisi untuk mengusut semua mantan anggota DPRD yang terlibat dalam kasus dugaan korupsi, tidak hanya yang dari sipil saja.

"Kita akan bertindak adil, siapa yang bersalah harus diperlakukan sama, kita akan tindaklanjuti semuanya termasuk yang dari TNI/Polri", kata Ansori.

Lebih lanjut Anshori mengatakan, sebenarnya kejaksaan bisa mengembangkan sendiri. Namun karena dari awal sudah ditangani polisi, maka kejaksaan hanya menunggu pelimpahan berkas saja.

Masih dikaji
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Banyumas AKP Widada saat dikonfirmasi mengatakan, polisi masih mengkaji kasus tersebut. Soal ada atau tidaknya tersangka baru, termasuk mantan anggota dewan yang dari unsur TNI/Polri, pihaknya belum bisa menentukan.

"Kita akan kaji lagi permasalahnya, jadi belum bisa menentukan apakah ada kasus dugaan korupsi APBD 1999-2004 gelombang ke tiga atau tidak," ungkapnya. hef-Tj

Views: 8

Ibnu Hajar Al-Atsqolani

Beliau adalah al Imam al ‘Allamah al Hafizh Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Hajar, al Kinani, al ‘Asqalani, asy Syafi’i, al Mishri. Kemudian dikenal dengan nama Ibnu Hajar, dan gelarnya “al Hafizh”. Adapun penyebutan ‘Asqalani adalah nisbat kepada ‘Asqalan’, sebuah kota yang masuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah (Jalur Gaza-red).

Beliau lahir di Mesir pada bulan Sya’ban 773 H, namun tanggal kelahirannya diperselisihkan. Beliau tumbuh di sana dan termasuk anak yatim piatu, karena ibunya wafat ketika beliau masih bayi, kemudian bapaknya menyusul wafat ketika beliau masih kanak-kanak berumur empat tahun.

Ketika wafat, bapaknya berwasiat kepada dua orang ‘alim untuk mengasuh Ibnu Hajar yang masih bocah itu. Dua orang itu ialah Zakiyuddin al Kharrubi dan Syamsuddin Ibnul Qaththan al Mishri.

PERJALANAN ILMIAH IBNU HAJAR

Perjalanan hidup al Hafizh sangatlah berkesan. Meski yatim piatu, semenjak kecil beliau memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Beliau masuk kuttab (semacam Taman Pendidikan al Qur’an) setelah genap berusia lima tahun. Hafal al Qur’an ketika genap berusia sembilan tahun. Di samping itu, pada masa kecilnya, beliau menghafal kitab-kitab ilmu yang ringkas, sepeti al ‘Umdah, al Hawi ash Shagir, Mukhtashar Ibnu Hajib dan Milhatul I’rab.

Semangat dalam menggali ilmu, beliau tunjukkan dengan tidak mencukupkan mencari ilmu di Mesir saja, tetapi beliau melakukan rihlah (perjalanan) ke banyak negeri. Semua itu dikunjungi untuk menimba ilmu. Negeri-negeri yang pernah beliau singgahi dan tinggal disana, di antaranya:
1. Dua tanah haram, yaitu Makkah dan Madinah. Beliau tinggal di Makkah al Mukarramah dan shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Yaitu pada umur 12 tahun. Beliau mendengarkan Shahih Bukhari di Makkah dari Syaikh al Muhaddits (ahli hadits) ‘Afifuddin an-Naisaburi (an-Nasyawari) kemudian al-Makki Rahimahullah. Dan Ibnu Hajar berulang kali pergi ke Makkah untuk melakukah haji dan umrah.

2. Dimasyq (Damaskus). Di negeri ini, beliau bertemu dengan murid-murid ahli sejarah dari kota Syam, Ibu ‘Asakir Rahimahullah. Dan beliau menimba ilmu dari Ibnu Mulaqqin dan al Bulqini.

3. Baitul Maqdis, dan banyak kota-kota di Palestina, seperti Nablus, Khalil, Ramlah dan Ghuzzah. Beliau bertemu dengan para ulama di tempat-tempat tersebut dan mengambil manfaat.

4. Shana’ dan beberapa kota di Yaman dan menimba ilmu dari mereka.

Semua ini, dilakukan oleh al Hafizh untuk menimba ilmu, dan mengambil ilmu langsung dari ulama-ulama besar. Dari sini kita bisa mengerti, bahwa guru-guru al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqlani sangat banyak, dan merupakan ulama-ulama yang masyhur. Bisa dicatat, seperti: ‘Afifuddin an-Naisaburi (an-Nasyawari) kemudian al-Makki (wafat 790 H), Muhammad bin ‘Abdullah bin Zhahirah al Makki (wafat 717 H), Abul Hasan al Haitsami (wafat 807 H), Ibnul Mulaqqin (wafat 804 H), Sirajuddin al Bulqini Rahimahullah (wafat 805 H) dan beliaulah yang pertama kali mengizinkan al Hafizh mengajar dan berfatwa. Kemudian juga, Abul-Fadhl al ‘Iraqi (wafat 806 H) –beliaulah yang menjuluki Ibnu Hajar dengan sebutan al Hafizh, mengagungkannya dan mempersaksikan bahwa Ibnu Hajar adalah muridnya yang paling pandai dalam bidang hadits-, ‘Abdurrahim bin Razin Rahimahullah –dari beliau ini al Hafizh mendengarkan shahih al Bukhari-, al ‘Izz bin Jama’ah Rahimahullah, dan beliau banyak menimba ilmu darinya. Tercatat juga al Hummam al Khawarizmi Rahimahullah. Dalam mengambil ilmu-ilmu bahasa arab, al Hafizh belajar kepada al Fairuz Abadi Rahimahullah, penyusun kitab al Qamus (al Muhith-red), juga kepada Ahmad bin Abdurrahman Rahimahullah. Untuk masalah Qira’atus-sab’ (tujuh macam bacaan al Qur’an), beliau belajar kepada al Burhan at-Tanukhi Rahimahullah, dan lain-lain, yang jumlahnya mencapai 500 guru dalam berbagai cabang ilmu, khususnya fiqih dan hadits.

Jadi, al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani mengambil ilmu dari para imam pada zamannya di kota Mesir, dan melakukakan rihlah (perjalanan) ke negeri-negeri lain untuk menimba ilmu, sebagaimana kebiasaan para ahli hadits.

Layaknya sebagai seorang ‘alim yang luas ilmunya, maka beliau juga kedatangan para thalibul ‘ilmi (para penuntut ilmu, murid-red) dari berbagai penjuru yang ingin mengambil ilmu dari beliau, sehingga banyak sekali murid beliau. Bahkan tokoh-tokoh ulama dari berbagai madzhab adalah murid-murid beliau. Yang termasyhur misalnya, Imam ash-shakhawi (wafat 902 H), yang merupakan murid khusus al Hafizh dan penyebar ilmunya, kemudian al Biqa’i (wafat 885 H), Zakaria al-Anshari (wafat 926 H), Ibnu Qadhi Syuhbah (wafat 874 H), Ibnu Taghri Bardi (wafat 874 H), Ibnu Fahd al-Makki (wafat 871 H), dan masih banyak lagi yang lainnya.

KARYA-KARYA AL HAFIZH IBNU HAJAR

Kepakaran al Hafizh Ibnu Hajar sangat terbukti. Beliau mulai menulis pada usia 23 tahun, dan terus berlanjut sampai mendekti ajalnya. Beliau mendapatkan karunia Allah Ta’ala di dalam karya-karyanya, yaitu keistimewaan-keistimewaan yang jarang didapati pada orang lain. Oleh karena itu, karya-karya beliau banyak diterima umat islam dan tersebar luas, semenjak beliau masih hidup. Para raja dan amir biasa saling memberikan hadiah dengan kitab-kitab Ibnu hajar Rahimahullah. Bahkan sampai sekarang, kita dapati banyak peneliti dan penulis bersandar pada karya-karya beliau Rahimahullah.

Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.

Bahkan menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).

MENGEMBAN TUGAS SEBAGAI HAKIM

Beliau terkenal memiliki sifat tawadhu’, hilm (tahan emosi), sabar, dan agung. Juga dikenal banyak beribadah, shalat malam, puasa sunnah dan lainnya. Selain itu, beliau juga dikenal dengan sifat wara’ (kehati-hatian), dermawan, suka mengalah dan memiliki adab yang baik kepada para ulama pada zaman dahulu dan yang kemudian, serta terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, baik tua maupun muda. Dengan sifat-sifat yang beliau miliki, tak heran jika perjalanan hidupnya beliau ditawari untuk menjabat sebagai hakim.

Sebagai contohya, ada seorang hakim yang bernama Ashadr al Munawi, menawarkan kepada al Hafizh untuk menjadi wakilnya, namu beliau menolaknya, bahkan bertekad untuk tidak menjabat di kehakiman. Kemudian, Sulthan al Muayyad Rahimahullah menyerahkan kehakiman dalam perkara yang khusus kepada Ibnu Hajar Rahimahullah. Demikian juga hakim Jalaluddin al Bulqani Rahimahullah mendesaknya agar mau menjadi wakilnya. Sulthan juga menawarkan kepada beliau untuk memangku jabatan Hakim Agung di negeri Mesir pada tahun 827 H. Waktu itu beliau menerima, tetapi pada akhirnya menyesalinya, karena para pejabat negara tidak mau membedakan antara orang shalih dengan lainnya. Para pejabat negara juga suka mengecam apabila keinginan mereka ditolak, walaupun menyelisihi kebenaran. Bahkan mereka memusuhi orang karena itu. Maka seorang hakim harus berbasa-basi dengan banyak fihak sehingga sangat menyulitkan untuk menegakkan keadilan.

Setelah satu tahun, yaitu tanggal 7 atau 8 Dzulqa’idah 828 H, akhirnya beliau mengundurkan diri.

Pada tahun ini pula, Sulthan memintanya lagi dengan sangat, agar beliau menerima jabatan sebagai hakim kembali. Sehingga al Hafizh memandang, jika hal tersebut wajib bagi beliau, yang kemudian beliau menerima jabatan tersebut tanggal 2 rajab. Masyarakatpun sangat bergembira, karena memang mereka sangat mencintai beliau. Kekuasaan beliau pun ditambah, yaitu diserahkannya kehakiman kota Syam kepada beliau pada tahun 833 H.

Jabatan sebagai hakim, beliau jalani pasang surut. Terkadang beliau memangku jabatan hakim itu, dan terkadang meninggalkannya. Ini berulang sampai tujuh kali. Penyebabnya, karena banyaknya fitnah, keributan, fanatisme dan hawa nafsu.

Jika dihitung, total jabatan kehakiman beliau mencapai 21 tahun. Semenjak menjabat hakim Agung. Terakhir kali beliau memegang jabatan hakim, yaitu pada tanggal 8 Rabi’uts Tsani 852 H, tahun beliau wafat.

Selain kehakiman, beliau juga memilki tugas-tugas:
- Berkhutbah di Masjid Jami’ al Azhar.
- Berkhutbah di Masjid Jami’ ‘Amr bin al Ash di Kairo.
- Jabatan memberi fatwa di Gedung Pengadilan.

Di tengah-tengah mengemban tugasnya, beliau tetap tekun dalam samudra ilmu, seperti mengkaji dan meneliti hadits-hadits, membacanya, membacakan kepada umat, menyusun kitab-kitab, mengajar tafsir, hadits, fiqih dan ceramah di berbagai tempat, juga mendiktekan dengan hafalannya. Beliau mengajar sampai 20 madrasah. Banyak orang-orang utama dan tokoh-tokoh ulama yang mendatanginya dan mengambil ilmu darinya.

KEDUDUKAN IBNU HAJAR RAHIMAHULLAH

Ibnu Hajar Rahimahullah menjadi salah satu ulama kebanggaan umat, salah satu tokoh dari kalangan ulama, salah satu pemimpin ilmu. Allah Ta’ala memberikan manfaat dengan ilmu yang beliau miliki, sehingga lahirlah murid-murid besar dan disusunnya kitab-kitab.

Seandainya kitab beliau hanya Fathul Bari, cukuplah untuk meninggikan dan menunjukkan keagungan kedudukan beliau. Karena kitab ini benar-benar merupakan kamus Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaii wasallam. Sedangkan karya beliau berjumlah lebih dari 150 kitab.

Adapun riwayat ringkas ini, sama sekali belum memenuhi hak beliau. Belum menampakkan keistimewaan-keistimewaan beliau, dan belum menonjolkan keutamaan-keutamaan beliau. Banyak para ulama telah menyusun riwayat hidup al Hafizh secara luas. Di antara yang terbaik, yaitu tulisan murid beliau, al ‘Allamah as-Sakhawi, dalam kitabnya, al Jawahir wad Durar fi Tarjamati al Hafizh Ibnu hajar.

Dan setelah ini semua, beliau –semoga Allah memaafkannya- memiliki aqidah yang tercampur dengan Asy’ariyah. Sehingga beliau Rahimahullah termasuk ulama yang menta’wilkan sifat-sifat Allah, yang terkadang dengan ketidak-pastian. Ini menyelisihi jalan salafush Shalih.*

Walaupun demikian, kita sama sekali tidak boleh menjadikan kesalahan-kesalahan ini sebagai alat untuk mencela dan merendahkan kedudukan al Hafizh. Karena jalan yang beliau tempuh adalah jalan Sunnah, bukan jalan bid’ah. Beliau membela Sunnah, menetapkan masalah-masalah berdasarkan dalil. Sehingga beliau tidak dimasukkan kepada golongan ahli bid’ah yang menyelisihi Salaf. Banyak ulama dahulu dan sekarang memuji Ibnu Hajar Rahimahullah, dan memegangi perkataan beliau yang mencocoki kebenaran, dan ini sangat baik. Adapun mengenai kesalahannya, maka ditinggalkan.

Syaikh al Albani Rahimahullah mengatakan, Adalah merupakan kedzaliman jika mengatakan mereka (yaitu an-Nawawi dan Ibnu Hajar al ‘Asqalani) dan orang-orang semacam mereka termasuk ke dalam golongan ahli bid’ah. Menurut Syaikh al Albani, meskipun keduanya beraqidah Asy’ariyyah, tetapi mereka tidak sengaja menyelisihi al Kitab dan as Sunnah. Anggapan mereka, aqidah Asy’ariyyah yang mereka warisi itu adalah dua hal: Pertama, bahwa Imam al Asy’ari mengatakannya, padahal beliau tidak mengatakannya, kecuali pada masa sebelumnya, (lalu beliau tinggalkan dan menuju aqidah Salaf, Red). Kedua, mereka menyangka sebagai kebenaran, padahal tidak.**

WAFATNYA IBNU HAJAR

Ibnu Hajar wafat pada tanggal 28 Dzulhijjah 852 H di Mesir, setelah kehidupannya dipenuhi dengan ilmu nafi’ (yang bermanfaat) dan amal shalih, menurut sangkaan kami, dan kami tidak memuji di hadapan Allah terhadap seorangpun. Beliau dikuburkan di Qarafah ash-Shugra. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas, memaafkan dan mengampuninya dengan karunia dan kemurahanNya.

Demikian perjalanan singkat al Hafizh Ibnu hajar al ‘Asqalani. Semoga kita dapat mengambil manfaat, kemudian memotivasi kita untuk selalu menggali ilmu dan beramal shalih. Wallahu a’lam.

CATATAN KAKI

*). Dapat diketahui dari pandangan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz terhadap juz-juz awal kitab Fathul Bari. Demikian juga beberapa kesalahan berkaitan dengan aqidah yang di beri komentar oleh Syaikh Ali bin ‘Abdul ‘Aziz bin Ali asy-Syibl yang melanjutkan komentar Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baaz. Komentar-komentar ini telah dibukukan dalam kitab at-Tanbih ‘alal Mukhalafat al ‘Aqidah fi Fathil Bari.

**). Kaset Man Huwa al Kafir wa Man Huwa al Mubtadi’? Dinukil dari catatam kaki kitab al Ajwibah al Mufidah min As’ilah al manahij al Jadidah, hal 221; Fatwa-fatwa Syaikh Shalih al fauzan yang dikumpulkan oleh Jamal bin Furaihan al Haritsi.

(SUMBER: Majalah As-Sunnah Edisi 11/X/1428 H/2007 M dengan sedikit perubahan)

Thursday, February 21, 2008

Dikunjungi, Mantan Anggota DPRD Menangis

22 Februari 2008

BANYUMAS-Kondisi kesehatan delapan orang mantan anggota DPRD Banyumas 1999-2003, yang ditahan di Rutan Banyumas, cukup baik. Namun mata mereka masih tampak sembab karena terus menangis. Wajah tahanan kasus dugaan korupsi itu tampak pucat, itu karena kurang tidur.''Pada ora bisa turu,''kata Daldiri, kemarin.

Sepanjang Kamis kemarin, tahanan itu mendapat kunjungan dari rekan-rekannya mantan anggota Dewan, dan anggota DPRD Banyumas, pengurus partai dan kerabatnya. Calon wakil bupati terpilih Achmad Husien dan istrinya juga menjenguknya.

''Dikunjungi Pak Husien mereka senang sekali dari merasa diperhatikan,''kata Sarjono Harjo Saputro SH Mhum, pengacara tersangka.
Wasitah Yusuf, ketika bertemu dengan Husien menangis tersedu-sedu sambil menjelaskan kondisinya saat ini dalam tahanan. Dia mengaku sangat tidak betah, dan merasa malu sekali dimasukkan ke dalam Rutan. Berulang kali dia minta diupayakan agar bisa ditahan luar.

Dia mengadu kepada Husien bahwa rekannya R Suparto yang terkena stroke kondisinya payah sekali. Dia kini tidak bisa berjalan sendiri, termasuk ketika akan buang air besar, karena itu harus dipapah teman-temannya.''Saat dia mau berak harus dipapah dan didudukkan di kloset karena tidak bisa duduk sendiri,''kata Daldiri.

Kini yang menjadi 'perawat' Suparto adalah rekan-rekannya yang masih sehat yaitu Kisworo, M Bakir, Daldiri, Darsono Rowi dan Anfatoni. Ketika masih di rumah, sebelum ditahan, Suparto selalu dibantu istri dan anaknya. Heri Sarkum hanya bisa diam membisu sambil melamun.

Achmad Husien menjelaskan, dia menjenguk mantan anggota Dewan itu karena ada yang masih famili yaitu Heriyanto Sarkum. Kunjungan itu sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan sebagai famili yang kini kondisinya sudah sangat lemah, dan ekonominya morat-marit.''Pak Heri itu sakitnya parah dan sudah linglung,''ungkapnya.

Bentuk kelinglungan Heri Sarkum, katanya, terlihat sekali saat berkunjung ke rumah Husien sebelum pilbup lalu. Heri diminta untuk menempelkan kertas pengumuman di depan rumah yang telah ditinggalkan Husien, tapi oleh Heri pengumunan itu malah dipasang di rumah baru yang ditempatinya.

Niat Husien menjenguk Heriyanto Sarkum, namun setelah di dalam Rutan dia tidak tega bertemu dengan saudaranya itu.''Saya tidak berani bertemu dengan dia, karena kondisinya sedang sakit, saya takut dia malah tidak kuat,''ujarnya.
Ketua Komisi A Wiyono, yang juga pernah menghuni Rutan Banyumas, karena kasus serupa mengatakan, penahanan ini memang tidak manusiawi. ''Silahkan saja proses hukum jalan terus, tapi kondisi kesehatan mantan anggota Dewan itu harus dipertimbangkan. Saya minta kejaksaan lebih arif dalam melihat kondisi mereka saat ini,''jelasnya. (G22,H47-55)

Mantan anggota DPRD tersangka korupsi (1)

KEHIDUPAN sebagian mantan anggota DPRD Banyumas, khususnya mereka yang kemarin resmi ditahan oleh Kejari karena kasus dugaan korupsi APBD, sangat jauh jika dibayangkan mirip dengan mantan wakil rakyat pada umumnya.

Jika image yang melekat di benak banyak orang, seorang wakil rakyat atau mereka yang pernah duduk di bangku anggota DPRD, tentulah orang berduit, bahkan bergelimang materi, namun tidak demikian halnya dengan kondisi orang-orang yang kini menjadi pesakitan tersebut. Paling tidak, itulah kondisi mereka saat ini, setelah tidak menjadi wakil rakyat Banyumas.

Selama menjabat, gaji yang mereka terima merupakan penghasilan DPRD terendah di Indonesia. Selain itu kondisi kehidupan mereka pasca menjabat di DPRD sangat memprihatinkan. Mereka juga tidak mendapat dana purnabakti seperti anggota dewan di daerah lain.

Darsono Rowi misalnya, ia hanya bekerja sebagai tukang tambal ban. Kemudian M Bahir yang memilih pensiun dini saat hendak mencalonkan diri, sekarang ini hanya menggantungkan hidupnya dari uang pensiun sebesar Rp 350 ribu per bulan. Sementara Suparto baru saja menderita stroke, ketika berjalan pun ia masih harus dibantu oleh istrinya.

Oleh karena itulah, mereka terlihat sangat syok dan terkejut dengan keputusan penahanan dari kejaksaan terhadap mereka, Rabu (20/2) kemarin. Bersambung-Hermiana E Effendy-Tj

Wednesday, February 20, 2008

Politisi selebritis dan budaya massa

ImageKEMENANGAN aktor Rano Karno menjadi wakil bupati berpasangan dengan Ismet Iskandar sebagai bupati dalam Pilkada Kabupaten Tangerang (26/1) memotivasi selebiritis lain ke dunia politik dan bersaing dalam pilkada. Hal itu menguatkan kenyataan bahwa politisi selebritis telah menjadi fenomena. Soalnya, salahkah dengan politisi selebritis? Mengapa mereka begitu mudah memiliki akses berpolitik? Masuknya para selebritis (artis film dan sinetron, penyanyi, model, perancang busana, dsb.) ke dunia politik bukan fenomena unik. Di negara maju, berkembang lain, dan bahkan miskin, banyak selebritis dan pesohor yang merambah dunia politik, seperti Ronald Reagen, Arnold Schwartzennegger, Goerge Weah, dan sebagainya.

Sejak masa Orde Baru, parpol dan politisi sudah membuka ruang bagi para selebritis. Dalam kampanye pemilu, misalnya, artis lokal dan Jakarta ditampilkan, baik pentas musik dangdut maupun seni tradisional. Waktu itu, Golkar begitu dominan memobilisasi selebritis. Pada saat ini, hampir semua parpol berlomba menampilkan dan merekrut para selebritis.

Motif utama para selebriti berpolitik pada nasa Orde Baru untuk mendapatkan ”keamanan”, pekerjaan dan lobbi. Hanya sebagian kecil yang berambisi menjadi politisi selebritis.

Kenyataannya, elit selebritis memperoleh privilise berupa fasilitas dan kedudukan politik sebagai ”hadiah” atau ”kontra prestasi”.

Betul-betul praktik korporatisme. Sekarang ini, para selebritis berpolitik secara terbuka ingin menjadi politisi selebritis. Sedang yang bermotif pekerjaan dan lobbi memiliki komunitas di luar politisi selebritis.

Perlu data tambahan untuk menyebut bahwa fenomena politisi selebritis menunjukkan pendangkalan dunia politik. Tapi sekurangnya mengindikasikan dua hal.

Pertama, kekurangpercayaan diri para politisi dan pengurus parpol dalam menjual program kerja ke masyarakat. Kedua, lemahnya harga tawar ideologi di masyarakat. Mungkin ideologi telah mati. Jadi, politisi selebritis dimaksudkan untuk mendongkrak dukungan.

Publikasi dan budaya
konsumen Tak ada yang keliru dengan fenomena politisi selebritis. Politik adalah dunia ekspektasi dan representasi warga sehingga terbuka bagi partisipasi aktif seluruh elemen. Keterbukaan akses politik bahkan merupakan perwujudan hak pilih universal (universal suffrage). Artinya, jangankan selebritis, penganggur dan penjahat pun boleh berebut di panggung politik.

Namun harus diakui bahwa kapasitas, komitmen dan keberpihakan pada rakyat dari mereka perlu diasah dan ditingkatkan. Hal itu juga persoalan elemen lain di era transisi demokrasi. Di tengah mainstream kepolitikan yang serba terbatas popularitas selebritis menjadi nilai tambah.

Sebelum menjadi politisi, para selebritis hidup di dunia ’impian’ publik. Publikasi media tentang kehidupan pribadi dan profesi membantu mereka mendapatkan popularitas dan citra serba ’baik’ atau ’hebat’.

Tak ada, misalnya, artis yang selalu berperan antagonis dan kontroversial berani menjadi politisi. Sejauh ini pun, baru Rano Karno yang sukses dalam pilkada.

Banyak selebritis lain terpaksa menyimpan impian dan gagal dalam pilkada. Lainnya lagi menjadi anggota legislatif akibat sistem yang tidak selektif.

Salah satu faktor yang membantu Rano adalah citra positif sebagai pribadi realistis, sederhana, pekerja keras dari kaum bawah yang sukses dalam karier dan cinta melalui sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Citra itu tertanam di masyarakat se-antero Indonesia, bukan hanya di komunitas Betawi.

Dalam konteks itu, para selebritis diuntungkan oleh budaya konsumen, di mana kesan memainkan peranan utama. Dalam membangun kesan, tradisi acapkali diaduk-aduk dan dikuras untuk mencari simbol kecantikan, roman, kemewahan, ketekunan, keberhasilan, dan eksotika yang manjur, dan sebagainya.

Kesan budaya konsumen pada dasarnya bersifat modernis, sepanjang mengenai ganti-mengganti tata nilai dan meruntuhkan titik acuan tradisional, dalam usahanya meramu paduan baru yang mampu membangkitkan kembali kenangan dan merangsang keinginan. Di titik itu, publikasi besarbesaran terhadap seorang selebritis membuka akses dan sukses mereka di politik.

Karena publikasi, selebritis menjadi model masyarakat. Di tengah budaya konsumen di mana gaya hidup mendapatkan kedudukan istimewa, persepsi dan kesan masyarakat mempengaruhi pilihan politik.

Sebagian masyarakat memang rasional dan mengagumi kharisma tokoh, namun sebagian terbesar sangat dipengaruhi kesan yang ditampilkan media. Kesan-kesan itulah yang memainkan peranan utama pada perilaku memilih dalam pemilu atau pilkada.

Budaya massa
Pascastrukturalisme secara sangat baik mengupas budaya massa di masyarakat. Dalam perspektif pascastrukturalisme, ciri utama budaya massa adalah bahwa masyarakat menolak gerak atau pemahaman bahwa ada sesuatu yang bersifat menyeluruh, utuh, dan tetap.

Segala sesuatu menjadi dan secara bersamaan membentuk yang lain dalam suatu keseimbangan yang tidak pernah pasti. Human object bukan koheren dan otonom sedang human subject dilihat sebagai ’titik simpul’ dari berbagai kecenderungan kekuasaan yang mengejawantahkan diri di setiap subyek manusia.

Dari sudut itu, hubungan antara warga dan politisi selebritis sesungguhnya ibarat magnit antara human object dan human subject. Para pemilih dalam pemilu dan pilkada (human object) bersifat tidak otonom dan tergantung dari politisi selebritis (human subject) yang dianggap sebagai ’pusat kekuasaan’.

Pendeknya, politisi selebritis yang dalam aksi-aksi panggung dan layarnya berkenan dan membekas di hati rakyat akan menjadi pilihan tak terhindarkan, tak peduli kurang punya kapasitas dan komitmennya.

Pascastrukturalisme juga meyakini bahwa semua hal merupakan ’hasil permainan bersama’ yang selalu berubah, tidak ajeg, tertarik ke sana-ke mari oleh berbagai kekuatan yang sedang bekerja, tidaklah mungkin mencari dan menemukan ’suatu pola dasar’ yang dengannya segala sesuatu ingin dijelaskan. Tidak mungkin menjelaskan segala sesuatu dengan, misalnya, melihat asal-usul sesuatu itu.

Terkait hal itu, pilihan-pilihan politik rakyat, termasuk terhadap politisi selebritis, tidak pernah direnungi atau dihayati. Ini soal selera dan kelebihsukaan pada saat itu. Pilihan mereka bukan nilai yang dianut. Pilihan politik adalah permainan, yang setiap saat bisa dikoreksi dan jika salah tak perlu disesali.

Karenanya, sebenarnya tak adanya pola dasar merupakan latar belakang dari apapun yang ingin dijelaskan, sekaligus berarti ada banyak hal, kasus, peristiwa, human subject yang berbeda satu dengan lainnya.

Dalam arti itu, tidak ada jaminan bahwa seorang politis selebritisi selalu terpilih dalam pilkada atau pemilu. Kegagalan Marissa Haque dalam Pilkada Provinsi Banten, misalnya, tidak dapat dijelaskan dengan faktor dan proses yang terjadi dengan keberhasilan Rano.

Karenanya, jika hendak menjadikan Rano sebagai model, sebaiknya melakukan secara total dalam keseluruhan proses dan jejak, bukan parsial, artifisial, superfisial, dan instan. f

Drs Joko J Prihatmoko MSi
Dosen dan peneliti utama
FISIP Universitas Wahid Hasyim
S

Isu politik dalam kebijakan pendidikan


BILA seorang tokoh sedang mempengaruhi massa untuk mendukung pencalonannya sebagai penguasa, kebijakan pendidikan merupakan bagian yang paling sering dimanfaatkan sebagai bagian dari kampanye politik. Tokoh yang datang dari dunia pendidikan biasanya memiliki basis massa yang berakar, dan dukungan penuh. Karena itu, kebijakan pendidikan dibidik menjadi obsesi kampanye, seperti janji akan menyelenggarakan sekolah gratis.Padahal kebijakan pendidikan selalu berada dalam ranah kontroversi, yang menyulitkan insitutsi pelaksana pendidikan.Inilah sebabnya mutu pendidikan kian merosot.

Lebih mulia bila seorang kandidat penguasa berobsesi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pembenahan kebijakan pendidikan. Lakukan revitalisasi pendidikan yang diarahkan untuk menyelenggarakan program pembangunan pendidikan yang berorientasi pada kebijakan pendidikan secara kontekstual.

Mengapa tidak dihidupkan kebijakan pendidikan yang memberdayakan siswa sebagai bagian masyarakat zamannya? Mengembangkan pendidikan dengan daya saing global, memang menjadi kebijakan pendidikan. Akan tetapi, mencipta siswa yang cerdas, kompetitif, bermutu dan memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, menjadi kebutuhan mendesak kini. Kebijakan pendidikan mestinya diarahkan untuk mencapai pemerataan pendidikan, sehingga seluruh lapis masyarakat dapat menikmatinya. Diperlukan perluasan akses memperoleh pendidikan, yang memungkinkan masyarakat marginal mengenyam pendidikan. Ini tidak berarti pendidikan bisa diselenggarakan secara gratis.

Kebijakan pendidikan selalu berada pada tataran ambiguitas yang tajam.Prioritas pendidikan selalu ditekankan untuk memenuhi pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan.Begitu banyak keluarga menuntut pendidikan gratis. Tuntutan ini sering dimanfaatkan secara politis bagi calon penguasa untuk melakukan kampanye penggalangan masa. Ini bukan hal yang mudah. Sekolah-sekolah didesak untuk menggratiskan biaya pendidikan, tetapi pemenuhan sarana prasarana pendidikan dari pemerintah tidak memadai.

Pada saat yang bersamaan, kebijakan pendidikan kita menuntut peningkatan mutu pendidikan. Diperlukan kebijakan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pertama, diupayakan peningkatan mutu guru.

Kedua, upaya pemenuhan sarana prasarana pendidikan. Ketiga, peningkatan anggaran pendidikan. Akankah kandidat penguasa taruhlah calon gubernur mampu mengupayakan ketiga upaya peningkatan mutu pendidikan itu dalam kebijakan pendidikannya? Kebijakan pendidikan kita yang terjebak kontroversi itu tak pernah benar-benar melakukan peningkatan mutu guru. Program sertifikasi yang diarahkan untuk meningkatkan mutu guru dan meningkatkan kesejahteraan, tak pernah sanggup mendongkrak keterpurukan mutu pendidikan. Yang menjadi tujuan guru mengikuti sertifikasi, terutama peningkatan kesejahteraan.

Peningkatan mutu, melalui program sertifikasi segera dilupakan guru bila kesejahteraan sudah diraih. Usai sertifikasi, visi guru lebih diarahkan untuk meraih kesejahteraan dan bukannya meningkatkan kompetensi pedagogik.Pemenuhan sarana prasarana pendidikan seperti gedung, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, dan buku pelajaran, selama ini belum menjadi tanggungan pemerintah sepenuhnya.Seringkali pihak sekolah, bersama Komite Sekolah, menggalang dana pada orang tua siswa melalui penarikan SPI (Sumbangan Pengembangan Isntitusi). Bila diselenggarakan sekolah gratis, seperti yang dikampanyekan calon penguasa, sementara dana sarana prasarana pendidikan tak dipenuhi, sekolah-sekolah terancam bangkrut, rusak, dan merosot mutunya.Selama ini pihak sekolah, dengan dukungan Komite Sekolah, terpaksa menarik dana dari orang tua siswa untuk menopang pemenuhan sarana prasarana pendidikan. Pemerintah tak cukup dana untuk memenuhi sarana prasarana pendidikan secara merata.Bahkan, yang dirasakan masyarakat sekarang, pendidikan bermutu setara dengan biaya pendidikan mahal.

Tentang dana pendidikan yang mestinya mencapai 20 persen APBN, masih menjadi perkara sensitif, dan sangat sulit untuk dipenuhi. Betapa rendah biaya operasional yang mesti dilaksanakan sangat sulit untuk dipenuhi.Betapa rendah biaya operasional yang mesti dilaksanakan sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. Anggaran pendidikan yang rendah ini mempengaruhi pencapaian mutu pendidikan. Gagallah upaya pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Jangan harap pendidikan bisa menjadi lokomotif pembangunan semua bidang dalam keadaan begini.

Wajar bila kontribusi pendidikan terhadap lapangan kerja menghasilkan tenaga kerja kasar. Mestinya ini mencemaskan calon penguasa yang memanfaatkan isu pendidikan sebagai bagian dari penggalangan massa.

Dalam laporan Competitive Year Book 2005, misalnya, menempatkan daya saing manusia Indonesia pada urutan 47 dari 49 negara. Akankah kita terusmenerus menjadi bangsa pecundang dengan sumber daya manusia rendah, yang di negerinya sendiri, menjadi mangsa mobilisasi politik? Mengapa tidak, kandidat penguasa itu mengkampanyekan pendidikan bermutu demi kualitas sumber daya manusia?

Lihat, wahai kandidat penguasa, bahwa pendidikan di Indonesia dikelola dengan sistem macro-oriented.Segala hal diatur jajaran birokrasi tingkat pusat, dijerat berbagai macam standar. Kegiatan belajar mengajar (dengan segala kesalahannya) diproyeksikan di tingkat pusat. Nah, kesenjangan inilah yang mestinya diperankan para kandidat penguasa, yang hendak meraih suara dari kalangan pendidik, orang tua siswa (masyarakat), dan siswa yang telah memiliki hak pilih. Bukan kampanye murahan: sekolah gratis! Bagi kandidat penguasa, yang membidik kedudukan gubernur, misalnya, perlu memikirkan kebijakan pendidikan yang dapat segera diimplementasikan dalam institusi pendidikan untuk membangun sumber daya manusia.Ini sungguh mendesak. Sumber daya manusia Indonesia perlu ditingkatkan daya saingnya, baik secara regional maupun global.

Kebijakan pendidikan memang mesti menyentuh hal-hal yang mendasar.Pertama, program penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Kedua pemberantasan buta aksara.

Ketiga, pemenuhan dan pemerataan pendidikan. Keempat, peningkatan kualitas guru. Kelima, pemenuhan sarana prasarana pendidikan. Jangan lupa, kandidat penguasa perlu memikirkan anggaran pendidikan yang memadai, lebih dari 20 persen APBD.

Bukan sekolah gratis yang mestinya menjadi prioritas kebijakan pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, kebijakan perlu diarahkan untuk menanggulangi dana pendidikan yang rendah yang tak memungkinkan sekolah digratiskan.Lagi pula, mutu pendidikan yang rendah dengan daya saing yang rendah, merupakan persoalan mendasar yang mesti segera diatasi dalam kebijakan pendidikan yang diimplementasikan di setiap institusi pendidikan.Apa kita masih akan berkampanye sekolah gratis sekarang? Sungguh, ini terlalu usang! hf

S Prasetyo Utomo
Dosen IKIP PGRI Semarang,
mahasiswa program pascasarjana
Magister Manajemen Pendidikan
UMS

Views: 41

Tuesday, February 19, 2008

UN Pacu Semangat Siswa dan Guru Tingkatkan Prestasi

Senin, 21 januari 2008 | 05:08 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah dan Badan Standar Nasional Pendidikan meyakini bahwa ujian nasional untuk tingkat SMP dan SMA sederajat sebagai salah satu instrumen penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan di Indonesia. Penyelenggaraan ujian nasional terbukti bisa meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa serta semangat pengajaran guru di sekolah untuk mencapai prestasi terbaik.

Keyakinan ini terungkap dari pemaparan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto, Ketua Badan Standar Nasional (BSNP) Djemari Mardapi, dan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Depdiknas Burhanuddin Tolla, Sabtu (19/1). Mereka hadir sebagai pembicara dalam diskusi bertajuk ”Peran Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional” yang digelar Universitas Muhammadiyah Hamka di Jakarta.

Suyanto mengatakan, UN dan UASBN menjadi salah satu instrumen untuk memberi feedback apakah tujuan dan proses belajar di sekolah sudah mencapai standar nasional. ”UN itu paling universal dan comparable untuk melihat bagaimana proses pembelajaran dijalankan,” ujarnya.

Djemari Mardapi mengatakan, pelaksanaan UN yang juga dijadikan salah satu pertimbangan kelulusan siswa diyakini paling pas untuk mengontrol mutu pendidikan di Indonesia. Penilaian kelulusan sudah pernah diserahkan kepada sekolah, tetapi hasilnya tidak memuaskan.

Burhanuddin Tolla menjelaskan, pelaksanaan UN dan UASBN sudah di rel yang benar untuk menjaga mutu pendidikan nasional, yaitu memotivasi siswa belajar optimal. (ELN)

Jumlah Sarjana Nganggur Melonjak

Rabu, 6 Februari 2008 | 02:09 WIB

Jakarta, Kompas - Jumlah sarjana yang menganggur melonjak drastis dari 183.629 orang pada tahun 2006 menjadi 409.890 orang pada tahun 2007. Ditambah dengan pemegang gelar diploma I, II, dan III yang menganggur, berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal, mengutip data Badan Pusat Statistik, mengatakan, hingga Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi lulusan diploma III yang belum mendapatkan pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta diploma I dan diploma II yang menganggur berjumlah 151.085 orang. Total penganggur keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang.

Angka-angka tersebut bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006 (hingga Agustus). Pada tahun tersebut angka sarjana yang menganggur sebanyak 183.629 orang. Adapun untuk lulusan diploma III sebanyak 94.445 orang serta lulusan diploma I dan diploma II berjumlah 130.519 orang. Total penganggur keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 408.593 orang.

Fasli Jalal mengatakan, data itu berdasarkan pendataan Badan Pusat Statistik terhadap lulusan pendidikan tinggi yang belum bekerja, tidak mempunyai usaha tertentu, dan terbuka kemungkinan sedang transisi berpindah kerja.

Tidak terserapnya lulusan pendidikan tinggi tersebut antara lain disebabkan kompetensi lulusan yang masih rendah atau tidak sesuai kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan standar nasional guna menjamin kualitas lulusan.

Program studi jenuh

Penyebab lain ialah terdapat program-program studi dengan jumlah lulusan yang sudah terlalu berlimpah atau jenuh. Jurusan yang jenuh tersebut terutama untuk ilmu sosial, ekonomi, politik, dan hukum. Namun, Departemen Pendidikan Nasional sendiri masih harus melihat distribusi lulusan antardaerah dan kebutuhan daerah.

”Bisa saja di perkotaan atau daerah jumlah lulusan dari program studi tersebut berlimpah, tetapi di daerah lain justru kekurangan. Jadi, tidak bisa langsung asal menutup atau membuka program studi,” ujarnya.

Selain itu, dapat saja sebuah daerah yang kekurangan lulusan perguruan tinggi program studi tertentu mengirim mahasiswa dengan beasiswa ke perguruan tinggi yang telah ada dan kemudian membuat sistem ikatan dinas agar para putra daerah itu kembali untuk membangun daerahnya.

Angka partisipasi kasar (APK) di tingkat pendidikan tinggi terus meningkat hingga saat ini sekitar 17 persen dari penduduk berusia 19-24 tahun yang jumlahnya mencapai 25 juta orang. Setiap kenaikan 1 persen dibutuhkan sekitar lebih dari 100.000 mahasiswa. Walaupun, APK secara regional masih berbeda-beda, bahkan masih ada daerah yang APK perguruan tingginya cuma 6 persen. (INE)

Makin Tinggi Pendidikan Makin Gampang Menganggur

Sabtu, 9 Februari 2008 | 02:59 WIB

Jakarta, Kompas - Fenomena ironis yang muncul di dunia pendidikan adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau kemungkinan dia menjadi penganggur pun semakin tinggi. Fenomena ini perlu mendapat perhatian serius dari dunia pendidikan dan industri.

Hal itu dikatakan pengamat pendidikan Darmaningtyas, Jumat (8/2). Menurut dia, hal itu melahirkan paradoks: dunia usaha mengeluhkan sulit mendapat tenaga kerja, di sisi lain lulusan sekolah dan perguruan tinggi kesulitan mendapat pekerjaan.

”Terlebih ada kecenderungan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti wiraswasta, trainer, atau penulis. Mereka pilih menganggur,” ujarnya.

Terbatasnya daya serap tenaga kerja sektor formal di satu pihak, dan di pihak lain terjadi percepatan pertambahan tenaga terdidik, juga menyebabkan posisi tawar sarjana di Indonesia amat rendah. Posisi para pencari kerja lulusan perguruan tinggi berada pada posisi dilematis; diterima dengan gaji rendah atau menolak pekerjaan dengan risiko menganggur. Mereka yang realistis memilih bekerja dengan gaji rendah daripada idealis namun menganggur selamanya.

Darmaningtyas melakukan studi kasus pada iklan lowongan kerja di harian Kompas Minggu, 6 Januari 2008. Ada 405 lowongan pekerjaan, 4,19 persen mensyaratkan indeks prestasi minimum, lainnya menekankan pada kemampuan kerja individu dan tim, kemampuan berbahasa asing, terutama Inggris, kemampuan mengoperasikan program komputer, kemampuan berkomunikasi, dan pengalaman kerja.

”Itu justru tak diperoleh secara formal di bangku sekolah, sebaliknya didapat dari inisiatif dan kreativitas individu. Individu kreatif cenderung memiliki tingkat keberhasilan tinggi,” ujarnya.

Lembaga pendidikan cenderung mengajarkan hafalan, kurang melihat konteks. Hal-hal seperti membangun jaringan, kreativitas, dan komunikasi kurang didapat dari sekolah.

Pengamat pendidikan Prof Winarno Surachmad menambahkan, jurang antara lulusan perguruan tinggi dan dunia kerja adalah isu lama. Dia melihat hal itu lebih disebabkan tak adanya link and match dunia pendidikan dan usaha. Pemberi pekerjaan (industri) pun tak terlalu hirau pada peningkatan sumber daya manusia bangsa secara umum. (INE)

Djohar Massa Terbanyak

Selasa, 19 Februari 2008 | 22:11 WIB

NGANJUK, SELASA - Pasangan calon bupati dan wakil bupati Nganjuk nomor urut tiga, Sudjono-Harsono yang identik dengan sebutan Djohar, untuk sementara mencatatkan jumlah massa terbanyak dalam kampanye terbuka yang mereka lakukan. Pada kampanye perdana bagi keduanya, Selasa (19/2), tak kurang dari 1.000 massa menghadiri pidato politik yang diselingi dengan hiburan rakyat berupa nyanyian campursari di Lapangan Desa Warujayeng, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.

Jumlah ini sementara tercatat paling banyak dibandingkan kampanye dua pasangan calon sebelumnya, yang maksimal hanya dihadiri sekitar 300 orang. Sebagian besar massa yang hadiri itu sendiri berasal dari Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT), yang merupakan organisasi dengan Harsono sebagai ketua umumnya.

Ketua Tim Sukses pasangan Djohar, Soetrisno Rahmadi, yang juga mantan Bupati Nganjuk periode 1993-2003 menyebutkan relatif banyaknya jumlah massa yang hadiri disebabkan perasaan sebagai sesama anggota persaudaraan. Di PSHT itu ada ungkapan yang kira-kira memiliki arti agar setiap anggota itu memiliki satu kata, selain juga anjuran untuk saling mengingat sesama saudara (eling sedulur), papar Soetrisno soal ungkapan yang dijadikan jargon pasangan itu dan dicetak pada kaos-kaos hitam yang dibagikan.

Latar belakang Harsono sebagai seorang guru dan Sudjono yang birokrat pemerintahan, menurut Soetrisno akan jadi titik masuk kembalinya Partai Golkar dalam bingkai besar politik yang relatif ditinggalkan selama ini. ¨Ini kan juga bisa (diartikan) agar Korpri kembali ke Golkar,¨ paparnya.

Namun, pasangan yang berangkat dari Partai Golkar ini tidak memanfaatkan tiga lokasi kampanye terbuka yang diizinkan bagi mereka. Tercatat hanya Lapangan Desa Warujayeng di Kecamatan Tanjunganom dan Lapangan Desa Mancon di Kecamatan Wilangan yang mereka manfaatkan.

Sementara rencana menggelar kampanye terbuka di Lapangan Desa Sidorejo di Kecamatan Sawahan dibatalkan. Menurut Soetrisno Rahmadi, yang juga penasehat pasangan calon Djohar pembatalan dilakukan karena akses menuju ke lokasi ketiga dinilai relatif berat.

Monday, February 18, 2008

AMPPB Tuding KPU Tak Profesional

9 Februari 2008

PURWOKERTO-Kelompok Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Banyumas (AMPPB) dalam demonya kemarin di KPU menuding pihak penyelenggara pilbup itu tak bisa bekerja secara maksimal dan profesional.

Sejumlah pelanggaran dan permasalahan ternyata tak bisa disikapi secara cepat dan diselesaikan dengan baik. Akibatnya, proses pilbup diduga terjadi banyak peyimpangan di antaranya indikasi politik uang.

Namun kelompok tersebut belum bisa menunjukkan bukti-bukti pelanggaran termasuk yang sudah dilaporkan secara resmi ke panwas maupun polisi. Mereka hanya menunjukan sejumlah temuan dan dugaan pelanggaran seperti kartu pemilih dobel atau ganda.

Demo yang diikuti sekitar 50-an orang itu berlangsung mulai pukul 10.00 mengambil start dari GOR Satria. Ke KPU hanya berjalan beberapa ratus meter. Massa tertahan di pintu gerbang karena barikade aparat sangat ketat. Setelah berorasi sekiar 15 menit, empat perwakilan ditemukan dengan anggota KPU.

Yang masuk yakni Teguh Ismanto (koordinator AMMPB) juga pendukung cabup Bambang Priyono (BP), Isnaeni (tim sukses Aris Wahyudi-Asroru) Titut (relawan dari Karanglewas) dan Silsilia (pendukung Singgih Wiranto).
Setelah menyampaikan pernyataan sikap mereka berdebat alot dengan dua anggota KPU Iksanto dan Budi Santosa serta bagian sekretariat KPU. Pertemuan juga dipantau langsung oleh pimpinan aparat terkait.
Teguh menyatakan, salah satu dugaan pelanggaran yakni adanya selebaran yang mendiskreditkan tiga pasangan calon. Saat ditanya wartawan, yang didiskreditkan katanya nomer urut dua, tiga dan empat. Pelakunya, kata dia, dari kelompok nomer urut satu. Saat didesak ia belum berani menyebut siapa pelaku yang dimaksud.
Contoh Kartu
Dia juga memperlihatkan contoh kartu pemilih dobel untuk nama satu orang tapi alamat berbeda sehingga dimungkinkan digunakan di dua TPS. Atas sejumlah pelanggaran itu, ia meragukan validitasi hasil penghitungan suara.
''Atas temuan-temuan itu terus apa langkah kongkrit KPU,''tanyanya.
Isnaeni berulang kali meminta pihak KPU untuk memperlihatkan aturan yang terkait dengan seleksi PPS dan KPPS. Karena menurutnya, ada indikasi perekrutan KPPS tak sesuai ketentuan sehingga berdampak terhadap penyelenggaraan. Kubunya mengaku menemukan ada sejumlah laporan kejanggalan. Namun belum bisa disebutkan petugas KPPS maupun PPS mana saja.

Silsilia menyatakan, tak mempermasalahkan siapa pun calon yang terpilih. Dia lebih menyoroti kinerja KPU yang dinilai masih buruk dan belum bekerja secara profesional. Penanganan pilkada dinilai belum maksimal sehingga bisa berdanpak bagi penyelenggaraan pilkada selanjutnya seperti pilgub dalam waktu dekat ini. Titut menegaskan, siap memberikan bukti-bukti dugaan pelanggaran terutama politik uang.

Dialog akhirnya berakhir tampa keputusan yang jelas. Pendemo menyatakan akan mendatangi KPU lagi menagih tindaklanjuti dari tuntutan yang disampaikan. (G22-55)

UAN Momok Menakutkan? * Oleh Dian Susiyanti SPd

18 Februari 2008
SUARA GURU

SEPULANG dari sekolah, si Fulan terlihat dekil, lusuh, dan pikirannya galau. Tak heran ia berpenampilan seperti itu karena memasuki tahun pembelajaran semester genap tahun pelajaran 2007/2008, sekolah-sekolah sudah banyak yang mengadakan try out sebagai persiapan ujian akhir nasional (UAN).

Pikiran semua siswa yang hendak menempuh UAN pun dicuci dan diperas habis untuk memperoleh selembar surat yang dinamakan ijazah. Lebih-lebih para guru pengampu mata pelajaran (mapel) yang di-UAN-kan. Rata-rata berpenampilan sangar dan memasang target kelulusan yang tinggi untuk mendongkrak popularitas sekolah.

UAN benar-benar telah menjelma menjadi momok menakutkan pada siang bolong. Tidak hanya bagi kalangan pendidik, bahkan syndrome bayangan kegagalan meluas menyerang orang tua siswa yang putra-putrinya hendak menempuh ujian itu.

Sepertinya, tidak ada artinya dan sia-sia belaka jerih payah selama tiga tahun belajar bila pada UAN gagal. Maka, hilanglah pengorbanan selama tiga tahun itu. Ironis memang.
Peran Orang Tua
Kerja sama guru —dalam hal ini pihak sekolah dengan orang tua siswa— merupakan titik sentral yang mesti dikedepankan. Jadi, tanggung jawab mengenai kelulusan tidak hanya mutlak dibebankan kepada pihak sekolah. Sebaliknya, peran orang tua juga sangat menentukan.

Jika kerja sama antara orang tua dan pihak sekolah bisa terjalin dengan mesra, tidak hanya ”pokoke lulus” saja yang menjadi sebuah target atau patokan, lulus dengan nilai yang sangat memuaskan pun akan bisa diharapkan.

Perhatian orang tua dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk ikut mengawasi putra-putri mereka dalam hal belajar untuk persiapan UAN. Bahkan bila perlu, orang tua berpuasa. Sebab, hal itu akan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi bagi si anak.

Perhatian sekolah dan orang tua, sinergi positif yang tercipta, akan menumbuhkan konsentrasi yang tinggi bagi siswa. Bahkan siswa tidak akan merasa terbebani, sehingga siap untuk mengerjakan soal UAN dengan perasaan tenang. Kalau sudah begitu, UAN bukan lagi sebagai momok yang menakutkan. UAN, siapa takut? (71)

— Dian Susiyanti SPd, guru SD Hj Isriati Baiturrahman Semarang

KOLOM ini terbuka bagi para guru untuk melontarkan opini tentang segala problematika di dunia pendidikan. Kirim tulisan Anda, paling banyak 2.500 karakter disertai foto diri, ke email katarasa@yahoo.com.

Usai Berkelahi, Siswa SD Blotongan Tewas

19 Februari 2008

SM/Surya Yuli P WARGA MELAYAT: Warga dan para guru melayat Heru Saputra, siswa kelas 4 SDN Blotongan 03, Salatiga yang diduga meninggal setelah berkelahi dengan teman sekelasnya. Inset: Heru Saputra. (57)

Heru Saputra (10), siswa kelas 4 SDN Blotongan 03 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga ditemukan pingsan di dalam kelas dan akhirnya meninggal, setelah dilarikan ke puskesmas dan RSUD, Senin (18/2). Putra pasangan Rahman dan Marfuah, warga Dukuh Brajan Blotongan itu, meninggal setelah berkelahi dengan teman sekelasnya.

SENIN pagi kemarin, setelah istirahat sekolah sekitar pukul 09.00, Heru dan teman sekelasnya memulai pelajaran yang diasuh oleh guru kelas 4, Hery Darmanto. Saat itu Hery meminta muridnya mengerjakan tugas menyelesaikan soal-soal IPA.

Kebetulan pada jam yang bersamaan, Hery mendapat tugas dari kepala SDN Blotongan 03 untuk mendidik sejumlah murid yang tergabung dalam Pramuka Siaga, yang akan dipersiapkan untuk lomba se-Kota Salatiga beberapa hari mendatang. Latihan berlangsung di halaman sekolah yang berada tepat di depan ruang kelas 4.

Entah bagaimana awalnya, di dalam kelas yang berjumlah 27 murid itu, terjadi ejek-mengejek antara Heru dan seorang siswa berisial IHS. IHS diketahui merupakan kerabat Heru, karena orang tuanya masih memiliki hubungan saudara.

Heru diejek bila nilai salah satu tes yang telah dibagikan oleh guru, jelek. Tidak terima dengan ejekan itu, terjadi perkelahian antara Heru dengan IHS. Murid di kelas itu menganggap wajar perkelahian seperti itu, apalagi sebelumnya kerap terjadi pertengkaran serupa.

Dalam perkelahian itu korban mendapat pukulan di bagian perut dan mata, hingga akhirnya tersungkur. Karena Heru mendadak tidak sadarkan diri, murid lainnya panik. Mereka khawatir terjadi sesuatu terhadap anak yang mendapat julukan, Heru ’’Ingus’’ itu.

’’Setelah dipukul perut dan bagian matanya, Heru langsung pingsan dan tidak sadarkan diri. Teman-teman berteriak-teriak sehingga ada dua ibu guru yang langsung datang,’’ kata seorang murid.

Dua orang guru, Tutik dan Atik, masuk dan membawa korban ke dalam ruang guru guna memberikan pertolongan pertama. Hery Darmanto mengaku kaget atas kejadian itu. Dia merasa bersalah meninggalkan kelas, tetapi tidak dapat menolak tugas sekolah membantu melatih Pramuka Siaga. ’’Saya tidak menyangka kejadian ini berlangsung,’’ ujarnya.

Kepsek SDN Blotongan 03, Wagimin SPd mengaku, setelah mendengar ada salah satu muridnya pingsan, langsung keluar dan melihat Heru yang dibawa ke dalam ruang guru. Karena tidak juga sadarkan diri, korban langsung dibawa ke Puskesmas Sidorejo. ’’Baru beberapa saat tiba di puskesmas, Heru dirujuk ke RSUD Salatiga menggunakan ambulan puskesmas,’’ kata Wagimin.
Tetapi dalam perjalanan jiwanya tidak tertolong lagi dan akhirnya Heru dinyatakan meninggal dunia. Berdasarkan Surat Keterangan Kematian yang ditandatangani Dokter Jaga RSUD dokter Rasma Siahaan, korban sudah meninggal sebelum tiba di rumah sakit.

Korban kemudian dibawa pulang ke rumah orang tuanya di RT 2 RW 10 Brajan Blotongan Salatiga. Kematian anak yang dinilai sehat dan memiliki fisik lebih besar dari anak sebayanya itu, cukup mengagetkan keluarganya.
Dari cerita teman-teman sekelas yang juga sekampung dengan korban, tersiar kabar bila korban meninggal setelah berkelahi. Kematian Heru setelah berkelahi di dalam kelas itu, langsung menjadi perbincangan warga setempat.
Rahman, orang tua korban, hanya bisa pasrah menerima kenyataan tersebut. Buruh itu mengaku ikhlas kehilangan anak keduanya. Sementara Marfuah, ibu korban hingga semalam shock ditinggal anaknya.

Sejumlah petugas dari Polsek Sidorejo Polres Salatiga yang mengetahui kejadian itu pun langsung menuju lokasi kejadian. Sebelum dimandikan, tubuh korban juga sempat diperiksa luar oleh petugas. Heru dikebumikan di kompleks pemakaman setempat. (46)

Sunday, February 17, 2008

AMPPB Akan Demo KPU

LINTAS KEDU-BANYUMAS

18 Februari 2008
PURWOKERTO-Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Banyumas (AMPPB) rencananya hari ini akan mendemo KPU Banyumas. Hal itu dilakukan setelah rencana aksi untuk membatalkan rapat pleno penetapan hasil perhitungan suara dan pasangan terpilih, Sabtu lalu gagal. Demo kali ini juga masih dalam masa uji publik, tiga hari setelah penetapan.

Koordinator AMPPB, Teguh Ismanto dalam keterangan persnya kemarin menyatakan, demo di KPU akan dilakukan mulai sekitar pukul 09.00. Demo tersebu, katanya, juga sudah disetujui oleh pihak kepolisian setelah pihaknya memberitahukan dua lalu. Soal berapa massanya, ia belum bersedia bercerita. Namun informasi awal, yang diorganisasi aliansi itu sekitar 600 orang. Namun informasi lain massa yang akan dikerahkan mencapai dua ribuan.
''Besok (hari ini) kami pastikan demo bisa dilakukan. Kami ingin mendesak KPU agar membatalkan penetapan dan melakukan penghitungan suara secara ulang, bukan perhitungan rekapitulasinya. Sebab kami sinyalir banyak kartu pemilih yang tidak sah itu akibat kesalahan KPU,'' ujarnya.

Saksi BP Mengadu

Pihaknya kemarin juga menerima pengaduan dari saksi pasangan Bambang Priyono-Tossy Aryanto dari Ajibarang, Opang. Opang menceritakan, saat perhitungan model quick count dan perhitungan pihak PPK maupun pendukung BP, pasangan tersebut kalah. Namun saat malam harinya dihitung ulang dilakukan ternyata di kecamatan itu, BP-Tossy unggul. Semula yang unggul adalah pasangan Singgih Wiranto-Laily Sofiyah.

''Ada kemungkinan terjadi manipulasi data. Ini bisa saja terjadi di kecamatan lain, tetapi kenapa KPU tidak tanggap,'' ujar Teguh menirukan pernyataan Opang saat mengadu di sekretariat AMPPB Perumahan Limas Agung, kemarin.
Pihaknya juga mengaku menunggu laporan dari Tambaksari, Kecamatan Sumbang mengenai dugaan politik uang. Kalau bukti-buktinya lengkap, dalam masa uji publik maupun batas waktu pelaporan di Panwas (tujuh hari) akan langsung disampaikan kepada penyelenggara pilbup itu.

''Saat penetapan hasil perhitungan saksi tiga calon juga tak datang dan tak ikut tandatangan. Itu karena ada kejanggalan-kejanggalan tapi tidak direspon cepat oleh KPU. Kami mensinyalir kerusakan kartu yang tak sah mencapai 25.000 menyangkut coblos lurus itu karena salah persepsi dan kurang sosialisasi oleh KPU,'' ceritanya. (G22-55)

Friday, February 15, 2008

HANS-GEORG GADAMER



1. Pengantar

Hans-Georg Gadamer mahaguru pada Universitas Heidelberg, berasal dari lingkungan Marburg yang pada waktu itu sering mengalami disintegrasi. Gadamer “mencari orientasi baru dalam satu dunia yang kehilangan orientasi”.

Latar belakang pendidikan formalnya adalah studi bahasa-bahasa dan kebudayaan klasik serta filsafat. Selain dipengaruhi oleh Heidegger, Gadamer juga dipengaruhi oleh Plato, beberapa tema Neo-Kantianisme, Hegel (khuhsusnya dalam negativitas pengalaman). Gadamer juga melihat adanya kesinambungan Neo-Kantianisme dengan fenomenologi Husserl. Namun, perluh dicatat bahwa hermeneutika Gadamer kendati dekat dengan Hegel, tidak bertolek dari subjektivisme yangb kimplisit pada Hegel dan semua metafisika sebelum Heidegger. Meskpun dekat dengan Plato, Gadamer tidak mengendalikan doktrin ide Plato maupun konsepsinya tentang kebenaran dan bahasa.

Gadamer melihat fenomena hermeneutika pada dasarnya sama sekali bukan suatu masalah metode. Degan demikian, tujuan penelitiannya bukan pula suatu Methodenlehre yang sekadar masalah merumuskan logika yang dipakai dalam berbagai bidang kegiatan megetahui. Tujuannya juga bukan menyusun suatu teori umu interpretasi.

Hermeneutika dipandang sebagai suatu teori pengalaman yang sesungguhnya, sebagai suatu usaha filsafati untuk mempertanggungjawabkan suatu pemahaman, dan sebagai suatu proses ontologis di dalam manusia. Ia berpendapat bahwa tugas yang paling fundamental hermeneurika tidaklah mengembangkan suatu prosedur pemahaman, tetapi meneliti “apa yang selalu terjadi” manakala kita memahami. Hermeneutika adalah pnelitian semua pengalaman pemahaman. Gadamer merumuskan pemahaman sebagai sutu masalah ontologis.

2. Fenomena Pemahaman

Hemeneutika adalah memasuki diskusi dengan teks dari masa lalu. Oleh karena itu, masalah sentral hermeneutika adalah masalah konfortasi atau perjumpaan masa-kini dan masa-lalu, atau yang disebut juga masalah penerapan (applicatio). Jarak waktu menciptakan “posisi anatara” yang menjadi kancah hermeneutika. Posisi diantara yang asing dan yang dikenal berada di antara yang dimasud di waktu tertentu dalam sejarah dan ketermasukannya pada suatu tradisi.

Konfrontasi atau perjumpaan ini tidak dapat dihindari, tatapi sejauh mungkin justru harus disadari pristiwanya, kejadiannya, tidak dengan mengeluarkan masa kini, melainkan dengan sadar memainkan sehingga arti sesungguhnya dari teks atau fakta berbicara. Dengan ini, bagi Gadamer, hakikat hermeneutika adalah ontologi dab fenomenologi pemahaman. Yakni, apa hakikat pemahaman dan bagaimana mengungkapkannya sebagaimana adanya.

Sejalan dengan tesis Heidegger yang mengatakan bahwa Ada secara radikal historikal sifatnya, begitu juga pula Gadamer mengatakan bahwa pwmwhaman bersifat historikal. Hal ini berarti bahwa pemahaman, bahkan manusia itu sendiri dikuasai oleh sejarah. Karena “agaknya tidak dapat diragukan lagi bahwa cakrawala besar masa-lalu tempat kebudayaan dan masa-kini kita hidup, memengaruhi kita dalam setiap hal yang kita maui, kita harapkan atau kita takutkan dan kita khawatirkan di masa-depan”. Sejarah dan masa-lalu adalah suatu struktur dengan pemahaman (juga pengetahuan, pikiran) kita. Gerak historikal merupakan inti pemahaman. Umumnya tanpa disadari, pemahaman adalah hasil interaksi masa-lalu dan masa-kini.

Juga oleh gerak historikalnya, jika pemahaman adalah prosesual. Selalu mengadakan reviosi adalah ciri hakiki pemahaman. Berkat derap perjalanna waktu, senantiasa akan terdapat aspek-aspek baru yang lagi terbebaskan dan tampil ke permukaan sehingga setiap interpretasi baru dapat dipandang sebagai pontensialitas-pontensialitas data tradisi.

Pemahaman adalah dinamika dasar wujud manusia, bukan perbuatan subjektivita. Pemahaman adalah suatu modus keberadan, bukan sesuatu yang seseorang lakukan di antara berbagai hal yang ia kerjakan. Pemahaman adalah sebagian dari faktisitas, ia mengalir dari kenyataan wujud manusia. Jadi pemahaman bukan proses subjektif manusia dihadapkan dengan suatu objek, bukan suatu metode objektivikasi. Pemahaman bukan suatu pencarian keterangan tentang suatu objek.

Gadamer merekonsepsikan pemahaman sebagai bersifat partisipatorik pada suatu warisan budaya. Pemahaman masuk dalam peristiwa transmiri yang masa-lalu dan masa-kini senantiasa sedang diperantarai. Inilah, menurut penegasan Gadamer, hal yang harus diterima di dalam teori hermeneutika, yang terlalu dikuasai oleh ide prosedur, metode.

Kunci bagi pemahaman adalah partisipasi dan keterbukaan, bukan manipulasi dan pengendalian. Dialetika bukan metodologi. Metode bukan menuju jalan kebenaran. Metode cenderung memprastrukturkan cara memandang. Metode hanya mampu membuat eksplisit macam kebenaran yang sudah implisit di dalam metode. Tujuan dialetika adalah agar kenyataan yang dijumpai menyikapi diri. Hermeneutika dialetik membuka diri untuk ditanyaai oleh kenyataan sendiri, sehingga kenyatan yang dijumpai menyatakan diri. Realisasi arti, realisasin komunikasi, realisasi pemahaman tersebut bersifat spekulatif karena kemungkinan-kemungkinan yang terbatas dari kata diorentasikan kepada arah makna yang dimaksudkan, pada yang tidak terbatas. Yang dialetikal adalah ekspresi yang spekulatif, representasi dari hal yang benar-benar termuat dalm yang spekulatif. Representasi tersebut adalah tampiln ya kenyataan itu sendiri. Oleh karena itu, hermeneutika Gadamer adalah hermeneutika diletika-spekulatif.

Monday, February 11, 2008

QUICK COUNT PILBUP BMS

Hasil Quick Count pada hari Senin, 11 Februari 2008 pukul 19:00 adalah sebagai berikut: Paslon nomor urut 1 sebanyak 279554 suara (36.43%) , Paslon nomor urut 2 sebanyak 182649 suara (23.80%), Paslon nomor urut 3 sebanyak 219.060 suara (28.55%), Paslon nomor urut 4 sebanyak 86.032 suara (11.21%). Total suara sah: 767.295.

Sunday, February 10, 2008

Politik Uang dan Kampanye Hitam Penuhi Pelanggaran Pilkada Banyumas

Minggu, 3 Februari 2008 | 18:10 WIB

BANYUMAS, MINGGU - Menjelang masa tenang kampanye Pemilihan Kepala Daerah Banyumas yang akan dimulai 7 Februari mendatang, Panitia Pengawas Pilkada Banyumas mencatat ada 15 pelanggaran yang terjadi selama kampanye empat pasangan calon peserta pilkada berlangsung. Beberapa diantaranya ada pelanggaran yang cukup serius, yakni ditemukannya politik uang, kampanye hitam yang dilakukan oleh salah seorang calon wakil bupati, dan penyisipan gambar calon bupati pada buku ajar sekolah dasar.

Ketua Kelompok Kerja Penerimaan Laporan Panwas Banyumas, FA Agus Wahyudi, Minggu (3/2), mengatakan, beberapa kasus pelanggaran itu sudah ada yang dilaporkan ke Kepolisian Resor Banyumas, Bupati Banyumas, dan Komisi Pemilihan Umum Banyumas. “Beberapa kasus sudah kami laporkan ke Polres maupun ke Bupati. Seperti pelanggaran yang dilakukan pegawai negeri sipil, sudah kami laporkan ke bupati,” katanya.

Beberapa kasus yang cukup serius, lanjut Agus, jumlahnya sejauh ini mencapai lima kasus. Salah satunya yang sampai saat ini masih dalam penyelidikkan adalah penyisipan gambar calon bupati nomor 2 beserta wakilnya, Singgih Wiranto-Laily Sofiah, di dalam buku ajar sekolah dasar. “Penyisipan gambar calon bupati ini ditemukan di SD Negeri 2 dan 4 Wangon. Berdasarkan temuan kami, jumlah buku yang disisipi gambar itu mencapai 30 eksemplar. Gambar itu juga disertai logo Pemkab Banyumas,” katanya.

Agus mengatakan pihaknya memiliki dugaan kuat penyisipan itu dilakukan oleh petugas Unit Pendidikan Kecamatan Wangon, dan Dinas Pendidikan Banyumas juga harus bertanggungjawab akan hal ini. “Terakhir saat kami mintai keterangan, Dinas Pendidikan tidak mau bertanggungjawab. Tapi nanti dalam waktu dekat kami akan adakan pertemuan lagi dengan Dinas Pendidikan, dan dinas itu harus bertanggungjawab,” katanya menegaskan.

Sebaliknya untuk kampanye hitam, Agus mengatakan, kampanye itu dilakukan oleh calon wakil bupati nomor 4, yakni Asroru Maula. “Saat berkampanye, dia menjelek-jelekkan salah seorang calon bupati. Itu telah melanggar etika kampanye, dan KPU juga sudah memberikan peringatan kepada calon wakil bupati itu. Kalau terbukti dia melakukannya lagi, dia tidak boleh ikut kampanye satu putaran,” tuturnya.

Terkait politik uang, Panwas Banyumas menemukannya di Kecamatan Jatilawang. Agus mengatakan, tindakan itu dilakukan oleh seorang kepala desa yang sedang ikut berkampanye mendukung pasangan calon bupati Singgih Wiranto-Laily Sofiah. “Kebetulan petugas Panwas Kecamatan Jatilawang sendiri yang menerima uang itu. Nilainya sebesar Rp 20.000. Pelanggaran ini sudah kami laporkan ke Polres Banyumas karena termasuk pidana pemilu,” ucapnya. (MD

Mardjoko, Calon Bupati Banyumas Terkaya

Rabu, 23 Januari 2008 | 19:21 WIB

BANYUMAS, RABU-Menjelang masa kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati Banyumas yang jatuh pada Kamis (24/1) ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banyumas mengumumkan nilai kekayaan masing-masing calon bupati, pada Rabu (23/1).

Pada pengumuman itu dilaporkan calon bupati nomor satu Mardjoko merupakan calon bupati terkaya. Nilai kekayaannya mencapai Rp 15 miliar. Sebaliknya, calon bupati dengan kekayaan terendah ditempati oleh calon bupati nomor tiga Bambang Priyono, senilai Rp 213 juta.

Ketua KPU Banyumas Ismiyanto Heru Permana mengatakan, data kekayaan itu merupakan hasil pendataan dari Komisi Pemberantasan Korupsi, yang dikeluarkan dalam bentuk laporan harta kekayaan penyelenggara negara atau LHKPN. “Laporan ini dikeluarkan oleh KPK pada 22 Januaria kemarin, dengan nomor B.128/10/01/2008. Setelah kami memperoleh laporan ini, kami langsung mempublikasikannya,” ucapnya.

Berdasarkan laporan LHKPN, disebutkan pula nilai kekayan calon bupati nomor empat Aris Wahyudi, senilai Rp 4,4 miliar. Sejauh ini, dia menempati urutan kedua calon bupati Banyumas yang terkaya.
Sebaliknya untuk calon wakil bupati Banyumas terkaya ditempati oleh calon wakil bupati nomor tiga Tossy Aryanto, senilai Rp 5,6 miliar. Kemudian disusul oleh calon wakil bupati nomor dua Laily Sofiah senilai Rp 1,2 miliar, dan calon wakil bupati nomor satu Achmad Husein senilai Rp 1,1 miliar. Tempat terakhir ditempati oleh calon wakil bupati nomor empat Asroru Maula, senilai Rp 522 juta.

Dari laporan LHKPN itu, hanya tinggal nilai kekayan calon bupati nomor dua Singgih Wiranto yang belum dilaporkan. Ismiyanto mengatakan, LHKPN milik Singgih belum selesai disusun oleh KPK karena nilai kekayaannya masih diaudit.

Menurutnya, keterlambatan itu karena Singgih mengambil formulir yang salah, sehingga nilai kekayaan yang dihitung belum termasuk nilai kekayaannya saat menjabat sebagai Sekretaris Daerah Banyumas. “Dia hanya mengambil formulir tahun 2005, sedangkan formulir yang terkini belum diambil. Karenanya, nilai kekayaannya selama menjabat sebagai Sekda Banyumas belum dihitung,” katanya.

Ismiyanto berjanji, jika KPK sudah mengeluarkan LHKPN milik Singgih, pihaknya akan segera memublikasikannya kepada masyarakat umum. “Kalau laporan LHKPN Singgih sudah keluar, akan langsung dipasang di papan pengumuman Kantor KPU. Seluruh masyarakat bisa melihatnya,” katanya. (MDN)

Madina Nusrat
Minggu, 10 Februari 2008 | 20:28 WIB

BANYUMAS, MINGGU - Berdasarkan perhitungan sementara Komisi Pemilihan Umum Daerah Banyumas, pasangan calon bupati dan wakil bupati Banyumas nomor satu Mardjoko-Achmad Husein unggul sementara dari tiga pasangan lainnya yang ikut dalam Pemilihan Kepala Daerah Banyumas, Minggu (10/2). Posisi kedua disusul oleh pasangan calon nomor tiga Bambang Priyono-Tossy Aryanto, dan posisi ketiga diduduki oleh pasangan calon nomor dua Singgih Wiranto-Laily Sofiah, dan terakhir adalah pasangan calon nomor empat Aris Wahyudi-Asroru Maula.

Hingga pukul 18.40, berdasarkan perhitungan KPU Banyumas yang dihimpun dari 1.531 tempat pemungutan suara atau 54 persen dari total TPS yang ada, perolehan suara Mardjoko-Achmad Husein mencapai 104.702 suara atau 37,09 persen. Perolehan suara itu unggul 24.506 suara atau delapan persen lebih tinggi dari perolehan suara untuk Bambang Priyono-Tossy Ariyanto.

Kemudian perolehan suara untuk pasangan Singgih Wiranto-Laily Sofiah, mencapai 66.711 suara atau 23,63 persen. Posisi terakhir yang ditempati Aris Wahyudi-Asroru Maula, perolehan suaranya sebesar 30.654 suara atau 10,86 persen.

Sementara berdasarkan perhitungan cepat versi Swa Media Research and Communication, suatu lembaga riset dari Jakarta, menunjukkan Mardjoko-Achmad Husein juga unggul dari tiga pasangan calon lainnya. Menurut Direktur Operasional SMRC Riskonsyah, dari sampel 470 TPS menunjukkan perolehan suara Mardjoko-Achmad Husein mencapai 36,04 persen, Bambang Priyono-Tossy Ariyanto sebesar 29,67 persen suara, Singgih Wiranto-Laily Sofiah memperoleh 23,76 persen suara, dan Aris Wahyudi-Asroru Maula memperoleh 11,13 persen.

"Berdasarkan perhitungan cepat itu, kami memperkirakan tingkat partisipasi masyarakat Banyumas dalam pilkada ini mencapai 79 persen," kata Riskonsyah menjelaskan.

Saat dikonfirmasi, Kepala Divisi Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU Banyumas Indra Purnomo juga memperkirakan angka partisipasi masyarakat Banyumas dalam pilkada ini berkisar antara 76 hingga 80 persen.

"Kalau kami amati, masyarakat Banyumas cukup antusias mengikuti pilkada ini. Kalau pun ada yang tak ikut serta, kami memperkirakan itu karena mereka masih bekerja di Jakarta atau di kota-kota lainnya di Indonesia. Bukan disebabkan pergi berlibur, karena pilkada ini diselenggarakan pada hari Minggu," katanya.

Terkait pemenang pilkada, Indra mengatakan belum dapat dipastikan saat ini, meski perhitungan sementara KPU Banyumas menunjukkan pasangan Mardjoko-Achmad Husein berada pada posisi teratas. Jumlah perhitungan KPU itu masih akan terus berubah. Perhitungan yang dilakukan sekarang ini merupakan perhitungan sementara dari seluruh kecamatan di Banyumas, katanya.

Madina Nusrat
Orang yang selalu menyalahkan orang lain, mereka sendiri masih jauh dari tujuan yang ingin dicapai, orang yang selalu menyalahkan dirinya sendiri, setengah dari tujuan telah tercapai (part of the problem), orang yang tidak prenah menyalahkan siapapun, merekalah yang telah mencapai tujuan (part of the solution)
HESMI

Saturday, February 9, 2008

Umat Islam Hadapi Kondisi Stagnasi

Sabtu, 09 Februari 2008

MALANG- Muhammadiyah dan umat Islam kini menghadapi tantangan berat, sehingga memerlukan pilar penyangga di antaranya dari perguruan tinggi. Tantangan saat ini adalah kondisi stagnasi umat Islam.

"Umat Islam ini sebenarnya mayoritas tapi sebenarnya mentalnya minoritas. Apalagi dengan munculnya beberapa sempalan yang membuat kita prihatin," kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir saat pelantikan Muhadjir menjadi rektor UMM masa jabatan ketiga di Dome UMM, baru-baru ini.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berkepentingan mengangkat kembali Rektor Universitas Muhammadyah Malang yang lama Dr Muhadjir Effendy MAP untuk periode 2008 - 2012. Alasannya, masih banyak tugas yang harus diselesaikan rektor dan harus mengerahkan semua kemampuan untuk membesarkan UMM dan Muhammadiyah secara keseluruhan.

"Ini sudah dilakukan UMM dengan menempatkan perguruan tinggi ini menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya di bawah naungan Muhammadiyah, tapi tetap harus ditingkatkan" kata Haedar

Di Indonesia terdapat 157 perguruan tinggi Muhammadiyah namun menurut data Khoiril Anwar dari Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah hanya ada lima perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa lebih dari 10 ribu orang.

Terbaik

Teratas, UM Surakarta dengan 22.000 mahasiswa, UM Malang (18.000), UM Achmad Dahlan (12.800), UM Makassar (12.000) dan UM Yogyakarta (11.500). Sisanya hanya pada kisaran di bawah 10 ribu mahasiswa.

UMM berdasar data dari Dikti Depdiknas 2007 menjadi salah satu dari 50 universitas terbaik di Indonesia, dan versi majalah Globe Asia tahun 2008 menempatkan UMM pada urutan ke-17 dari 20 universitas terbaik. Dari penilaian pengurus Muhammadiyah UMM menjadi penyelenggara muktamar Muhammadiyah paling modern dan tahun 2006 menjadi penyelenggara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional terbaik.

Dr H Muhadjir Effendy MAP menjadi pelopor dan peletak dasar UMM berbasis IT di Malang, memelopori enterpreneur university melalui unit bisnis untuk menunjang keuangan universitas di antaranya dengan mendirikan UMM Dome, University Inn, UMM Book store, rumah susun sewa sederhana bahkan rencana mendirikan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan pendirian rumah sakit, serta akan diresmikan program S3 untuk sosial politik.(jo-77)

Kampanye, Staf Pemdes Dilaporkan

Sabtu, 09 Februari 2008 BANYUMAS


PURWOKERTO-Yudo, staf Bagian Pemerintahan Desa Setda Banyumas dilaporkan kepada Panwas Banyumas karena kepergok kampanye untuk pasangan Singgih-Laily di Grumbul Kampung Baru, Desa Panusupan, Kamis malam lalu.

Pelapornya Suyanto, warga Karangendep, Kecamatan Patikraja yang menjadi relawan BP. Saat melapor disertai beberapa saksi, antara lain Sirun dan Saefudin dari Desa Kasegeran, Cilongok yang ikut memantau bersama aparat keamanan. Laporannya diterima oleh Ketua Panwas Tri Wuryaningsih dan anggotanya FA Agus Wahyudi sekitar pukul 11.00, kemarin.

Menurut pelapor, saat memberikan sambutan pada acara Suran di rumah Dilem, warga RT 09 RW 08 Yudo terang-terangan meminta yang hadir memilih Singgih-Laily. Yudo menyampaikan ajakan itu sekitar pukul 23.22. Kalau menang, pasangan yang didukung bakal mengaspal jalan desa tersebut.

''Saya dan relawan melaporkan ke Panwas karena mendengar langsung pidatonya yang mengajak warga memilih pasangan Singgih-Laily. Padahal dia kan PNS dan sekarang masa tenang yang dilarang untuk kampanye,'' tutur Suyanto.

Acara Suran itu, kata dia, dihadiri sekitar 150 warga. Pengundang hanya mengundang Camat Cilongok dari unsur pemerintah, namun tidak hadir. Usai pidato Yudo ditanyai oleh pelapor dan beberapa saksi di depan warga, tetapi tak bisa menunjukkan undangan resminya.

''Saat kami minta diselesaikan di desa, ia menawarkan di kecamatan saja. Namun dalam perjalanan dari desa ke kecamatan ia menghilang (naik sepeda motor-Red). Mobilnya sampai tadi (kemarin-Red) masih ditinggal di sana (Panusupan),'' jelas Suyanto.

Klarifikasi

Yudo hingga semalam tak bisa dihubungi. Ponselnya tidak aktif. Kabag Pemdes, Fatikul Iksan, ketika dikonfirmasi mengatakan Yudo kemarin izin tidak masuk. Namun yang bersangkutan tidak menjelaskan kejadian Kamis malam di Panusupan. ''Tadi pagi (kemarin-Red) ia menelepon untuk izin tak masuk kantor. Saya baru tahu persoalannya setelah dikabari wartawan,'' ujar Fatikul

FA Agus Wahyudi mengatakan setelah menerima laporan itu hari ini pihaknya akan meminta klarifikasi kepada yang bersangkutan. ''Kami juga banyak menerima laporan lewat telepon dan SMS bahwa beberapa oknum pejabat dua tiga hari ini terang-terangan kampanye dan koordinasi ke bawah untuk pemenangan calon tertentu. Itu tidak benar. Katanya PNS dan birokrasi netral, mestinya bupati mengendalikan dan tidak berkesan dibiarkan,'' tandasnya.

Dalam masa tenang Panwascam Cilongok juga menemukan penyebaran contoh kartu suara bergambar pasangan Singgih-Laily yang dibagikan bersamaan dengan pembagian undangan dan kartu pemilih oleh oknum petugas.

Ketua Panwascam Cilongok, Joko Suratno, mengatakan kasus tersebut antara lain ditemukan di Desa Panusupan, Kamis lalu.

''Kami mengamankan 15 contoh kartu suara sebagai bukti dan sebagian kami serahkan ke Panwas untuk ditindaklanjuti,'' jelasnya. (G22,H47-27)


--------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------

Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA